Be Mine Lover Please - Bab 24 Seranjang
Di dalam bangsal yang sunyi, Nikita Su berdiri diam di dekat jendela sambil menatap pemandangan di luar. Ketika senja, langit telah berubah menjadi warna kuning keemasan, terlihat lembut dan indah.
Tidak bisa untuk tidak memikirkan kembali saat-saat indah bersama Aldo Ye, hanya untuk menyadari bahwa itu adalah hal yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Senja yang sama, itu adalah pertama kalinya dia berpegangan tangan dengannya. Keduanya berjalan berputar-putar di lapangan tanpa lelah, seolah-olah mereka bisa berjalan ke ujung dunia.
Mereka sangat harmonis pada saat itu, mereka terlihat polos dan sempurna di mata satu sama lain. Sayangnya, waktu tidak bisa kembali.
Leonard Li keluar dari kantor dokter, berjalan ke pintu, dan melihat punggung wanita yang kesepian itu. Cahaya matahari terbenam jatuh di tubuhnya, dilapisi dengan cahaya keemasan. Seolah-olah pada detik berikutnya, ada kemungkinan bahwa dia akan menghilang dari dunia ini.
Melangkah maju dan mendekatinya, Leonard Li berkata dengan suara rendah, "Tidur dan berbaringlah."
Mendengar suara itu, kelopak mata Nikita Su bergerak. Dia mengangkat kepalanya dan menatapnya: "Paman, kamu tidak perlu memedulikanku, aku baik-baik saja."
Dia selalu merasa bahwa dirinya sudah terlalu banyak berhubungan dengan Leonard Li akhir-akhir ini, tentu saja ini merupakan hal yang tidak baik. Tanpa sadar, dia tidak ingin memiliki hubungan apapun dengannya. “Kata dokter, kamu harus istirahat dengan baik dan tidak boleh terlalu impulsif.” Leonard Li berkata dengan hampa.
Menunjukkan lengkungan bibir yang dangkal, Nikita Su terkekeh, "Aku bukan lagi anak kecil, aku bisa menjaga diriku sendiri."
Ketika Leonard Li hendak berbicara, ponselnya bergetar. Mengeluarkan ponsel dan menekan tombol menjawab: "Ada apa?"
Di telepon, Girno Chen dengan cepat membicarakan tentang masalah bisnis, namun Leonard Li hanya menunjukkan ekspresi tenang. Satu menit kemudian, dia langsung meletakkan kalimat berikutnya: “Tunggulah sampai aku kembali nanti.” Setelah berkata, dia langsung menutup telepon.
Berdiri di sampingnya, Nikita Su berbicara dengan lembut: "Paman, sebenarnya kamu benar-benar bisa mengabaikanku. Kamu adalah tetuaku, aku tidak ingin hubungan kita menjadi tidak jelas."
Meraih pergelangan tangannya dan menatapnya, Leonard Li berkata dengan tenang: “Jika sesuatu terjadi padamu, maka hubungan kita benar-benar tidak akan jelas.” Selama percakapan, Leonard Li langsung setengah mendorong dan setengah menggendongnya ke tempat tidur rumah sakit.
Setelah apa yang terjadi barusan, tubuh Nikita Su tampak sangat rapuh. Geger otak bukanlah masalah sepele. Berbaring di tempat tidur, Nikita Su memejamkan matanya: "Paman, aku mau tidur, kamu sudah boleh pergi."
Leonard Li duduk di sisi tempat tidur dengan kaki yang dimiringkan, lalu menjawab dengan santai: "Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu."
Mendengar itu, mulut Nikita Su bergerak. Kepalanya sedikit sakit sehingga membuatnya berusaha mengendurkan sarafnya dan segera tertidur. Ketika dia terbangun lagi, hari sudah gelap.
Berdasarkan diagnosa dokter, sebaiknya Nikita Su diobservasi di rumah sakit untuk semalam. Dia kemudian membungkuk untuk mengemasi tasnya, kepalanya sedikit pusing, dan tubuhnya miring ke satu sisi. Setelah melihat ini, Leonard Li mengulurkan tangannya dengan cepat dan memegangi pinggangnya, "Apakah masih pusing?"
Dengan alis berkerut sambil bersandar di pelukannya, Nikita Su bersenandung lembut. Dia lalu mengangkat kepalanya secara tidak sengaja tepat ketika pria itu juga menundukkan kepalanya, sehingga bibirnya pun menyapu dagunya. Dalam sekejap, telinganya terasa panas.
Menyadari bahwa pose keduanya terlalu ambigu, Nikita Su pun memberontak dengan cepat: "Paman, cepat biarkan aku pergi."
Melihat penampilannya yang malu-malu, Leonard Li dengan tenang melepaskannya, lalu secara alami mengulurkan tangan dan mengambil tasnya dan kemudian meletakkannya di lemari. Terdengar ketukan di pintu, yaitu Girno Chen yang masuk dengan membawa makanan: "Direktur, ini untuk nona Su."
Mengiyakan dengan pelan, Leonard Li mengambil bubur panas itu dan berkata dengan tenang, "Kamu sudah boleh pulang."
Setelah melihat Nikita Su, Girno Chen tersenyum dan berkata, “Nona Su, istirahatlah dengan baik. Direktur, aku pergi dulu.” Setelah berkata, Girno Chen berbalik dan pergi.
Membawakan bubur panas ke hadapannya, mengambil satu sendok, tetapi ekspresi Leonard Li tetap seperti biasa: "Buka mulutmu."
Mengetahui apa yang dia maksud, Nikita Su menolak sambil tersenyum: "Paman, tanganku tidak terluka, aku bisa melakukannya sendiri. Aku bukanlah anak orang kaya, jadi aku tidak terbiasa disuapi oleh orang lain."
Leonard Li tidak menjawab, tetapi hanya meliriknya sekilas, lalu menyerahkan bubur panas itu kepadanya. Nikita Su menundukkan kepalanya untuk makan. Karena dia sudah terlalu lama kelaparan, dia pun memakannya lebih cepat. Menangkap gerakan wanita itu, senyuman muncul di mata Leonard Li.
Setelah makan malam tetapi melihat Leonard Li masih tidak berencana untuk pulang, Nikita Su menatapnya dengan sinis: "Paman, tidak baik bagi seorang pria dan seorang wanita untuk berada di kamar yang sama, ditambah lagi kamu masih adalah tetuaku. Jadi, bisakah kamu..."
Menutup dokumen di tangannya, Leonard Li menatapnya dengan tenang: "Tidak, kamu membutuhkan seseorang untuk menemanimu dalam kondisi begini."
Saraf di dahinya tiba-tiba melonjak, dan Nikita Su masih menjawab dengan ramah: "Di sini hanya ada sebuah tempat tidur dan aku adalah junior. Aku juga tidak bisa membiarkan paman untuk duduk semalaman di sini. Jadi paman, pulanglah dan beristirahatlah. Ada begitu banyak perawat di sini, aku pasti bisa. "
“Aku tidak keberatan untuk berbaring.” Leonard Li menjawab dengan tidak tergesa-gesa.
Nikita Su tidak bereaksi untuk sementara waktu, tetapi ketika dia menyadari maksud dari kata-katanya, pipinya memerah. Orang ini... sangat suka bermain hooligan. “Aku keberatan.” Nikita Su mengeluarkan beberapa kata dari giginya.
Tepat ketika dia sedang memikirkan cara untuk membiarkan Leonard Li pergi, ponselnya berdering. Melihat nomor tersebut, Nikita Su tertegun lama sebelum menekan tombol menjawab: "Halo, ibu, ada apa?"
Biasanya, nyonya Su tidak akan menghubunginya jika tidak ada apa-apa. "Minggu depan adalah hari ulang tahun ayahmu. Nantinya, kita akan merayakannya di Gedung Yuntian. Ingatlah, kamu dan Aldo harus hadir di sana," kata Nyonya Su dengan singkat.
Mendengar hal itu, Nikita Su baru teringat bahwa hari ulang tahun ayahnya sudah dekat. Sambil memegang telepon, Nikita Su berkata dengan malu-malu, "Bu, kamu tahu hubunganku dengan Aldo, bisakah dia tidak datang pada saat itu?"
Begitu dia teringat dirinya akan melihat Aldo Ye dan Jeanie Su pada saat yang bersamaan, Nikita Su pun merasa gugup. Sementara itu, jawaban nyonya Su sangat sesuai dengan harapannya.
"Tidak boleh. Aldo adalah menantu laki-laki, tentu saja dia harus ada di sana. Bahkan jika kamu menceraikannya, dia juga akan menjadi suami Jeanie kedepannya, tentu saja dia harus datang," kata Nyonya Su dengan wajar.
Mendengar itu, Nikita Su merasa tidak nyaman dan berkata dengan cemberut, "Apakah kamu begitu menginginkannya untuk menikahi Jeanie? Aku juga adalah putrimu, mengapa kamu tidak bisa memikirkannya untukku? Meskipun hanya sekali? "
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, nyonya Su sudah menegur: "Nikita, keluarga Su sudah membesarkanmu sebesar ini, apakah kamu tidak memahami peribahasa 'Kita harus menjaga hubungan dalam keluarga?' Jeanie lebih berkemampuan dan bisa menahannya, jadi kamu seharusnya patuh dan serahkan suamimu. Jangan berbicara omong kosong, pokoknya kamu harus membawa Aldo. Jika tidak, jangan berharap untuk masuk ke dalam rumah keluarga Su."
Tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab, nyonya Su langsung mengakhiri panggilan. Sambil memegang ponsel, Nikita Su tertawa getir pada dirinya sendiri. Nyonya Su selalu bersikap buruk padanya, dan sekarang dia memanjakan Jeanie Su untuk menyuruhnya merebut suaminya. Semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa sedih.
“Langit belum runtuh,” kata Leonard Li tiba-tiba, menyela kesedihannya.
Nikita Su mengangkat kepalanya untuk menatapnya, lalu bertemu dengan tatapannya. Tanpa berbicara, Nikita Su langsung menutupi selimut di atas kepalanya, menyegel dirinya sendiri di dalam dunianya yang kecil.
Leonard Li memandangi wanita yang seperti meringkuk di dalam cangkang kura-kura itu dengan hampa, namun sesuatu melintas di matanya dengan sangat cepat. Semakin berhubungan, semakin wanita itu membuatnya merasa tertekan.
Dini hari, Nikita Su perlahan terbangun dari tidurnya. Ketika hendak berbalik, dia merasakan ada sesuatu yang menekannya. Meraba-raba secara acak, dia akhirnya menggenggam sebuah benda keras namun hangat dengan kedua tangannya.
Meremas tangannya dengan kuat, sebuah suara yang dalam terdengar: "Jangan bergerak."
Suara ini adalah... Pemikirannya langsung terbangun, membuat Nikita Su mengangkat kepalanya dengan cepat. Dalam kegelapan, titik cahaya terpantul di mata pria itu. “Paman, kenapa kamu ada di tempat tidurku?” Nikita Su berkata dengan panik.
Tempat tidur tersebut sangat kecil sehingga keduanya sangat berdekatan satu sama lain. Nikita Su meronta dan hampir terjatuh dari tempat tidur, tetapi untungnya Leonard Li langsung menggendongnya dan melingkarkannya di pinggangnya. “Aku sudah ngantuk,” jawab Leonard Li dengan tenang.
Sekelompok burung gagak terbang melewatinya, dan Nikita Su ingin segera menendangnya. “Lepaskan aku, kalau tidak aku akan memanggil orang-orang.” Nikita Su memelintir tubuhnya tidak puas.
Aroma segar memasuki rongga hidungnya sehingga membuat pikiran Leonard Li tidak bisa menahan riak. Dia menunduk, suaranya terdengar bagus: "Ingin orang-orang melihat kita tidur bersama, ya?"
Mendengar hal tersebut, Nikita Su langsung menutup mulutnya. Jika itu terlihat oleh orang lain, dia juga tidak akan dapat membersihkannya bahkan dengan melompat ke sungai. “Paman, biarkan aku pergi, bolehkah?” Nikita Su bertanya sambil menangis tanpa air mata.
Karena tidak dapat melihat wajahnya dalam kegelapan, Leonard Li berkata dengan suara parau, "Bersikap patuhlah dan jangan bergerak, atau aku tidak dapat menjamin bahwa aku akan melakukan apapun padamu."
Ini adalah ancaman telanjang... Nikita Su sangat frustasi, tetapi hanya bisa berbaring di sana dengan patuh dan tidak berani melakukan gerakan apapun. Semua pria adalah serigala yang ganas, jika seseorang benar-benar memakannya...
Melihat wanita itu akhirnya tenang, Leonard Li tersenyum puas. Jarak antara keduanya sangat dekat, sampai-sampai semua nafas disemprotkan ke wajah satu sama lain. Menundukkan kepalanya, bibir dinginnya jatuh di pipinya, Nikita Su menjadi kaku.
Sebuah dorongan pun muncul, Leonard Li mencium pipinya dan berkata dengan lembut, "Selamat malam."
Nikita Su tidak berbicara, tetapi hanya berbaring tak bergerak di dalam pelukannya. Dia beruntung karena hal itu terjadi pada malam hari sehingga tidak ada yang bisa melihat pipinya yang memerah. Seiring dengan gerakan intim dari pria itu, jantungnya berdebar sangat kencang.
Suasana hatinya yang tegang perlahan menjadi rileks, dan tanpa sadar, Nikita Su sekali lagi tertidur. Apakah pelukan pria yang hangat itu membuatnya merasa aman? Malam ini, Nikita Su tertidur sangat nyenyak tanpa mimpi.
Ketika Nikita Su terbangun keesokan harinya, Leonard Li sudah tidak ada lagi di dalam bangsal. Jika bukan karena sisi sampingnya tenggelam, dia akan mengira bahwa tadi malam itu hanyalah mimpi.
Tepat ketika dia ingin terlibat, Leonard Li kembali ke bangsal: "Sudah waktunya untuk pulang."
Mengangkat kepalanya dengan cepat, menatap wajah tampan itu, jantung Nikita Su seperti tidak berdetak. Dengan cepat berbalik, Nikita Su menjawab dengan lembut: "Oh, baik."
Melihatnya linglung, Leonard Li pun melangkah maju, membungkuk, dan mempersempit jarak diantara satu sama lain: "Sedang memikirkan tentang kejadian di tempat tidur tadi malam?"
Hatinya hancur dibuat olehnya, membuat Nikita Su ingin cepat-cepat mencari lubang di dalam tanah. Dia lalu berpura-pura menjawab dengan tenang: "Tidak."
Menatap wajahnya, secercah cahaya terpantul di wajahnya: "Kamu tidak memikirkannya, tetapi aku memikirkannya."
Nikita Su secara naluriah mengangkat kepalanya, hanya untuk bertemu dengan tatapannya. Apakah ini ilusi? Kenapa matanya... terasa panas?
Novel Terkait
Baby, You are so cute
Callie WangGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangBretta’s Diary
DanielleTen Years
VivianBe Mine Lover Please×
- Bab 1 Gejolak Cinta Di Kamar Pernikahan
- Bab 2 Setidaknya Dia Tidak Membantu Orang Lain Untuk Melahirkan Anak
- Bab 3 Paman, Bisa Tidak Anggap Tidak Melihatku Disini?
- Bab 4 Dibawa Paman Pulang
- Bab 5 Istrinya Pasti Akan Sangat Sedih
- Bab 6 Menikah 3 Tahun Tapi Masih Belum Ada Kabar Hamil
- Bab 7 Paman Sakit, Sakit...
- Bab 8 Aku Ini Keponakanmu
- Bab 9 Melihatmu Hanya Akan Membuatnya Merasa Jijik
- Bab 10 Hari Ini, Kita Akan Melakukan Tugas Suami Istrinya Di Kamar Ini
- Bab 11 Tidak Boleh Masuk
- Bab 12 Kalau Tidak Mau Dia Datang, Tenanglah
- Bab 13 Benar-Benar Liar Dan Sangat Murahan
- Bab 14 Masih Mau Lagi?
- Bab 15 Menyakiti, Bukanlah Alasan Untuk Mencintai
- Bab 16 Cewek, Malam Ini Ada Janji?
- Bab 17 Kakak Ipar, Apakah Kamu Sedang Curi Pandang Melirik Kakak Kedua?
- Bab 18 Aku Lebih Suka Memanggilmu Kakak Ipar
- Bab 19 Mimpi Yang Hancur
- Bab 20 Keintiman Yang Luar Biasa
- Bab 21 Lain Kali, Jangan Memakai Terlalu Pendek
- Bab 22 Melihat Maksud Istriku
- Bab 23 Ingin Aku Membantumu Melepaskannya?
- Bab 24 Seranjang
- Bab 25 Menyukaimu
- Bab 26 Kencan Pertama
- Bab 27 Para Pria, Seberapa Tahan Lamanya Kalian?
- Bab 28 Setelah Tidur Bersama, Ingin Langsung Menyelinap Pergi?
- Bab 29 Jadi Kamu Bisa Menjadi Gangster Jika Sedang Mabuk?
- Bab 30 Senangi Aku
- Bab 31 Pernikahan Ini Harus Berakhir
- Bab 32 Telurmu Tidak Pecah Kan?
- Bab 33 Pertemuan Di Malam Hari
- Bab 34 Memangnya Aku Menunjukannya Dengan Sangat Jelas?
- Bab 35 Keindahan Di Depan Mata
- Bab 36 Kamu Lebih Enak
- Bab 37 Tinggal Dan Tenang Di Sisiku
- Bab 38 Tertangkap Sebagai Paparazzi
- Bab 39 Dadanya Terlalu Besar
- Bab 40 Aku Suapi
- Bab 41 Nona Su, Apakah Butuh Celana Panjang?
- Bab 42 Diusir Keluar
- Bab 43 Orangmu Adalah Milikku
- Bab 44 Datang Ke Hotel? Ada Perzinahan!
- Bab 45 Cinta Terlalu Melelahkan, Tidak Ingin Memilikinya Lagi
- Bab 46 Bilang Baik?
- Bab 47 Tidak Ingin Mencoba?
- Bab 48 Apa Mungkin Sudah Ada?
- Bab 49 Dia, Tidak Tahan Kesepian
- Bab 50 Konflik Antara Ayah Dan Anak
- Bab 51 Ambil Inisiatif
- Bab 52 Jebakan Wanita Cantik
- Bab 53 Berdirinya Tidak Stabil?
- Bab 54 Situasi Mendadak, Terluka
- Bab 55 Kebijakan Mollifikasi
- Bab 56 Adakah Memikirkan Aku?
- Bab 57 Penemanan Manis
- Bab 58 Nikita, Tunggu Aku
- Bab 59 Memperlakukan Sebagai Keponakan, Tidak Baikkah?
- Bab 60 Aku Hamil
- Bab 61 Nikita Su, Aku Mencintaimu
- Bab 62 Berbagi Ranjang Yang Sama
- Bab 63 Mendapatkan Akta Nikah
- Bab 64 Menikahlah Denganku
- Bab 65 Menaruh Obat, Dan Masuk Perangkap
- Bab 66 Kebenaran Malam Itu
- Bab 67 Pengakuan Ketika Mabuk
- Bab 68 Dua Tamparan, Menghapus Rindu
- Bab 69 Bajingan Dan Pelacur, Pasangan Serasi
- Bab 70 Aku Hanya Khawatir Kamu Mundur
- Bab 71 Masalah Diluar Dugaan
- Bab 72 Demonstrasi Musuh
- Bab 73 Pernah Membenci Pria Itu?
- Bab 74 Mengingatkan Dengan Pergerakan Nyata
- Bab 75 Leonard Li, Aku Ingin Menciummu
- Bab 76 Persyaratan Yang Murah Hati
- Bab 77 Perceraian Tidak Gampang
- Bab 78 Bos, Bantu Aku Cari Dokter
- Bab 79 Istriku
- Bab 80 Saling Bertemu, Lebih Baik Dari Tidak Bertemu
- Bab 81 Mencintainya? Kamu Tidak Tahu Malu!
- Bab 82 Apakah Ada Keinginan Untuk Berhubungan Lebih Dekat Dengannya?
- Bab 83 Di Mana Itu Mulai Maka Akhirinya Di Sana Juga
- Bab 84 Bisa Jangan
- Bab 85 Saat Kamu Menyentuhku
- Bab 86 Sayangnya, Aku Tidak Tertarik
- Bab 87 Lalu, Apakah Kamu Menginginkan Aku?
- Bab 88 Di Hotel Menangkap Perselingkuhan
- Bab 89 Nama belakangmu Dingin, Akan Membuatmu Hangat
- Bab 90 Kenapa Aku Harus Menggambar Kamu??
- Bab 91 Dimurahkan
- Bab 92 Foto-foto Porno
- Bab 93 Nikita Su, Kamu Tidak Bisa Menggerakkan!
- Bab 94 Tidak Boleh Memberitahu Dia
- Bab 95 Semua Dikhianati? Tidak Keberatan
- Bab 96 Energi Buruk Berarti Cacat
- Bab 97 Kamu Ingin Aku Lebih Membenci Kamu?
- Bab 98 Tidak Ada Cara Untuk Mencintainya Lagi
- Bab 99 Ingin Melompat? Aku Menemanimu
- Bab 100 Tahu Mengganggu, Masih Tidak Keluar?
- Bab 101 Dibandingkan Dengan Cinta, Lebih Takut Kehilangan
- Bab 102 Tidak Boleh Memakai Pakaian Renang
- Bab 103 Membiarkan Kamu Merawat, Bukannya Bagus Juga?
- Bab 104 Dia Tidak Dapat Membayarnya, Aku Yang Membayar
- Bab 105 Selera Unik
- Bab 106 Lebih Lama Dari Yang Dia Pikirkan
- Bab 107 Gadis Kecil Yang Misterius
- Bab 108 Horor Tengah Malam
- Bab 109 Dihatimu, Mereka Lebih Penting Dariku?
- Bab 110 Hari Ini Nikita Punyamu
- Bab 111 Kamu Boleh Kembali Padanya
- Bab 112 Paling-paling, Hanya Menghangatkan Tempat Tidur
- Bab 113 Aku Akan Tidur Denganmu
- Bab 114 Sepertinya, Kamu Disambut Dengan Sangat Baik
- Bab 115 Kamu Mendorongku, Kan?
- Bab 116 Kita Putus
- Bab 117 Hanya Bisa Memilih Satu Orang, Siapa Yang Kamu PIlih?
- Bab 118 Kamu Benar-benar Bersusah Payah
- Bab 119 Aku Lebih Memahami Dirimu
- Bab 120 Yang DIsebut Tidak Tahu Malu
- Bab 121 Kamu Suka
- Bab 122 Melayani Wanita Sendiri, Itu Tidak Memalukan
- Bab 123 Aku Berani Menggoda Kamu, Terlebih Lagi Ingin Menghidupi Kamu
- Bab 124 Aku Ingin Melindungimu Satu Kali
- Bab 125 Aku Leonard tidak Memohon Kepada Orang, Sekarang Memohon Kepadamu
- Bab 126 Tapi Lebih Takut Sakit
- Bab 127 Menahan Diri Dari Napsu
- Bab 128 Ini Hasil Yang Kamu Inginkan, Bukan?
- Bab 129 Kelihatannya Aku Tidak Layak
- Bab 130 Nona Su, Pengecualian Dari CEO
- Bab 131 Keterampilan Merayu Meningkat
- Bab 132 Dipenjara
- Bab 133 Mencari, Dimana Dia?
- Bab 134 Anak Mati Lemas?
- Bab 135 Tidak Perlu Persetujuannya
- Bab 136 Pesta Hongmen
- Bab 137 Merancang Jebakan
- Bab 138 Pergi, Pergi!
- Bab 139 Dia Mendesak Aku Menuju Jalan Kematian
- Bab 140 Kamu Mencintainya, Bukan?
- Bab 141 Nikita, Aku Menikmati Inisiatif Kamu
- Bab 142 Beribadah Ke Desa
- Bab 143 Penyesalan
- Bab 144 Ketahuan Curang
- Bab 145 Jangan Sentuh Aku, Kotor
- Bab 146 Ada Rumor Apa Di Arena?
- Bab 147 Calvin Fu, Selera Kamu Begitu Berat?
- Bab 148 Nikita, Maukah Kamu Menikah Denganku?
- Bab 149 Dimataku, Kamu Bahkan Bukan Kentut
- Bab 150 Khawatir Tentang Konsekuensi Dari Mengingkari Janji
- Bab 151 Natasha, Maaf
- Bab 152 Kebenaran Yang Terjadi Di Masa Lalu
- Bab 153 Apakah Hewan Peliharaan Kecil, Bisa Menghangatkan Tempat Tidur?
- Bab 154 Sedikit Pelajaran
- Bab 155 Menikah, Atau Tidak Menikah?
- Bab 156 Siapa Yang Lebih Penting, John Fu Atau Aku?
- Bab 157 Tukang Selingkuh Ini, Melakukan Dengan Baik!
- Bab 158 Tujuan Winny Li
- Bab 159 Perangkap, Kepalsuan
- Bab 160 Aku Percaya Padanya, Tanpa Syarat
- Bab 161 Anak Ini Mau Dipertahankan Atau Tidak?
- Bab 162 Mengetahui Sarang Harimau, Lompat
- Bab 163 Apakah Semakin Beradaptasi, atau Tidak Menyukainya?
- Bab 164 Tidak Akan Keberatan Dengan Sedikit Cacat Ini
- Bab 165 Akhir Yang Menyedihkan
- Bab 166 Semua Ketidakadilan Itu Terjadi, Demi Bertemu Denganmu
- Bab 167 Impotensi, Tidak Akan Begitu Cepat
- Bab 168 Leonard Li, Kamu Adalah Pria Yang Hangat
- Bab 169 Bra Tidak Bisa Robek.
- Bab 170 Ternyata Selalu Tahu
- Bab 171 Jenis Rasa Sakit Lain, Lebih Tidak Nyaman
- Bab 172 Leonard Li, Aku Ingin Seorang Bayi
- Bab 173 Kebenaran Tentang Nikita
- Bab 174 Bahkan Tidak Memiliki Kemampuan Untuk Menipu Diri Sendiri
- Bab 175 Kamu Nikita Su, Dan Aku Leonard Li Yang Akan Mengambil Keputusan
- Bab 176 Aku Merindukanmu
- Bab 177 Paman, Bisahkan Kamu Tidak Begitu Galak?
- Bab 178 Apakah Sudah Cukup?
- Bab 179 Beritahu Nenek Zhang
- Bab 180 Aku Tidak Rela Kamu Mati, Lebih Baik Aku Saja Yang Mati
- Bab 181 Seperti Orang Gila, Kasihan dan Penuh Kebencian
- Bab 182 Pimpin Ular Keluar Dari Lubang
- Bab 183 Aku Akan Merawatmu, Seumur Hidup
- Bab 184 Dialog Yang Membuat Detak Jantung Cepat Dan Muka Memerah
- Bab 185 Sekarang, Sudah Ada Rasakan?
- Bab 186 Secara Resmi Menyerahkannya Kepadamu, Nyonya Li
- Bab 187 Jangan Lupa, Jangan Lupa!
- Bab 188 Keuntungan Pengantin Baru
- Bab 189 Tidak Bisakah Kamu Bersikap Lembut Sedikit?
- Bab 190 Tidak Apa-apa, Hanya Saja Sedikit Merindukanmu
- Bab 191 Batas Kesabaranmu... Adalah Alvina Mu
- Bab 192 Apakah Kamu Berselingkuh Terang-terangan?
- Bab 193 Pria Yang Cemburu
- Bab 194 Aku Punya Hak Untuk Menolak?
- Bab 195 Nikita Adalah Bibimu, Perhatikan
- Bab 196 Jika Aku Tidak Memiliki Muka Tebal, Kamu Mungkin Jadi Milik Orang Lain
- Bab 197 Selamatkan Aldo, Ya?
- Bab 198 Pihak Ketiga Yang Menghancurkan Kamu Dan Aldo
- Bab 199 Kamu Bahkan Tidak Memperdulikan Nyawa Sendiri Untuknya!
- Bab 200 Ingin Menyentuh?
- Bab 201 Istriku Hamil
- Bab 202 Aku Ingin Tidur Denganmu (Penerus Mahkota)
- Bab 203 Apakah Kamu Shio Monyet, Mengapa Kamu Begitu Cemas?
- Bab 204 Upacara Pertemuan, Krisis
- Bab 205 Nikita Terbuat Dari Air, Kamu Terbuat Dari Semen
- Bab 206 Aku Tinggal Bersama Dengan Kakak Ipar
- Bab 207 Apakah Ada Hubungan Fisik?
- Bab 208 Mimpi Buruk Di Tengah Malam
- Bab 209 Diantara Aku Dan Dia Siapa Yang Lebih Penting ?
- Bab 210 Istriku, Buatkan Aku Semangkuk Mie
- Bab 211 Mengerti Kebenaran
- Bab 212 Kamu Adalah Wanitaku, Aku Lebih Peduli Kamu
- Bab 213 Sekarang, Aku Benar-Benar Percaya
- Bab 214 Alvina Mu, Jangan Melawan Kesabaranku
- Bab 215 Tiba-tiba Berubah
- Bab 216 Dimatamu, Tidak Bisa Menolelirnya?
- Bab 217 Jawaban Terakhir
- Bab 218 Jika Kamu Tidak Berani Menginginkannya, Selanjutnya Tidak Akan Membiarkanmu Menyentuh Aku
- Bab 219 Kamu Juga Berani Merendam Pria Aku?
- Bab 220 Hukuman Nakal
- Bab 221 Bunga Halaman Belakang
- Bab 222 Dimana Dia berada, Disitulah Rumahnya
- Bab 223 Apa Rutin?
- Bab 224 Anak Yang Membutuhkan Penjagaanku
- Bab 225 Kenapa Kamu Tidak Bisa?
- Bab 226 Aldo, Jangan Main-main Denganku
- Bab 227 Jika Harus Memilih Salah Satu, Akan Memilih Kamu
- Bab 228 Cepat Antar Aku Ke Rumah Sakit!
- Bab 229 Kalian Berdua Pernah Punya Hubungan?
- Bab 230 Terluka, Akhirnya Datang
- Bab 231 Jangan Pergi, Aku Ingin Kamu Menemaniku
- Bab 232 Kamu Hanya Alvina Mu, Tanggung Jawab Yang Harus Aku Tanggung
- Bab 233 Jauh-Jauh Melihat Kebahagiaanmu
- Bab 234 Aku Dan Alvina Mu, Hanya Memilih Satu, Pilih Siapa?
- Bab 235 Harus Pergi (Penambahan Ulang Tahun)
- Bab 236 Memasukkan Obat Sendiri
- Bab 237 Aku Mohon, Meninggalkan Aku, Oke? Aku Tidak Ingin Mencintai Lagi....
- Bab 238 Alvina Mu, Kamu Masih Tidak Pantas
- Bab 239 Serangan Balik Leonard Li
- Bab 240 Bisakah Membiarkan Aku Memegang Perutmu?