Baby, You are so cute - Bab 157

Tangan dia sangat dingin. Jari tangan yang lembut pada biasanya pun terasa seperti batang es pada saat ini yang menyengat pinggangnya.

Charlie Shen mendengarkan tangisan yang tertahan tanpa suara itu dan dada pria itu sepertidilumuri es yang hancur yang terasa begitu dingin hingga dia tidak bisa bernapas.

Dia menutup matanya dengan erat dan urat biru di dahinya terlihat begitu jelas. Dia sangat kecewa, dia membuka matanya dan tangan besar itu mencengkeram kerahnya dan membantingnya ke atas ranjang!

"Kamu sebegitu murahnya?" Dia mencekik leher dia hingga dia tidak dapat bernafas. Dia ini seperti menginginkan nyawa dia!

Wajah wanita yang sedang berbaring itu, perlahan berubah dari pucat menjadi biru. Mata cekungnya itu menatapnya sambil menangis.

Dia juga terdiam dan dia membiarkan kabut memenuhi matanya.

Sebuah tinjuan memukul sisi kepalanya dengan sangat keras! Tubuh tersebut seperti kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpanya. Wajahnya ditenggelamkan di lehernya dan menutup matanya karena rasa sakit tersebut.

Dia begitu bodoh hingga rela melakukan segalanya. Akan tetapi dia tidak rela, dia tidak rela.

Dia ini sudah kalah bukan?

Dia kalah dengan keinginan kuat dia untuk pergi dari sini.

Kedua orang itu bernafas dalam waktu yang cukup panjang. Tatapan pria itu terlihat sangat gelap, dia mengangkat kepalanya dan menarik dagu dia, lalu mencium dia tanpa ada kehangatan sedikit pun.......

Aku akan menuruti keinginanmu, aku akan menuruti keinginanmu!

Tubuh pria itu menekan dia tanpa adanya kelembutan sedikit pun.

Entah telah berlalu berapa lama, dia merasa sangat panjang yang membuat dia merasa putus asa, mati rasa dan pada akhirnya semuanya menjadi tenang.

Tenaga seorang gadis kecil dikuras habis begitu saja. Dia membuka matanya tanpa berani berkedip sekali pun. Ketika dia menundukkan kepalanya, dia melihat bantalnya sudah basah akan keringatnya. Pergelangan tangan dia membiru begitu juga dengan bagian tubuh lainnya. Dia meraih bantal dan menenggelamkan wajahnya lalu menangis dalam diam.

Setelah beberapa saat, dia masih saja tidak bangun.

Pada saat itu barulah dia berani bergerak. Dia membalikkan badannya dan beranjak. Pria yang berkeringat itu masih berbaring di atas ranjang.

Joanne Gu tertegun, dia menghampirinya untuk melihat keadan dia. Dia memejamkan matanya dan wajah tampannya itu terlihat lelah dan pucat serta deru nafasnya yang kasar seolah-olah dia sedang sakit.

Sebelumnya dia sudah tahu dia sedang sakit, akan tetapi dia masih memperlakukan dia seperti ini.

Joanne Gu mengalihkan pandangannya, dia tidak ingin melihat dia, dia tidak ingin memedulikan seberapa parah penyakitnya dia. Dia hanya menarikkan selimut untuk menyelimuti dia.

Dia meringkukkan badannya dan terbengong di ujung ranjang hingga rasa dingin di tubuhnya yang menyadarkan dia lalu dia pun bergegas mencari pakaian dia dan memakainya.

Dia turun dari atas ranjang sambil berpegangan pada ranjang dan tubuhnya dalam keadaan bergetar. Dia mengambil tas dia dan memasukkan semua dokumen untuk pengajuan perpindahan sekolah sambil menghapus air matanya. Lalu yang terakhir dia menatap ke arah orang yang di atas ranjang. Dia seperti sudah kehilangan kesadarannya. Saat ini, saat ini juga.

Dia membuka pintu.

Dan tidak menemukan keberadaan Ethan Lu di luar.

Dia berlari dengan sangat cepat turun ke lantai bawah. Setelah keluar ke taman, akhirnya dia melihat Ethan Lu yang sedang merokok di depan pintu.

Ethan Lu membuang rokoknya dan mengepalkan tangannya. Dia menolehkan kepalanya dan pembuluh darah pada dahinya terlihat sangat jelas. Dia menatap seorang gadis yang berwajah pucat di bawah sinar rembulan.

Bagaimana pun juga dia dan Charlie Shen merupakan sepasang suami istri dan dia tidak mungkin masuk ke dalm tengah-tengah mereka.

Joanne Gu menghindari tatapan dia, mata dia berkaca-kaca akan tetapi ekspresinya terlihat sangat datar: "kirimkan kepadaku alamat universitas di Hongkong kepadaku sekarang juga, aku akan pergi ke bandara sekarang juga."

Tatapan Ethan Lu terlihat kacau. Dia memang tidak dapat berbuat apa-apa kepada Charlie Shen dan dia juga tidak memiliki hak untuk melakukan apa-apa. Akan tetapi hatinya terasa sangat sakit melihat keadaan Joanne yang seperti sekarang ini: "Joanne, aku tidak tahu dia sudah menemukan kamu."

Joanne Gu menatap cahaya bulan dan tubuhnya masih saja bergetar.

Dia ingin lepas dari semua ini! Bahkan satu detik pun dia juga tidak ingin berada di sini. Dia berada di ruangan yang ada di belakangnya, pada pikirannya kembali muncul bayangan dia yang seperti seorang iblis.

Dia takut.....

Air matanya terasa begitu dingin karena tiupan angin. Dia memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Deru nafasnya terdengar begitu lemah dan kembali mengulangi ucapannya dengan lemah: "berikan alamatnya kepadaku ya?"

Ethan Lu tidak tega melihat keadaan dia yang seperti ini lagi. Tatapannya menunjukkan tatapan sakit dan tatapan menghindari. Dia mengeluarkan dua tiket pesawat dari kantong jaketnya dan memberitahu alamat universitas tersebut.

"Aku sudah memesan tiket pesawat. Pada awalnya aku ingin mengantarmu ke bandara setelah mengurusi pindahan sekolahmu......."

"Kamu tidak perlu ikut campur lagi."

Joanne Gu mengambil tiket pesawat yang memiliki nama dia sambil memejamkan matanya dan dengan suara bergetar berkata: "tidak ada yang bisa melawan dia dalam hal ini. Aku akan merasa tidak enak jika dia akan mencari keributan denganmu setelah kepergianku. Aku tahu kamu memiliki niat yang baik akan tetapi aku akan baik-baik saja meskipun sendirian."

Dia berhenti sejenak lalu pada akhirnya dia pun mengucapkan terima kasih.

Tangan kecil itu memegang tiket pesawat itu dengan kencang seolah-olah tiket pesawat itu merupakan sebuah pusaka yang dapat melindungi dirinya sendiri. Joanne Gu berjalan memasuki ke dalam sebuah gang yang gelap.

Setelah berjalan sebanyak beberapa langkah, dia pun mulai berlari dengan tertatih-tatih.

Dia menggunakan kecepatan tercepat untuk berlari keluar dari dalam gang dan tiba di pinggir jalan. Karena daerah sini terlalu jauh dari pusat kota sehingga pada jam segini sudah tidak terlihat adanya kendaraan pribadi dan taksi.

Dia tidak berhenti-hentinya menatap arloji yang ada di pergelangan tangannya dan jantungnya berdetak dengan sangat cepat.

Tadi ketika dia pergi, dia tidak tahu bagaimana keadaan dia. Dia terlihat seperti jatuh pingsan karena sakit, tetapi apakah dia akan sadar dalam waktu yang cepat?

Dia takut dia sadar terlalu cepat dan amarahnya belum juga sirna. Dia sangat takut begitu dia menoleh, dia akan kembali melihat ekspresi yang mengerikan itu berdiri di belakangnya.

Sebuah mobil van melaju dengan cepat dari sisi jalan dan Joanne Gu pun terkejut. Dia mengadahan kepalanya dan melihat ke arah jendela kaca yang diturunkan yang menunjukkan wajah Ethan Lu.

"Kamu tidak akan mendapatkan taksi di sini karena ini adalah pinggiran kota. Cepat naiklah!"

Joanne Gu tertegun sejenak lalu tanpa ragu-ragu dia pun langsung masuk ke dalam mobil.

Ethan Lu mengatakan bahwa mobil ini ditemukan di depan sebuah rumah, dia pun meninggalkan uang dan sebuah kertas kecil berisi pesan kepada keluarga itu.

Joanne Gu menganggukkan kepalanya dan memeluk dirinya sendiri lalu bersandar pada kursi dengan lelh.

Keadaan di dalam mobil sangat hening, yang terdengar hanyalah suara mesin mobil.

Ethan Lu terus menolehkan kepalanya dan setiap tolehannya, dia merasa hatinya sangat sakit. Dia seperti sehelai daun yang mengering yang terjatuh di atas kursi. Wajahnya yang bulat pada awalnya pun mengurus hingga dagunya terlihat sangat runcing. Dia menyampingi dia, akan tetapi pergerakkan pundaknya membuat dia tahu bahwa dia sedang menangis.

Ethan Lu menahan nafasnya, dia melepaskan jaketnya dan menaruh di atas dia, "kamu pakailah terebih dahulu."

Mungkin saja Joanne Gu tersadarkan dari mimpi buruknya karena perlakuan ini. Dia berpikir sejenak lalu tiba-tiba menolehkan kepalanya, "Ethan Lu, pinjam ponselmu sebentar."

Dia mengeluarkan ponsel dari dalam kantong dan memberikannya kepada dia.

Joanne Gu mengambilnya dan membuka laman untuk membuat panggilan.

Akan tetapi jarinya kembali terhenti.

Jatungnya berdetak semakin cepat karena keragu-raguan dia. Setengah menit kemudian, akhirnya karena dia masih saja cemas, dia pun menghubungi Jones Zhang untuk pergi melihat keadaan dia.

Setelah selesai melakukan itu, sepertinya dia terjatuh pingsan dan sepertinya ada masalah dengan suhu badannya serta kram. Joanne Gu tidak ingin memedulikan dia, akan tetapi hatinya masih saja merasa tidak tenang dan takut akan terjadi sesuatu padanya.

Karena tidak tahu nomor ponsel Jones Zhang, dia pun menghubungi nomor rumah di Kota A.

Kak Wang yang menjawab panggilan dia dan setelah menjerit menyebutkan sebutan nyonya. Bibi Zhou pun bergegas merebut teleponnya dan Bibi Zhou langsung menangis tanpa berbicara sepatah kata pun.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu