Be Mine Lover Please - Bab 112 Paling-paling, Hanya Menghangatkan Tempat Tidur

Nikita Su menganggap bahwa hubungan antara dirinya dan Leonard Li hanya menemui beberapa hambatan kecil. Selama melangkah, maka bisa berjalan dengan lancar. Tetapi dia menemukan bahwa segala sesuatunya jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan.

Keesokan paginya, Nikita Su bangun dengan matanya yang merah bengkak, lalu mengulurkan tangan dan mendaratkan di posisi sampingnya, hawa dingin membuat hatinya dingin. “Tadi malam, apakah dia tidak kembali tidur?” Nikita Su bergumam pada dirinya sendiri.

Dia tidak mengerti mengapa bunga itu begitu penting, begitu penting hingga dia bisa begitu dingin padanya. Bahkan permintaan maafnya tidak berhasil. Semakin memikirkannya, kabut di hati semakin berputar.

Sambil mendesah pelan, Nikita Su berdiri dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Tidak peduli apa yang terjadi di antara mereka, hidup harus terus berlanjut. Di Perusahaan Yitian, ketika Nikita Su sedang bekerja, Direktur Wu melangkah maju: "Nikita, apakah kamu dan Direktur Li sedang bertengkar?"

Ha? Bagaimana dia tahu? Hatinya seketika menjadi gugup, tetapi Nikita Su sengaja tersenyum dan tenang: "Tidak, ada apa Direktur Wu?"

“Barusah asisten Direktur Li menelepon dan berkata bahwa proyek kali ini, meminta desainer lain untuk melaksanakannya. Jadi, aku pikir kalian bertengkar. Sepertinya Direktur Li khawatir kamu terlalu lelah, dia sangat perhatian denganmu. Nikita, aku sudah mengatur proyek ini untuk diberikan kepada desainer lain, jadi kamu dapat menangani pekerjaan yang tersisa terlebih dahulu. "

Nikita Su mengangguk, senyumnya tidak sampai ke dasar matanya. Duduk di kursi dengan tatapan kosong, melihat ke titik tertentu dengan saksama. Dia tidak menyangka bahwa Leonard Li tidak ingin terlibat dengannya bahkan dengan urusan pekerjaan. Perubahan ini terjadi begitu cepat sehingga dia tidak bisa menerimanya untuk sementara waktu.

Di dapur, Nikita Su sedang memegang cangkir air, ketika dia hendak masuk, dia tiba-tiba mendengar beberapa rekan berbicara di sana, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berhenti. Karena fokus diskusi mereka adalah Leonard Li.

“Apakah kalian sudah dengar? Winny akhir-akhir ini sering muncul di Perusahaan Li. Sepertinya dia sudah bertekad ingin bersama Direktur Li” ujar rekan A.

Rekan lainnya mengangguk dan berkata setuju: "Ya, aku juga mendengar bahwa Direktur Li dan Winny tadi malam berkencan. Tetapi tidak ada bukti, aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak."

Tadi malam? Mata Nikita Su melebar secara naluriah saat mendengar kata sensitif ini. Tadi malam Leonard Li pulang larut malam, apakah dia selalu bersama Winny Li? Memikirkan kemungkinan ini, kepalan tangan Nikita Su semakin erat.

“Tapi bukankah Direktur Li bersama Nikita? Aku dengar dia sangat baik kepada Nikita Su.” Tanya rekan A penasaran.

Segera setelah itu, terdengar suara yang menghina: “Apakah kamu tidak dengar? Nikita sebelumnya ditugaskan untuk mengerjakan proyek yang baru saja dibahas oleh Perusahaan Li, hari ini Direktur Wu sudah mengganti orang lain. Aku dengar itu adalah perintah Direktur Li, aku lihat sepertinya Direktur Li sudah tidak tertarik lagi dengan Nikita.”

Sambil menggigit bibir, Nikita Su terdiam. Desas-desus ini terkadang yang paling menyakitkan. “Dan juga, biarpun Nikita begitu cantik, tapi bagaimanapun juga ia sudah pernah cerai, bekas pria lain. Meskipun menyukainya, tidak mungkin berubah meningkat menjadi seorang istri. Terlebih lagi, Direktur Li memiliki identitas dan harga diri sebagai pria sukses. "

Dengan mata tertutup, semua emosi disembunyikan. Menarik napas dalam-dalam, Nikita Su membuka matanya dan berjalan masuk dengan pura-pura. Melihat kedatangannya, rekan-rekan itu seketika panik. Hanya saja saat mereka menatap mata Nikita Su, muncul sentuhan simpati.

Menuangkan teh, percakapan mereka terus bergema di telinga. Mungkinkah Leonard Li benar-benar kehilangan ketertarikan padanya, apakah tidak ada cinta sejati di antara mereka? Semakin ia memikirkannya, rasa kesal di hatinya berangsur-angsur meningkat.

Sore harinya, untuk pertama kalianya Nikita Su tidak kembali ke vila seperti biasanya, melainkan pergi makan bersama Henny An. Dengan kepala tertunduk, dirinya berada dalam keadaan lesu.

“Nikita, bagaimana bisa begitu banyak hal terjadi padamu dan Paman? Aku selalu merasa dia bukan tipe orang yang bisa bermain-main dengan perasaan,” kata Henny An dengan percaya diri.

Sambil mengangkat kepalanya, Nikita Su berkata dengan senyum pahit: "Tahu orang, tahu wajah namun tidak tahu isi hatinya, di dunia ini, banyak hal dapat berubah, terutama perasaan, yang paling tidak dapat dipercaya."

Setelah mengalami kejadian baru-baru ini, Nikita Su berpikir seperti ini. "Tapi aku masih tidak percaya, kepribadian Paman jauh lebih baik daripada Calvin, meskipun Calvin sering pergi mencari pelacur, tapi aku juga tidak percaya Paman akan melakukannya." Henny An memperkuat kondisi dirinya.

Melihat bagaimana dia percaya pada Leonard Li, Nikita Su berkata dengan lemah: "Benarkah? Mungkin bukan saat bertemu seseorang yang sangat dicintai. Mungkin perasaannya padaku belum menjadi cinta? "

Mendengar itu, Henny An menepuk punggungnya dan berkata dengan nada bercanda: “Nikita, jangan terlalu percaya pada dirimu sendiri, oke? Kamu begitu cantik, namun khawatir tidak bisa mendapatkan hati seorang pria. Dalam masyarakat saat ini, yang terpenting adalah wajah, kamu memiliki syarat pertama ini, jadi jangan takut pada apa pun. "

Mendengar dia menenangkan dirinya, Nikita Su memiliki senyum kecil di wajahnya. Terkadang, kebenaran selalu lebih kejam. Memakan hidangan yang biasa disukai, namun sudah tidak ada rasa.

Usai makan malam, demi menyesuaikan suasana hatinya, Henny An menemaninya jalan-jalan. Berjalan cepat di jalan, Henny An berkata sambil tertawa kecil: "Jalan-jalan, usir semua hal yang tidak membuatmu bahagia, pasti kamu akan merasa jauh lebih baik."

Nikita Su tersenyum lembut tanpa menjawab. Jika dia bisa membuat suasana hatinya lebih baik dengan mudah, dia tidak perlu mengkhawatirkannya. Namun, mengobrol dengan Henny An akan mengurangi kesedihan di hatinya.

Berbelok di tikungan, Nikita Su hendak melanjutkan berjalan ke depan, tiba-tiba Henny An mengulurkan tangan untuk menghentikannya. Saat melihat situasi ini, Nikita Su bertanya dengan curiga: "Henny, ada apa?"

Dengan senyuman aneh, Henny An tersenyum sinis "Nikita, ayo kita lewat jalan lain, aku ingat di sana ada toko kue yang rasanya enak, ayo ke sana sambil belanja."

“Tidak perlu, aku sekarang tidak bisa makan yang manis-manis.” katanya, Nikita Su ingin terus melangkah maju. Melihat ini, Henny An segera mengikutinya untuk bergerak, berusaha menyembunyikan sesuatu.

Melihatnya bertingkah aneh, Nikita Su mengerutkan kening: "Henny, ada apa denganmu?"

Setelah tertawa paksa, Henny An melangkah maju dan menarik tangannya: “Ayo pergi, aku tiba-tiba ingin makan kue.” Sambil berkata, dia ingin membawanya pergi tanpa ada penjelasan.

Nikita Su baru dua langkah ditarik olehnya, namun tasnya terlepas dari tangannya, Nikita Su membungkuk untuk mengambilnya. Melirik sembarangan, dia tiba-tiba menyadari bahwa mobil Leonard Li diparkir di depan. Apakah dia berada di sekitar?

Memikirkan hal ini, Nikita Su secara naluriah menoleh, ketika dia melihat sosok di jendela, wajah Nikita Su langsung memucat. Dalam posisi jendela restoran, Leonard Li duduk di sana dengan tenang. Dan duduk di hadapannya adalah Winny Li

Henny An menampar wajahnya sendiri. Dia awalnya ingin menyembunyikannya, tapi dia tidak menyangka akan berakhir dengan ... "Nikita, Paman dan Winny hanya makan bersama. Bukan apa-apa. "Henny An membantu Leonard Li menjelaskan padanya.

Nikita Su tidak berbicara, tetapi menatap Leonard Li dengan saksama. Jarak keduanya memang tidak jauh, hanya dipisahkan oleh dinding kaca, namun seolah berjauhan. Seolah menyadari tatapannya, Leonard Li melihat ke samping. Saat dia melihatnya, kejutan melintas di matanya, tetapi dia dengan cepat mengembalikan ekspresi wajahnya.

Matanya tenang, dan keduanya saling memandang seperti itu. Dada Nikita Su naik turun, dan kepalan tangan yang tergantung di sampingnya perlahan ditarik. “Kenapa, dia tidak keluar untuk menjelaskan padaku?” Hati Nikita Su bergumam dengan sedih.

Winny Li juga melihatnya dengan kejutan berkedip di wajahnya, tapi kemudian dia meringkuk dengan senyum kecil penuh kemenangan. Berdiri, datang ke sisi Leonard Li, di bawah tatapannya, dengan intim meletakkan tangannya di lengan Leonard Li. Tapi Leonard Li tidak mendorongnya.

Henny An menghampirinya, tetapi tidak tahu bagaimana membujuknya. Ia tidak menyangka jika Leonard Li akan intim dengan wanita lain di depan Nikita Su. “Nikita, kita sekarang buru-buru masuk, kita temui mereka dan beri pelajaran!” Kata Henny An dengan marah, dan berjalan langsung ke dalam.

Berjalan beberapa langkah, namun tangannya segera ditarik oleh Nikita Su. “Jangan pergi, tunggu disini. Jika kita masuk dan membuat masalah, itu hanya akan membuat malu.” Nikita Su berkata dengan tenang.

Dengan amarah Henny An yang membara, dia pasti akan mengangkat meja mereka. “Nikita, apa kamu masih mempertimbangkan Leonard? Kamu bodoh sekali!” Kata Henny An lantang.

Tidak ada jawaban, hanya menatap mereka. Dia ingin melihat apakah dia masih bisa makan dengan tenang. Sepuluh menit kemudian, Leonard Li dan Winny Li sama-sama muncul. Winny Li tampak terkejut dan menatapnya: "Bukankah ini Nona Su? Kebetulan sekali, bertemu di sini."

Mengabaikannya secara langsung, di mata Nikita Su hanya ada Leonard Li: "Apa yang ingin kamu katakan padaku?"

Leonard Li terdiam, tapi menatapnya dengan tenang. Setelah melihat ini, Winny Li menyeringai: "Nona Su, Leonard ..."

"Diam! Bukan giliranmu untuk ikut campur masalahku dan Leonard." Nikita Su menyela dengan wajah dingin, "Leonard, apakah tidak ada yang ingin kamu katakan?"

Melihatnya mencoba berpura-pura tenang, Leonard Li mengerutkan kening tanpa sadar. Jika sebelumnya, Leonard Li tidak akan pernah membiarkannya menunjukkan ekspresi seperti itu dan akan memeluknya tanpa ragu-ragu.

Dengan ekspresi dingin, Leonard Li memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya dan berkata dengan dingin: "Pulang."

Ha ha… Nikita Su menertawakan dirinya, tak menyangka saat ini pun Leonard Li masih enggan memberi penjelasan. “Leonard, apakah kamu mengaku selingkuh? Kamu adalah pria bajingan, kamu anggap Nikita sebagai apa!” Seru Henny An penuh emosi.

Leonard Li menatapnya dengan dingin, suaranya seperti es: "Itu tidak ada hubungannya denganmu."

Dengan berkacak pinggang dan menatap matanya, Henny An dengan marah: "Urusan Nikita adalah urusanku. Jika hari ini kamu tidak menjelaskannya, maka jangan harap kamu bisa pergi dari sini." Ia selalu berpikir Leonard Li adalah seseorang yang diturunkan dari surga untuk Nikita Su, tapi dia tidak menyangka itu hanya omong kosong. Saat ini, Henny An sangat menyesal menjodohkan mereka berdua.

“Selingkuh? Leonard tidak pacaran dengan Nikita, bagaimana bisa dia dianggap selingluh. Paling-paling hanya menghangatkan tempat tidur.” Kata Winny Li dengan nada menghina.

Mendengar ini, mata Leonard Li berkedip dengan ganas. Wajah Nikita Su sepucat kertas, dia menggigit bibirnya. Menarik napas dalam-dalam, Nikita Su menatapnya yang berada di hadapannya: "Leonard, apakah kamu masih mencintaiku?"

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu