Baby, You are so cute - Bab 143

Di dalam kamar, kasur didorong dengan terburu-buru: "Tuan Shen, waktu kekurangan oksigen sudah terlalu lama, sangat bahaya, harus segera melakukan operasi!"

Charlie menatapi Joanne dan bertanya dingin: "Puas?"

Charlie pergi mengikuti kasur Camilla.

Joanne berdiri di tempat, kemudian perlahan-lahan menjongkok.

Ponsel yang ada di saku pakaian pasien berbunyi, menandakan bahwa batas rekaman sudah habis dan akan secara otomatis menghentikan rekaman suara.

Awalnya Joanne merekam ini untuk Charlie, tapi sekarang sudah tidak perlu.

Di saat Charlie menghadapi pilihan, dia tidak menolong Joanne, di saat dia lagi-lagi menghadapi pilihan, dia tidak mempercayai Joanne.

Joanne sudah lelah, hatinya juga sudah mati.

Semuanya berakhir di hari ini.

Joanne memegang bagian paru-parunya dan berjalan perlahan menuju ke kamarnya.

Setelah menutup pintu kamar, dia terbaring di tepi kasur.

Paru-paru dan tenggorokannya terasa sangat sakit, dia tidak bisa bernafas, sedikit demi sedikit, dia bernafas dengan susah payah, di wajahnya yang pucat dan lemah muncul titik-titik keringat dingin.

Charlie menaruh Joanne ke kamar yang langsung ada di depan counter perawat, karena Charlie sebagian besar ada disini, jadi dia tidak mempekerjakan perawat bayaran, tapi dia sangat teliti, disaat dia dan Jones tidak disini, perawat yang berjalan melewati kamar ini juga bisa memperhatikan keadaan Joanne.

Joanne memikirkan hal-hal ini secara teliti, dia yang polos jatuh cinta setengah mati kepada Charlie karena detail-detail kecil seperti ini dan terjatuh terlalu dalam.

Dia menggigit bibirnya yang pucat, kesakitan namun tidak bersuara sedikitpun, juga tidak bergerak sama sekali.

Setelah beristirahat selama beberapa saat, dia pun berdiri, di lemari sebelah kasur terletak berbagai macam obat, biasanya perawat akan datang mengingatkannya ketika sudah saatnya makan obat.

Joanne menemukan obat pereda nyeri dan obat pelancar pernafasan dan memakannya.

Kemudian mengambil beberapa butir penurun demam dan anti infeksi ke sakunya, untuk jaga-jaga saat diperlukan.

Dia sangat menghargai nyawanya, tidak semua orang akan berbuat seperti Camilla ketika kehilangan orang yang dia cintai.

Di saat dia duduk menunggu kesakitan di paru-parunya reda, tatapannya yang tidak fokus melihat sekeliling kamar pasien yang sederhana ini, di depan matanya muncul sosok tinggi tegak dan serius berjalan kesana kemari di kamar yang termasuk kecil ini.

Selama 5 hari ini, hal yang paling banyak Charles lakukan adalah menatapinya, menatapinya ketika masuk kamar, menatapinya ketika dia berjalan ke arah kasur, saat dia sedang kerja di sofa juga akan mencari waktu untuk melihatnya.

Tatapannya sangat dalam, kedalaman yang penuh dengan perasaan.

Kadang-kadang ketika Joanne terbangun di tengah malam, dia tahu Charlie duduk di sisi kasur, menghirup aroma Charlie yang menggoda, Charlie sedang menciumnya, menciumnya di punggung tangan, di telapak tangan, di kening, di sudut bibirnya.

Joanne menghirup nafas dlam, matanya lagi-lagi terasa panas, tidak boleh terus berpikir lagi.....

Di samping kasur ada jas Charlie, tidak tahu bagian mana yang sakit, menyebabkan tangan Joanne mengepal, dia menyentuh jas itu sejenak.

Kemudian langsung melepaskannya.

Joanne pergi mencuci muka di kamar mandi, kepalanya masih dibalut kain kasa, dia merasa sedikit susah saat mau mengikat rambutnya.

Jam 2.15, Joanne membuka pintu kamar, setelah merapikan penampilan, wajah kurus dan pucatnya selain sedikit pucat, terlihat lumayan segar.

Begitu dia keluar, seorang perawat di counter langsung menghampirinya, bos itu sudah memberi uang, harus rajin menjaganya.

"Nona Gu, mau kemana?"

Joanne mengatakan dialog yang sudah dia siapkan: "Hari ini mendung, tidak terlalu panas, aku merasa terlalu bosan 5 hari disini terus, aku ingin jalan-jalan sebentar di taman yang ada di bawah."

"Nona Gu, aku temani!"

Joanne mengerutkan keningnya, tepat saat ini ada seorang dokter memanggil perawat ini.

"Aku hanya ke taman di bawah, aku akan kembali dalam waktu setengah jam." selesai berbicara, Joanne pun masuk ke lift.

Lift tiba di lantai dasar rumah sakit, dia berjalan ke arah pintu rumah sakit yang berlawanan arah dengan taman, sampai ke jalan raya, dia pun menghentikan sebuah taksi kemudian mengatakan alamat hotel, semua barang-barang dan kopernya ada disana.

Sampai di kamar yang dipesankan oleh sekretaris Zhang untuknya, dia mengambil beberapa pakaian dan memasukannya ke tas, dia bahkan tidak mengambil kopernya.

Dia keluar dan masuk ke taksi yang tadi.

Pengemudi taksi tersebut melihat gadis kecil yang terlihat hampir pingsan dari kaca spion, sebenarnya dia tidak terlalu bersedia menerima penumpang seperti ini, takut terjadi sesuatu.

Ketika dia mengetahui bahwa gadis kecil ini mau ke bandara, dia pun tergerak.

Begitu taksi masuk ke jalan tol, Joanne meminta pengemudi menambah kecepatan, dia kemudian memakan sebutir obat penurun demam lagi di mobil.

Dia hanya pernah ke bandara Kota A, bandara Kota Z lebih besar, pengemudi menurunkan dia dan langsung pergi.

Joanne kebingungan mencari pintu masuk bandara.

Tempat yang megah dan asing ini menelan seluruh kepercayaan dirinya, tangannya memegang erat tiket pesawat yang Charlie berikan padanya pagi itu, kemudian dengan susah payah menemukan counter pelayanan perusahaan penerbangan itu.

Karena terjadi delay penerbangan, ada banyak orang yang mengantri untuk menanyakan alasan delay.

Joanne berdiri di belakang antrian yang panjang, sambil melihat jam sambil berjalan maju mengikuti antrian, dia tidak hati-hati menabrak orang, tiket pesawat di tangannya pun terjatuh ke lantai.

Dari atas terdengar suara orang berbicara, "Benar-benar minta maaf Tuan Shen, penerbangannya delay, aku sudah periksa, sekarang anda hanya bisa mencari pesawat transit, bisa tiba di Hongkong besok....."

Tuan Shen yang dipanggil orang ini membuat Joanne membeku, gerakannya memungut tiket pesawat juga terhenti, tiket pesawat yang terjatuh di samping kakinya itu pun dipungut oleh sebuah tangan yang besar dan panjang.

Tatapan Joanne mengikuti tangan itu, dia melihat sepasang sepatu kulit putih dan lelaki yang memakai celana panjang hitam.

Tatapannya bergerak ke arah tali pinggang lelaki tersebut, tangan itu pun dengan santai menyerahkan tiket pesawat tadi ke Joanne, "Sudah lewat."

Pemilik tangan itu berkata pendek, suaranya jelas dan jernih, nada suaranya datar seakan mengejeknya.

Ketika Joanne mendongak melihat orang ini, dia hanya melihat sosok belakang yang tinggi dan besar.

Antriannya sudah hampir sampai giliran Joanne, dia pun berbalik.

Hasil yang dia dapatkan adalah, tiket pesawat yang sudah lewat boleh direfund, tapi harus membayar biaya penanganan.

Joanne bertanya lagi, tiket pesawat ke Kota A yang paling cepat jam berapa?

"Nona, penerbangannya delay, takutnya harus tunggu sampai malam, waktu pastinya kita juga sedang menunggu pengumuman."

Joanne pun meninggalkan counter, dia kebingungan tidak tahu harus berbuat apa, malam sudah pasti tidak bisa, dengan kemampuan Charlie, malam pasti sudah mencarinya kesini.

Ketika keluar dari rumah sakit, Joanne awalnya berencana pulang ke kota A sendirian, kemudian pulang ke villa dan membereskan barang-barangnya dan menunggu Charlie pulang baru membicarakan masalah pisah.

Sekarang keadaannya seperti ini.

Joanne berdiri di depan layar pengumuman penerbangan, tiba-tiba muncul pemikiran yang sangat berani.

Tidak jadi pulang ke Kota A, kalau pulang ditahan oleh Charlie dan dia tidak setuju pisah, maka Joanne sudah pasti tidak bisa bebas.

Lelaki yang begitu kuat dan keras kepala seperti itu, apalagi pernikahan mereka dibangun di atas 400 milyar, berhubungan dengan uang dan Robert Gu, takutnya akan ada banyak rintangan kalau dia pulang.

Tapi bagaimana dengan kuliahnya? Dia sudah bolos 3-4 hari.

Pikirannya sangat berantakan, dia seperti berdiri di perempatan, tidak tahu harus ke arah mana.

Bagaimanapun dia belum dewasa, dia masih belum punya cara pikir yang jelas ketika ketemu masalah dan menangani masalah.

Ketika dia sadar kembali, dia sudah membeli sebuah tiket pesawat ke kota yang paling dekat dari sini, Kota S, kota yang tidak pernah dia kunjungi, kota yang benar-benar asing.

Joanne sambil berjalan sambil bertanya jalan, dengan susah payah berhasil mengurus tiket boarding, namun tidak menemukan tempat pemeriksaan imigrasi.

Dia berjalan kesana kemari di bandara yang besar ini sampai akhirnya air mata mengalir dari matanya.

Dia teringat ketika Charlie memberikan tiket pesawat di tempat sarapan, di matanya penuh dengan kelembutan dan cinta.

Saat itu Joanne sangat senang, di mata dan hatinya, dia menganggap lelaki itu sebagai tumpuan hidupnya, pergi ke bandara yang tidak pernah dia kunjungi, menaiki pesawat yang tidak pernah dia naiki sebelumnya, di sisinya selalu ada perlindungan dari Charlie, Charlie bisa memimpinnya, mengajarinya proses naik pesawat, berjalan-jalan ke seluruh tempat di bandara, mengajarinya bagaimana melewati pemeriksaan imigrasi, mengajarinya bagaimana naik pesawat, mereka duduk bersama, di awan, benar-benar seperti itu, pulang dengan bahagia......

Semua ini adalah imajinasi bahagia yang dia bayangkan terus menerus selama 2 malam itu.

Namun sekarang, sisinya kosong, hanya ada dia seorang diri berputar-putar kebingungan, dan tujuannya, bukan pulang ke Kota A, tujuannya adalah pergi ke tempat yang tidak akan ada lelaki itu lagi.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu