Be Mine Lover Please - Bab 38 Tertangkap Sebagai Paparazzi
Terkadang dia berpikir kalau tidak menghubunginya, maka mereka tidak akan bertemu satu sama lain dan bisa kembali ke posisi semula. Tetapi dia kali ini menemukan terkadang itu hanya sebuah sudut, dan mereka bisa saling bertemu disana.
Pada akhir pekan, Nikita Su hanya berdiam di Jingyuan, dia yang kebosanan membolak-balik majalah desain. Hidupnya memang agak monoton, dia tidak suka bermain game, dan dia tidak suka menjelajahi web, jadi dia sesekali hanya membaca novel dan majalah.
Ketika masih kuliah dulu, dia sering pergi berbelanja dengan Henny An. Setelah menikah, dia menjadi wanita rumahan sepenuhnya, menjaga rumah kosong, menunggu suami yang hampir tidak pernah pulang.
Saat dia sedang mengerjakan karya desainnya dengan penuh konsentrasi, pintu tiba-tiba terbuka dan Henny An berlari masuk dengan tergesa-gesa. Dia mengambil gelas yang Nikita Su taruh di atas meja dan meminum setengahnya.
“Lihatlah dirimu berkeringat seperti itu, ada apa?” Tanya Nikita Su penasaran.
Menurunkan gelas, Henny An berkata dengan marah: “Nikita, aku bilangin ya, Calvin lelaki ini kurang ajar perhitungan sekali. Aku padahal hanya menciumnya, tapi dia bisa membalasku seperti ini. Aku seharian ini sudah pergi ke banyak tempat untuk mencari berita, tetapi ketika orang-orang sana melihat izin kerja yang aku tunjukkan, mereka sama sekali tidak mengizinkan aku masuk. Cobalah kamu pikir, dia bagaimana bisa sejahat itu?”
Setelah mengatakan itu dengan kesal, Henny An mengambil gelasnya lagi dan meminum sisa airnya. “Sudah ku bilang minum dan mabuk-mabukan itu adalah sebuah kesalahan, lihatlah kamu nanti masih berani minum banyak lagi tidak.” Nikita Su berkata dengan bercanda, “Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?”
Berbicara tentang ini, Henny An meraih tangannya dan berkata dengan gembira: “Aku ada mengikuti artis populer selama 2 hari ini, dan akhirnya aku bisa mendapat kesempatan mengetahui jadwalnya. Aku dengar artis populer itu akan menghadiri pesta perjamuan malam ini. Kalau aku bisa masuk ke acara itu, aku pasti bisa mendapatkan beritanya.”
“Nah bagus tuh, semangat ya.” Nikita Su berkata dengan semangat, “Melihatmu keluar pagi dan pulang larut akhir-akhir ini. Selama ada berita, kamu bisa tidur nyenyak...Tunggu, kenapa kamu tertawa begitu aneh? Apakah ada suatu?”
Henny An menyipitkan matanya dan memegangi lengannya, kemudian dengan gembira berkata, “Jadi seperti ini, sulit untuk masuk ke acara itu, ya sulit untuk masuk ke pintu itu tanpa ada undangan. Jadi, kita harus berpikir bagaimana cara mendapatkan undangan...”
Nikita Su mengerucutkan bibir dan tersenyum, memiringkan kepalanya: “Tolong beritahu intinya.” Setelah bertahun-tahun bersamanya, Nikita Su begitu mengenalnya dengan baik.
Sambil memeluknya, Henny An berkata dengan genit, “Sebenarnya bukan apa-apa, kudengar pamanmu itu juga diundang. Dia kan orang hebat, dia pasti mau membantu kita mendapatkan 2 undangan. Dan itu pasti hal yang mudah baginya.”
Sudut-sudut mulutnya bergerak dan dia melemparkan mata yang penuh arti, Nikita Su kemudian meletakkan kata-kata: “Tidak mau.”
Dengan mata menyipit, Henny An menekan seluruh tubuhnya pada Nikita Su. Memegangnya dengan kedua tangan, nada suaranya terdengar memelas: “Nikita...”
Di bawah lampu gemerlap, Nikita Su mengenakan dress selutut yang melambai, dia dengan enggan datang ke sebuah vila mewah. Di sebelahnya, ada Henny An yang mengenakan atasan sederhana dan celana pendek, dan keduanya berdiri di depan pintu vila.
Penjaga keamanan melihat kostum mereka dan hendak mencegatnya tapi ketika melihat Henny An dengan bossy membuang 2 kartu undangan. “Silahkan.” Gerakan penjaga keamanan itu segera terhenti dan tersenyum mengundang mereka masuk.
“Henny, bagaimanapun juga kamu harusnya memakai dress.” Nikita Su berkata dengan suara rendah.
Henny An melambaikan tangannya, berkata dengan tidak setuju: “Aku di sini untuk mengambil berita. Mengenakan dress bisa menghalangi pekerjaanku. Nikita, aku nanti akan pergi kerja sebentar. Jaga dirimu sendiri dulu ya, setelah selesai aku akan menemuimu.”
Setelah mengatakan itu, Henny An mulai mencari mangsa. Malam ini, dia harus mendapatkan kabar terbaik dan terhot. Pesta penyambutan semacam ini adalah saat yang tepat bagi para bintang wanita untuk menggoda dan berhubungan dengan orang penting.
Nikita Su tidak menyukai acara seperti ini, ketika dia hendak mencari sudut untuk mengasingkan diri, sosok tinggi yang familiar muncul di hadapannya. “Pa... Leonard, kebetulan sekali.” Nikita Su tersenyum dan berkata, “Hari ini maaf telah merepotkanmu.”
“Mana temanmu?” Tanya Leonard Li.
Meskipun Leonard Li dapat dipercaya, tapi Nikita Su masih tidak mengatakan yang sebenarnya padanya: “Henny dia sedang jalan-jalan, dia lebih suka jalan, hm itu, aku juga pergi jalan-jalan dulu.”
Melihatnya, Leonard Li hanya berdehem. Kemudian melihat ada seseorang yang datang, dia tidak berkata apa-apa dan berjalan ke depan. Berita beberapa hari yang lalu masih ada belum sepenuhnya redup, dan dia tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak perlu untuk Nikita Su.
Melihat dia pergi, Nikita Su tersenyum dan berjalan ke arah lain. Kebisingan di sini tidak ada hubungannya dengan dia sedikitpun.
Di sisi lain, Henny An setelah pergi meninggalkan Nikita Su langsung pergi mencari bintang populer Carla Liu. Hanya dia telah mencari di lingkaran besar orang, tetapi tidak ada melihat sosoknya. “Aneh, kemana dia pergi?” Henny An bergumam heran.
Tiba-tiba, seorang wanita melintas dari jarak tidak jauh. Dengan sekali pandang, Henny An langsung menyadari kalau dialah orang yang dicarinya malam ini. Melihat sekeliling matanya, Henny An langsung berjalan mengikutinya.
Carla Liu menaiki tangga dan berjalan ke lantai 2. Henny An berjalan dengan sangat ringan, mencoba untuk tidak membuat suara apa pun. Sampai di lantai 2 Henny An baru mau berbalik tapi langsung mengerucutkan tubuhnya, ada energi tinggi dan berita besar di depannya!
Dia dengan hati-hati menjulurkan kepalanya, Carla Liu tiba-tiba menghentikan seorang lelaki, tangannya meraih tangan yang lain: “Direktur Fu, malam ini kosong tidak?”
Melalui celah kecil itu, Henny An melihat kalau lelaki itu adalah musuhnya Calvin Fu. Pada saat ini, dia berdiri tegak, ekspresinya tidak dapat dilihat karena berada dalam kegelapan: “Tidak ada waktu.”
Ditolak secara langsung, Carla Liu tidak langsung putus asa, tetapi bersandar pada lengannya dan berkata dengan lembut, “Ah, kepalaku sangat pusing...”
Mendengar itu, Henny An terlihat begitu jijik. Ini adalah alasan klasik dan kuno. Meskipun dia merendahkannya, tapi Henny An dengan cepat mengeluarkan kamera dari tasnya. Kemudian dengan hati-hati berbalik, menghadap kedua orang yang berada tidak jauh darinya
Carla Liu terus menggosok lengannya tanpa putus asa, dan sosoknya yang berapi-api bisa dilihat di balik pakaian tipis itu. Dia menaruh tangannya di dada, berkata dengan lembut, “Direktur Fu, bisa bantuk aku untuk duduk sebentar?”
Calvin Fu adalah salah satu orang yang terbaik dan terhebat di industri hiburan, dia juga direktur perusahaan media film dan televisinya adalah perwakilan paling kuat di industri hiburan. Mampu menangkap dan meraihnya itu sama dengan bisa mendapatkan masa depan yang mulus. Setelah tidak mudah mendapatkan kesempatan ini, Carla Liu secara alami tentu tidak ingin melewatkannya.
Melihat sosok seksi itu, sesuatu melintas di mata Calvin Fu. Dia memegang tangannya, ekspresinya tetap sama, tanpa banyak perubahan.
Tampaknya ada sedikit kemajuan, membuat Carla Liu semakin percaya diri dan maju. Dia berdiri berjinjit dan mulai mencium bibirnya. Calvin Fu mengerutkan kening, tetapi tidak mendorongnya. Dan Carla Liu semakin memperdalam ciumannya.
Henny An mengambil foto dan video dengan ceria, dia terus berpindah-pindah. Melihat wajah jernih Carla Liu di lensa, Henny An tidak bisa menahan tawa terbahak-bahak saat memikirkan berita terbaru besok pagi yang akan sangat menggemparkan.
Ketika menyadari sesuatu, itu semua sudah terlambat. “Siapa?” Terdengar suara yang dalam dan mata Henny An membelalak. Dia hendak kabur, tapi pergelangan tangannya sudah tertangkap.
Calvin Fu mendorong Henny An dengan keras membuatnya jatuh ke tanah karena malu. “Aduh, lututku.” Henny An mengerang kesakitan, lalu dengan cepat bangkit, meletakkan tangannya di belakang punggungnya.
Melihat wajahnya, Calvin Fu mengerutkan kening: “Kamu lagi.”
Henny An tertawa kering, kemudian mundur selangkah dan berkata sambil menyeringai: “Aku baru saja lewat, maaf mengganggumu. Silahkan lanjutkan, lanjutkan...”
Ketika Henny An hendak melarikan diri, dia mendengar suara dinginnya: “Serahkan barang-barang di tanganmu.”
Matilah dia ketahuan... Henny An berdiri miring dan menjawab dengan kukuh, “Ini barangku, aku tidak mau.” Saat mengatakan itu, dia telah bersiap untuk melarikan diri, tetapi tubuhnya sudah di tarik kembali olehnya.
Belum sempat bereaksi, kamera di tangannya telah diambil olehnya. “Brengsek, kembalikan padaku!” Teriak Henny An dengan keras.
Calvin Fu mengeluarkan kartu memori dengan lantang membaginya menjadi dua. Henny An mencoba untuk meraihnya, dan Calvin Fu menjentikkan tangannya dan kamera terbuang di udara. Lalu terjatuh, mungkin kameranya kini telah terbelah menjadi beberapa bagian.
Mata Henny An membelalak, dia berseru dengan marah: “Calvin, kau bajingan, kenapa kamu menghancurkan kameraku? Ini pekerjaanku, ini pekerjaanku. Kamu kenapa...”
Sebelum dia selesai berbicara, Calvin Fu membungkuk dan mencium bibirnya secara langsung, menggunakan tindakan praktis untuk menghentikan mulutnya yang berceloteh. Henny An masih memberontak dan Calvin Fu yang melihatnya, meraih tangannya dan menekuk ke punggungnya.
Semakin dalam, ciuman Calvin Fu tidak lembut, lebih terasa seperti hukuman. Semenit kemudian, Calvin Fu melepaskannya dan berkata dengan dingin, “Kalau kamu masih mengikuti aku lagi, aku pastikan kamu akan mati.”
Setelah mengatakan itu, tanpa melihatnya lagi, Calvin Fu berjalan ke bawah. Menyeka air liur dari mulutnya, Henny An mengejarnya dengan marah, menghalangi jalannya: “Calvin Fu, kamu atas dasar apa menciumku paksa!”
Melihatnya yang marah dan kesal, bibir Calvin Fu melengkung: “Sama-sama kan, jadi kita imbang.” Setelah itu dia berjalan ke bawah sendiri.
Henny An rasanya berang sekali, tapi tak berdaya. Siapa yang menyuruhnya menciumnya lebih dulu? Sebelum dia sempat berduka karena kameranya, Carla Liu menatapnya dengan marah: “Berani merusak rencana baikku, tunggu dan lihat saja.”
Melihat kepergiannya, Henny An mengulurkan tangan untuk menghentikannya. Carla Liu memandangnya dengan tidak senang, tetapi melihatnya tersenyum cerah: “Nona Liu, mari kita obrolkan dengan baik. Jika kamu tertarik, izinkan aku melakukan wawancara denganmu.”
Dengan mendengus dingin, Carla Liu berkata dengan nada menghina, “Hanya seorang kamu?”
Dia menepuk tangannya, alisnya terangkat, dan Henny An tersenyum buruk: “Tentu saja, Nona Liu harusnya tidak ingin melihat berita seperti selebriti populer pergi merayu CEO kaya dan tampil di berita hiburan kan?”
“Kamu mengancamku? Kamu tidak punya bukti, memangnya masih ada yang akan percaya?” Carla Liu berkata sambil mencibir.
Sambil mengangkat bahu, Henny An berkata dengan acuh tak acuh: “Aku tidak tahu tentang itu. Tapi netizen saat ini sangat menyukai gosip. Posisimu adalah seorang selebriti wanita lugu, meskipun itu palsu, ya semuanya pasti akan tertarik untuk melihatnya. Dan pada saat itu tiba, itu tidakkah bisa mempengaruhi citra Nona Liu di hadapan para netizen?”
Melihat wajahnya yang hitam, Henny An menjadi bangga padanya. Meski dia tak bisa menyelesaikan Calvin Fu, tapi dia sudah lebih dari cukup hebat untuk menghadapi wanita seperti ini. “Bagus sekali taktikmu,” kata Carla Liu dengan gigi terkatup.
Sambil tersenyum puas, Henny An membuat tanda kemenangan. Melihat bodi kamera yang masih tergeletak di tanah, Henny An berkata dalam hati, “Kamera, jangan khawatir, aku akan balas dendam untukmu.”
Novel Terkait
Menantu Hebat
Alwi GoMy Lady Boss
GeorgeThis Isn't Love
YuyuCinta Yang Terlarang
MinnieBlooming at that time
White RoseDemanding Husband
MarshallCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyBe Mine Lover Please×
- Bab 1 Gejolak Cinta Di Kamar Pernikahan
- Bab 2 Setidaknya Dia Tidak Membantu Orang Lain Untuk Melahirkan Anak
- Bab 3 Paman, Bisa Tidak Anggap Tidak Melihatku Disini?
- Bab 4 Dibawa Paman Pulang
- Bab 5 Istrinya Pasti Akan Sangat Sedih
- Bab 6 Menikah 3 Tahun Tapi Masih Belum Ada Kabar Hamil
- Bab 7 Paman Sakit, Sakit...
- Bab 8 Aku Ini Keponakanmu
- Bab 9 Melihatmu Hanya Akan Membuatnya Merasa Jijik
- Bab 10 Hari Ini, Kita Akan Melakukan Tugas Suami Istrinya Di Kamar Ini
- Bab 11 Tidak Boleh Masuk
- Bab 12 Kalau Tidak Mau Dia Datang, Tenanglah
- Bab 13 Benar-Benar Liar Dan Sangat Murahan
- Bab 14 Masih Mau Lagi?
- Bab 15 Menyakiti, Bukanlah Alasan Untuk Mencintai
- Bab 16 Cewek, Malam Ini Ada Janji?
- Bab 17 Kakak Ipar, Apakah Kamu Sedang Curi Pandang Melirik Kakak Kedua?
- Bab 18 Aku Lebih Suka Memanggilmu Kakak Ipar
- Bab 19 Mimpi Yang Hancur
- Bab 20 Keintiman Yang Luar Biasa
- Bab 21 Lain Kali, Jangan Memakai Terlalu Pendek
- Bab 22 Melihat Maksud Istriku
- Bab 23 Ingin Aku Membantumu Melepaskannya?
- Bab 24 Seranjang
- Bab 25 Menyukaimu
- Bab 26 Kencan Pertama
- Bab 27 Para Pria, Seberapa Tahan Lamanya Kalian?
- Bab 28 Setelah Tidur Bersama, Ingin Langsung Menyelinap Pergi?
- Bab 29 Jadi Kamu Bisa Menjadi Gangster Jika Sedang Mabuk?
- Bab 30 Senangi Aku
- Bab 31 Pernikahan Ini Harus Berakhir
- Bab 32 Telurmu Tidak Pecah Kan?
- Bab 33 Pertemuan Di Malam Hari
- Bab 34 Memangnya Aku Menunjukannya Dengan Sangat Jelas?
- Bab 35 Keindahan Di Depan Mata
- Bab 36 Kamu Lebih Enak
- Bab 37 Tinggal Dan Tenang Di Sisiku
- Bab 38 Tertangkap Sebagai Paparazzi
- Bab 39 Dadanya Terlalu Besar
- Bab 40 Aku Suapi
- Bab 41 Nona Su, Apakah Butuh Celana Panjang?
- Bab 42 Diusir Keluar
- Bab 43 Orangmu Adalah Milikku
- Bab 44 Datang Ke Hotel? Ada Perzinahan!
- Bab 45 Cinta Terlalu Melelahkan, Tidak Ingin Memilikinya Lagi
- Bab 46 Bilang Baik?
- Bab 47 Tidak Ingin Mencoba?
- Bab 48 Apa Mungkin Sudah Ada?
- Bab 49 Dia, Tidak Tahan Kesepian
- Bab 50 Konflik Antara Ayah Dan Anak
- Bab 51 Ambil Inisiatif
- Bab 52 Jebakan Wanita Cantik
- Bab 53 Berdirinya Tidak Stabil?
- Bab 54 Situasi Mendadak, Terluka
- Bab 55 Kebijakan Mollifikasi
- Bab 56 Adakah Memikirkan Aku?
- Bab 57 Penemanan Manis
- Bab 58 Nikita, Tunggu Aku
- Bab 59 Memperlakukan Sebagai Keponakan, Tidak Baikkah?
- Bab 60 Aku Hamil
- Bab 61 Nikita Su, Aku Mencintaimu
- Bab 62 Berbagi Ranjang Yang Sama
- Bab 63 Mendapatkan Akta Nikah
- Bab 64 Menikahlah Denganku
- Bab 65 Menaruh Obat, Dan Masuk Perangkap
- Bab 66 Kebenaran Malam Itu
- Bab 67 Pengakuan Ketika Mabuk
- Bab 68 Dua Tamparan, Menghapus Rindu
- Bab 69 Bajingan Dan Pelacur, Pasangan Serasi
- Bab 70 Aku Hanya Khawatir Kamu Mundur
- Bab 71 Masalah Diluar Dugaan
- Bab 72 Demonstrasi Musuh
- Bab 73 Pernah Membenci Pria Itu?
- Bab 74 Mengingatkan Dengan Pergerakan Nyata
- Bab 75 Leonard Li, Aku Ingin Menciummu
- Bab 76 Persyaratan Yang Murah Hati
- Bab 77 Perceraian Tidak Gampang
- Bab 78 Bos, Bantu Aku Cari Dokter
- Bab 79 Istriku
- Bab 80 Saling Bertemu, Lebih Baik Dari Tidak Bertemu
- Bab 81 Mencintainya? Kamu Tidak Tahu Malu!
- Bab 82 Apakah Ada Keinginan Untuk Berhubungan Lebih Dekat Dengannya?
- Bab 83 Di Mana Itu Mulai Maka Akhirinya Di Sana Juga
- Bab 84 Bisa Jangan
- Bab 85 Saat Kamu Menyentuhku
- Bab 86 Sayangnya, Aku Tidak Tertarik
- Bab 87 Lalu, Apakah Kamu Menginginkan Aku?
- Bab 88 Di Hotel Menangkap Perselingkuhan
- Bab 89 Nama belakangmu Dingin, Akan Membuatmu Hangat
- Bab 90 Kenapa Aku Harus Menggambar Kamu??
- Bab 91 Dimurahkan
- Bab 92 Foto-foto Porno
- Bab 93 Nikita Su, Kamu Tidak Bisa Menggerakkan!
- Bab 94 Tidak Boleh Memberitahu Dia
- Bab 95 Semua Dikhianati? Tidak Keberatan
- Bab 96 Energi Buruk Berarti Cacat
- Bab 97 Kamu Ingin Aku Lebih Membenci Kamu?
- Bab 98 Tidak Ada Cara Untuk Mencintainya Lagi
- Bab 99 Ingin Melompat? Aku Menemanimu
- Bab 100 Tahu Mengganggu, Masih Tidak Keluar?
- Bab 101 Dibandingkan Dengan Cinta, Lebih Takut Kehilangan
- Bab 102 Tidak Boleh Memakai Pakaian Renang
- Bab 103 Membiarkan Kamu Merawat, Bukannya Bagus Juga?
- Bab 104 Dia Tidak Dapat Membayarnya, Aku Yang Membayar
- Bab 105 Selera Unik
- Bab 106 Lebih Lama Dari Yang Dia Pikirkan
- Bab 107 Gadis Kecil Yang Misterius
- Bab 108 Horor Tengah Malam
- Bab 109 Dihatimu, Mereka Lebih Penting Dariku?
- Bab 110 Hari Ini Nikita Punyamu
- Bab 111 Kamu Boleh Kembali Padanya
- Bab 112 Paling-paling, Hanya Menghangatkan Tempat Tidur
- Bab 113 Aku Akan Tidur Denganmu
- Bab 114 Sepertinya, Kamu Disambut Dengan Sangat Baik
- Bab 115 Kamu Mendorongku, Kan?
- Bab 116 Kita Putus
- Bab 117 Hanya Bisa Memilih Satu Orang, Siapa Yang Kamu PIlih?
- Bab 118 Kamu Benar-benar Bersusah Payah
- Bab 119 Aku Lebih Memahami Dirimu
- Bab 120 Yang DIsebut Tidak Tahu Malu
- Bab 121 Kamu Suka
- Bab 122 Melayani Wanita Sendiri, Itu Tidak Memalukan
- Bab 123 Aku Berani Menggoda Kamu, Terlebih Lagi Ingin Menghidupi Kamu
- Bab 124 Aku Ingin Melindungimu Satu Kali
- Bab 125 Aku Leonard tidak Memohon Kepada Orang, Sekarang Memohon Kepadamu
- Bab 126 Tapi Lebih Takut Sakit
- Bab 127 Menahan Diri Dari Napsu
- Bab 128 Ini Hasil Yang Kamu Inginkan, Bukan?
- Bab 129 Kelihatannya Aku Tidak Layak
- Bab 130 Nona Su, Pengecualian Dari CEO
- Bab 131 Keterampilan Merayu Meningkat
- Bab 132 Dipenjara
- Bab 133 Mencari, Dimana Dia?
- Bab 134 Anak Mati Lemas?
- Bab 135 Tidak Perlu Persetujuannya
- Bab 136 Pesta Hongmen
- Bab 137 Merancang Jebakan
- Bab 138 Pergi, Pergi!
- Bab 139 Dia Mendesak Aku Menuju Jalan Kematian
- Bab 140 Kamu Mencintainya, Bukan?
- Bab 141 Nikita, Aku Menikmati Inisiatif Kamu
- Bab 142 Beribadah Ke Desa
- Bab 143 Penyesalan
- Bab 144 Ketahuan Curang
- Bab 145 Jangan Sentuh Aku, Kotor
- Bab 146 Ada Rumor Apa Di Arena?
- Bab 147 Calvin Fu, Selera Kamu Begitu Berat?
- Bab 148 Nikita, Maukah Kamu Menikah Denganku?
- Bab 149 Dimataku, Kamu Bahkan Bukan Kentut
- Bab 150 Khawatir Tentang Konsekuensi Dari Mengingkari Janji
- Bab 151 Natasha, Maaf
- Bab 152 Kebenaran Yang Terjadi Di Masa Lalu
- Bab 153 Apakah Hewan Peliharaan Kecil, Bisa Menghangatkan Tempat Tidur?
- Bab 154 Sedikit Pelajaran
- Bab 155 Menikah, Atau Tidak Menikah?
- Bab 156 Siapa Yang Lebih Penting, John Fu Atau Aku?
- Bab 157 Tukang Selingkuh Ini, Melakukan Dengan Baik!
- Bab 158 Tujuan Winny Li
- Bab 159 Perangkap, Kepalsuan
- Bab 160 Aku Percaya Padanya, Tanpa Syarat
- Bab 161 Anak Ini Mau Dipertahankan Atau Tidak?
- Bab 162 Mengetahui Sarang Harimau, Lompat
- Bab 163 Apakah Semakin Beradaptasi, atau Tidak Menyukainya?
- Bab 164 Tidak Akan Keberatan Dengan Sedikit Cacat Ini
- Bab 165 Akhir Yang Menyedihkan
- Bab 166 Semua Ketidakadilan Itu Terjadi, Demi Bertemu Denganmu
- Bab 167 Impotensi, Tidak Akan Begitu Cepat
- Bab 168 Leonard Li, Kamu Adalah Pria Yang Hangat
- Bab 169 Bra Tidak Bisa Robek.
- Bab 170 Ternyata Selalu Tahu
- Bab 171 Jenis Rasa Sakit Lain, Lebih Tidak Nyaman
- Bab 172 Leonard Li, Aku Ingin Seorang Bayi
- Bab 173 Kebenaran Tentang Nikita
- Bab 174 Bahkan Tidak Memiliki Kemampuan Untuk Menipu Diri Sendiri
- Bab 175 Kamu Nikita Su, Dan Aku Leonard Li Yang Akan Mengambil Keputusan
- Bab 176 Aku Merindukanmu
- Bab 177 Paman, Bisahkan Kamu Tidak Begitu Galak?
- Bab 178 Apakah Sudah Cukup?
- Bab 179 Beritahu Nenek Zhang
- Bab 180 Aku Tidak Rela Kamu Mati, Lebih Baik Aku Saja Yang Mati
- Bab 181 Seperti Orang Gila, Kasihan dan Penuh Kebencian
- Bab 182 Pimpin Ular Keluar Dari Lubang
- Bab 183 Aku Akan Merawatmu, Seumur Hidup
- Bab 184 Dialog Yang Membuat Detak Jantung Cepat Dan Muka Memerah
- Bab 185 Sekarang, Sudah Ada Rasakan?
- Bab 186 Secara Resmi Menyerahkannya Kepadamu, Nyonya Li
- Bab 187 Jangan Lupa, Jangan Lupa!
- Bab 188 Keuntungan Pengantin Baru
- Bab 189 Tidak Bisakah Kamu Bersikap Lembut Sedikit?
- Bab 190 Tidak Apa-apa, Hanya Saja Sedikit Merindukanmu
- Bab 191 Batas Kesabaranmu... Adalah Alvina Mu
- Bab 192 Apakah Kamu Berselingkuh Terang-terangan?
- Bab 193 Pria Yang Cemburu
- Bab 194 Aku Punya Hak Untuk Menolak?
- Bab 195 Nikita Adalah Bibimu, Perhatikan
- Bab 196 Jika Aku Tidak Memiliki Muka Tebal, Kamu Mungkin Jadi Milik Orang Lain
- Bab 197 Selamatkan Aldo, Ya?
- Bab 198 Pihak Ketiga Yang Menghancurkan Kamu Dan Aldo
- Bab 199 Kamu Bahkan Tidak Memperdulikan Nyawa Sendiri Untuknya!
- Bab 200 Ingin Menyentuh?
- Bab 201 Istriku Hamil
- Bab 202 Aku Ingin Tidur Denganmu (Penerus Mahkota)
- Bab 203 Apakah Kamu Shio Monyet, Mengapa Kamu Begitu Cemas?
- Bab 204 Upacara Pertemuan, Krisis
- Bab 205 Nikita Terbuat Dari Air, Kamu Terbuat Dari Semen
- Bab 206 Aku Tinggal Bersama Dengan Kakak Ipar
- Bab 207 Apakah Ada Hubungan Fisik?
- Bab 208 Mimpi Buruk Di Tengah Malam
- Bab 209 Diantara Aku Dan Dia Siapa Yang Lebih Penting ?
- Bab 210 Istriku, Buatkan Aku Semangkuk Mie
- Bab 211 Mengerti Kebenaran
- Bab 212 Kamu Adalah Wanitaku, Aku Lebih Peduli Kamu
- Bab 213 Sekarang, Aku Benar-Benar Percaya
- Bab 214 Alvina Mu, Jangan Melawan Kesabaranku
- Bab 215 Tiba-tiba Berubah
- Bab 216 Dimatamu, Tidak Bisa Menolelirnya?
- Bab 217 Jawaban Terakhir
- Bab 218 Jika Kamu Tidak Berani Menginginkannya, Selanjutnya Tidak Akan Membiarkanmu Menyentuh Aku
- Bab 219 Kamu Juga Berani Merendam Pria Aku?
- Bab 220 Hukuman Nakal
- Bab 221 Bunga Halaman Belakang
- Bab 222 Dimana Dia berada, Disitulah Rumahnya
- Bab 223 Apa Rutin?
- Bab 224 Anak Yang Membutuhkan Penjagaanku
- Bab 225 Kenapa Kamu Tidak Bisa?
- Bab 226 Aldo, Jangan Main-main Denganku
- Bab 227 Jika Harus Memilih Salah Satu, Akan Memilih Kamu
- Bab 228 Cepat Antar Aku Ke Rumah Sakit!
- Bab 229 Kalian Berdua Pernah Punya Hubungan?
- Bab 230 Terluka, Akhirnya Datang
- Bab 231 Jangan Pergi, Aku Ingin Kamu Menemaniku
- Bab 232 Kamu Hanya Alvina Mu, Tanggung Jawab Yang Harus Aku Tanggung
- Bab 233 Jauh-Jauh Melihat Kebahagiaanmu
- Bab 234 Aku Dan Alvina Mu, Hanya Memilih Satu, Pilih Siapa?
- Bab 235 Harus Pergi (Penambahan Ulang Tahun)
- Bab 236 Memasukkan Obat Sendiri
- Bab 237 Aku Mohon, Meninggalkan Aku, Oke? Aku Tidak Ingin Mencintai Lagi....
- Bab 238 Alvina Mu, Kamu Masih Tidak Pantas
- Bab 239 Serangan Balik Leonard Li
- Bab 240 Bisakah Membiarkan Aku Memegang Perutmu?