Be Mine Lover Please - Bab 36 Kamu Lebih Enak

Terkadang, beberapa detail kecil dalam hidup bisa jadi lebih ambigu. Nikita Su memperhatikan kalau hubungannya dengan Leonard Li sedang mengalami perubahan yang halus.

Tidur Nikita Su selalu sangat dangkal, sampai tengah malam, perutnya mengerang, membuatnya terbangun dari tidurnya, Nikita Su perlahan membuka mata, melihat sekitarnya, pikirannya masih belum kembali normal.

Dia duduk, untuk waktu yang lama melihat piyama di tubuhnya, hingga akhirnya berhasil mengingat apa yang terjadi pada dirinya hari ini. Sambil memegangi perutnya, Nikita Su dengan kesal berkata: “Aku harusnya makan lebih banyak di malam hari agar tidak mudah lapar seperti ini.”

Melihat jam weker di meja samping tempat tidur, saat ini sudah jam 2 malam. Setelah sempat ragu-ragu, Nikita Su akhirnya menyingkirkan selimutnya, memakai sendalnya, membuka pintu kamar, dan berjalan ke bawah.

Dia tidak ingin mengganggu orang lain selarut ini. Jadi, dia berpikir untuk pergi ke dapur dan melihat apakah ada sesuatu yang bisa dia makan. Setelah 3 tahun menikah, Nikita Su telah pergi belajar memask demi menyambut kepulangan Aldo Ye ke rumah yang bisa di hitung beberapa kali.

Dia lupa pernah melihat dimana, ada yang bilang kalau ingin meraih hati seorang lelaki, pertama-tama raih seleranya, dan itu semua ternyata omong kosong. Karena Aldo Ye memang menyukai makanannya, tapi tetap bersikap acuh padanya.

Nikita Su menemukan beberapa bahan makanan di lemari es, mengambil pisau dapur dan mulai mempersiapkan makanan.

Leonard Li keluar dari ruang kerja, melihat lampu di bawah masih menyala, dia dengan curiga turun. Dari atas tangga, dia melihat sesosok yang sibuk memoersiapkan sayuran. Setelah mendekat, dia melihatnya dengan cekatan memotong sayuran, keterampilan menggunakan pisaunya sangat bagus.

Leonard Li berdiri di belakang tubuhnya, tidak mengganggu kerjanya, hanya berdiri diam disana. Nikita Su mendengar ada suara, langsung menolehkan kepala.

Saat dia melihat Leonard Li yang tiba-tiba berdiri di belakangnya, dia reflek terkejut. Sedetik kemudian, terdengar teriakannya: “Ah.”

Leonard Li langsung maju, dengan cepat menarik tangannya, dan melihat jarinya sudah mengucur darah segar. Melihat itu, dia mengernyitkan dahi, tidak berpikir banyak, langsung meletakan jarinya di mulutnya, dengan sekuat tenaga menghisapnya.

Rasa sakit berangsur-angsur mereda karena tindakannya, dan Nikita Su mengangkat kepalanya, jantungnya tanpa sadar berdetak kencang. Leonard Li terlihat serius, dan dia menghisapnya secara berkala. Nikita Su menatapnya dengan tatapan kosong, seketika melupakan rasa sakitnya.

Leonard Li melepaskannya, dengan cermat memeriksa lukanya, kemudian berkata dengan suara rendah, “Apakah masih sakit?”

Sambil menggelengkan kepalanya, Nikita Su tergagap: “Tidak...Tidak sakit lagi.”

Melihat sayuran yang sudah dipotong dan mie di sampingnya, Leonard Li menatapnya: “Lapar?”

Meskipun sedikit malu, Nikita Su dengan jujur mengangguk: “Iya.”

“Babi,” ujar Leonard Li.

Sebelum kata-kata itu selesai, Nikita Su mengangkat kepalanya dan dengan cepat menyanggah: “Aku bukan babi, tapi tadi makannya cuma sedikit, jadi sekarang sudah lapar. Aku biasanya makan dengan jadwal yang normal.”

Mendengar penjelasannya, Leonard Li tidak berbicara lagi, keluar dari dapur, dan ketika dia muncul lagi, dia membawa perban ekstra di tangannya. Dengan hati-hati menempelkannya ke tangannya dan meniup dengan hati-hati.

Setelah mengobati lukanya, Leonard Li mendorongnya ke ruang tamu dan menekan tubuhnya untuk duduk di sofa. Nikita Su melihatnya dengan curiga, dan bertanya dengan bingung: “Pa...Apa yang kamu lakukan?”

Leonard Li membelai rambutnya, gerakannya tampak telah terbiasa dan alami: “Kamu terluka karena aku, jadi aku bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan memuaskan perutmu.” Setelah mengatakan kalimat itu, Leonard Li berjalan kembali ke dapur.

Mengetahui apa maksudnya, Nikita Su mau menolak, tapi kemudian terlihat ragu-ragu hingga akhirnya menerimanya. Tangannya saat ini sedang terluka, dan pasti kesusahan untuk membuat masakan. Tapi, memangnya dia bisa memasak?

Dengan perasaan panik bingung tak menentu, Leonard Li akhirnya keluar dengan membawa semangkuk mie yang asapnya masih mengepul. Melihat mie pasta yang lezat, Nikita Su tidak bisa menahan untuk menelan air ludahnya. “Kelihatannya enak.” Nikita Su berkata dengan polos.

Melihat ekspresinya yang kelaparan itu, dari mata Leonard Li terlihat senyuman. Dia mengambil sumpit dan menyerahkannya padanya, berkata: “Makanlah selagi panas.”

Nikita Su mengangguk, mengambil sumpit, dan makan dengan cepat. Melihat wajah lapar yang memakan makanannya dengan lahap, mata Leonard Li tersenyum lagi, dia sepertinya sangat lapar.

Tak lama, semangkuk mie pasta itu habis tak tersisa. “Paman, aku tidak menyangka kemampuan memasakmu sebagus ini.” Nikita Su berkata dengan kagum, “Enak sekali.”

Mendengar pujiannya, Leonard Li tampak bahagia. “Baguslah kalau suka,” jawab Leonard Li dengan senyum ringan.

Mungkin karena kekenyangan, mood Nikita Su saat ini sedang dalam keadaan baik. Sambil menekan perutnya, dia bersandar di sofa untuk beristirahat, kemudian sambil tersenyum berkata: “Aku tidak tahu apakah itu karena aku terlalu lapar. Aku merasa makanan yang tadi adalah makanan terbaik di dunia.”

Mendengar itu, Leonard Li langsung menyangkal: “Tidak, kamu yang lebih enak.” Bibirnya seperti permen kapas, manis dan lembut, membuat orang tidak bisa menahan diri dan ingin terus mencicipinya.

Setelah terdiam 2 detik, wajahnya langsung berubah warna. Nikita Su tersipu dan terbatuk, pura-pura tenang dan berkata: “Leonard, kamu bisa tidak, tidak bercanda denganku?”

Leonard Li tidak menanggapi, hanya menatapnya. Tatapannya membuat Nikita Su tidak nyaman. Nikita Su akhirnya bangun dan berkata, “Sudah larut malam, aku kembali ke kamarku ya. Sampai jumpa besok.” Setelah itu, dia langsung berlari ke lantai 2 dengan kecepatan tinggi.

Melihatnya yang pergi dengan kecepatan seperti itu, di wajah Leonard Li terlihat sedikit senyum. Ya setelah bertemu dengannya lagi, senyum di wajahnya tampak semakin meningkat dari sebelumnya.

Keesokan harinya, Nikita Su bangun pagi dan mengenakan rok yang telah dia siapkan, dan rok itu begitu pas dengannya. Rok putih selutut bentuknya sangat indah dan anggun. Garis-garis sederhana namun tetap elegan.

Setelah menikmati keindahan pakaiannya hari ini, Nikita Su turun untuk sarapan. Leonard Li menatapnya berkedip sebagai tanda suka dan bagus, tetapi dia hanya melihatnya sekilas dan tidak melihatnya lagi. Selesai makan sarapan, Leonard Li mengantar Nikita Su pergi ke kantor.

Di kursi belakang, karena kejadian ambigu di tengah malam tadi, tak satu pun dari mereka saat ini berani bicara. Nikita Su terus melihat ke luar jendela untuk menghindari rasa malu. Mobil akhirnya berhenti di dekat perusahaan Yitian, dan Nikita Su akhirnya menatapnya: “Terima kasih telah mengantarku.”

Saat Nikita Su hendak keluar dari mobil, Leonard Li tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Nikita Su berbalik, menatapnya dengan curiga: “Ada apa?”

Leonard Li membungkuk, dengan kedua tangan menarik rambut berantakan Nikita Su semuanya ke atas. Nikita Su baru menyadari kalau ada beberapa helai rambut yang kusut di pakaiannya barusan. Jarak keduanya menjadi dekat lagi, dan dia bisa mencium bau samar tembakau pada dirinya.

“Sudah,” kata Leonard Li dengan tenang.

Sambil mengatakan terima kasih, Nikita Su dengan cepat turun dari mobil. Melihat dia memasuki perusahaan dengan lancar, Leonard Li baru memerintah supir Wang untuk melanjutkan perjalanan.

Sampai di perusahaan, rekan-rekan kerjanya mengungkapkan keprihatinan mereka. Terlepas dari apapun perkataan mereka, Nikita Su menjawabnya sambil tersenyum. “Ngomong-ngomong, Melisa, apakah para reporter itu pergi tanpa menungguku?” Hari ini, sepertinya berjalan sangat lancar, dia tak melihat seorang reporterpun disana.

Melisa mendekat dan berbisik di telinganya: “Sepertinya tidak. Waktu aku datang tadi, para reporter masih ada di sana. Kemudian beberapa lelaki datang, aku tidak tahu apa yang mereka katakan, kemudian para reporter itu langsung bergegas pergi.”

Dengan kemampuan tersebut, Nikita Su secara naluriah teringat akan Leonard Li. Selain dia, harusnya tidak ada lagi yang akan membantunya saat ini. Memikirkan hal ini, hati Nikita Su terasa begitu hangat.

Sepanjang siang ini, Nikita Su tinggal di kantor dan bekerja dengan serius. Sebelum pulang kerja, Nikita Su menerima telepon dari Henny An.

Di dalam restoran, Nikita Su masuk dengan cemas sambil memperhatikan jam di tangan. Dari kejauhan, dia melihat seorang lelaki duduk di dekat jendela yang tengah melihat dokumen di tangannya. Nikita Su nelangkah maju, membungkuk meminta maaf: “Maaf, apakah ini tuan Gu? Maaf aku datang terlambat.”

Marcus Gu mengangkat kepala, matanya tertuju pada wajahnya, kilatan kejutan melintas di matanya, tetapi dia dengan cepat kembali normal. Sambil berdiri, Marcus Gu mengulurkan tangannya dan berkata dengan ramah: “Halo, panggil saja aku Marcus. Tidak apa-apa, aku juga baru saja tiba.”

Duduk di hadapannya, Nikita Su mengambil menu dan memesan beberapa makanan. “Baik, tuan Gu. Henny sudah memberi tahumu tentang situasiku, kan? Kalau aku ingin bercerai, berapa besar peluang menangnya?” Nikita Su bertanya lugas.

Melihat dokumen berisi informasi di tangannya, Marcus Gu menjawab dengan serius: “Henny telah memberi tahuku alasan gugatan cerai adalah karena tidak melakukan tugas suami dan istri selama 3 tahun. Tetapi kalau kamu ingin meningkatkan kemungkinan perceraian agar berhasil, alasan yang terbaiknya adalah temukan bukti kalau hubungan antara kedua pihak memang telah terputus, atau salah satu pihak telah selingkuh.”

Nikita Su mengerutkan kening dan dengan tak enak berkata: “Kamu pasti sudah melihat berita kemarin kan. Apakah itu akan sedikit mempengaruhi gugatannya?”

“Ya ini bisa berdampak. Menurut laporan berita, hubungan pernikahan antara nona Su dan tuan Ye tidak rusak dan cacat. Kalau tuan Ye kukuh untuk tidak bercerai, maka pengadilan akan memutuskan untuk tidak membiarkan kalian bercerai.” Marcus Gu mengatakan fakta yang sebenarnya, “Jadi tugas yang paling urgent sekarang adalah menemukan bukti baru.”

Dengan kedua tangan di atas meja, Nikita Su menundukkan kepalanya: “Aku tahu apa yang harus aku lakukan, dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menemukan bukti.”

Rasa sakit yang muncul di matanya, Marcus Gu sangat mengerti. Sebagai pengacara, dia telah melihat banyak adegan seperti itu. “Nona Su, aku sering mendengar namamu ketika aku masih kuliah. Aku tidak menyangka pertemuan pertama kali kita akan terjadi pada kesempatan seperti ini,” kata Marcus Gu tiba-tiba.

Nikita Su melihatnya dengan heran dan bingung. Melihat reaksinya, Marcus Gu tersenyum: “Nona Su, kamu tidak tahu kalau kamu terkenal? Kamu adalah bunga kampus universitas T.”

Pipi Nikita Su memerah, dia menunduk: “Terima kasih atas pujiannya. Tuan Gu juga sangat tampan. Henny sering membicarakanmu.”

“Itu karena dia sengaja untuk menyenangkan perasaaanku,” kata Marcus Gu.

Nikita Su terkekeh, dia tidak menyangka kalau Marcus Gu bisa bercanda. Nikita Su perlahan-lahan melepaskan tekanan batinnya: “Aku pikir semua pengacara itu lurus dan selalu serius, sekarang tampaknya belum tentu. Tuan Gu, untuk kasus perceraianku ini, maaf nantinya akan merepotkanmu.”

Mengambil cangkir teh, Marcus Gu menjawab dengan senyuman: “Nona Su tidak perlu bersikap sopan dan sungkan seperti itu. Kamu itu adik tingkatku juga teman Henny. Aku pasti akan membantumu, jangan khawatir, aku akan berusaha sebaik mungkin.”

“Panggil aku Nikita saja.” Nikita Su menjawab sambil tersenyum, “Henny bilang kamu sangat hebat, selama ada kamu, pasti tidak akan ada kecelakaan.”

Marcus Gu tersenyum, memberi orang perasaan yang ramah. Saat mereka mengobrol, makanan datang, keduanya akhirnya mengakhiri obrolan dan mulai menikmati makanan mereka.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu