Baby, You are so cute - Bab 196
Ketika hendak mengenakan selimut ke tubuhnya, dia menyadari adanya bekas darah pada bagian bokongnya yang juga sudah mengotori kasur.
Dia terlihat merasa begitu kesakitan sambil memegang perutnya dan membungkukkan tubuhnya.
"Ada apa denganmu? Apakah kamu bisa berbicara? Cepatlah bangun!!"
Joanne membungkukkan tubuhnya dan berkata sambil menangis: "Anakku.... Sakit......."
Pria itu mendaratkan pandangannya pada tangannya yang sedang memegang bagian perut itu, "Hamil?"
Joanne terus mengeluarkan keringat dingin dan tidak sanggup untuk berkata apapun.
Anak yang ada dikandungan wanita milik charlie pastilah merupakan anaknya charlie sendiri. Namun bagaimana pun hal ini menyangkut keselamatan nyawa seseorang, pria itu tidak boleh bersikap sesukanya. Dia lalu mengerutkan keningnya sambil meraih telepon yang ada di samping kasur.
Pria itu tidak berani memindahkan tubuh joanne dengan sembarangan dan dirinya hanya bisa menunggu manajer hotel itu untuk memanggil dokter yang ada di klinik sekitar area tersebut.
Rasa sakit yang ada pada bagian perut joanne datang secara perlahan dan terkadang terasa begitu sakit.
Jam sudah hampir menunjukkan pukul lima pagi. Dokter yang mereka panggil juga sudah tiba, namun rasa sakit pada perut joanne tidak lagi sesakit tadi. Darah yang sebelumnya keluar dari bokongnya juga sudah berhenti.
Dokter tersebut merasa begitu ngantuk, meskipun dia dibayar dengan biaya yang tinggi untuk datang ke sini, namun dia tetap merasa tidak begitu senang.
Di dalam kamar tersebut, sang dokter melihat kondisi yang kacau pada kasur. Wanita yang ada di dalam selimut itu seperti tidak memakai baju dan di sampingnya terlihat seorang pria muda yang tengah berdiri.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter tersebut pun menyimpan stetoskop miliknya dan berkata dengan ekspresi wajah yang dingin: "Tidak ada masalah yang serius! Jika memang ada masalah besar, itu juga merupakan ulah kalian sendiri! Jika kalian tetap merasa tidak tenang, kalian boleh melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit! Lagipula apakah anak muda zaman sekarang tidak bisa menahan dirinya meskipun sudah dalam keadaan hamil? Melakukan hal seperti ini di dalam hotel merupakan sebuah aksi yang sangat tidak baik bagi anak yang ada di dalam kandungan! Aku sudah sering menemukan kasus dimana begitu banyak orang mengalami keguguran karena sering melakukan hubungan intim ketika umur kandungan masih berada di bawah 3 bulan...."
"Bukan begitu dokter....." Joanne mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa dokter itu bisa salah paham seperti ini. Dia mengalami demam ringan dan kepalanya terasa begitu berat. Tidak ada satu pun orang yang bisa mendengar perkataannya.
"Untuk apa kamu memberi penjelasan! Apakah kalian datang ke hotel hanya untuk menikmati pemandangan di malam hari? Apakah kalian mengira kami sebagai dokter tidak perlu beristirahat di malam hari?"
"Apakah 2 juta rupiah cukup untuk menutup mulutmu?" Kata pria itu dengan ekspresi wajah yang serius.
Sang dokter terkejut dan berkata dengan suara yang pelan: "Cukup, sudah cukup."
Brak!!
Tiba-tiba terdengar suara hentakkan pintu yang sangat keras! Hal ini membuat ruangan itu seolah-olah seperti dilanda gempa. Pintu itu terjatuh di atas lantai dan terlihat sekumpulan debu berterbangan.
Joanne, pria dan dokter tersebut terkejut menatap ke arah pintu.
Di arah pintu terlihat sekumpulan orang yang mengenakan seragam dan orang yang mendobrak pintu itu adalah........ Kakak keempat?!
Boris sudah mendengar semua percakapan mereka dari luar ruangan. Setelah mendobrak pintu itu, dia melihat jelas seluruh kondisi di dalam kamar tersebut. Ekspresinya berubah menjadi begitu murung sambil menatap wanita yang ada di balik selimut itu. Pundak dan tulang selangkanya terlihat begitu jelas, bahkan tali pakaian dalamnya juga sudah terjatuh ke bawah pundak.
Sudah dicari selama satu malam.
Charlie sudah mencarimu semalaman.
Charlie......
Kata boris dengan penuh amarah dan seluruh urat pada tubuhnya terlihat begitu jelas. Dia mendekati kasur tersebut dan menatap gadis yang ada di atas kasur dengan tatapan yang penuh kebencian.
Dia mengulurkan tangannya dan menarik gadis itu hingga selimut tersebut juka ikut terjatuh!
"Kakak keempat!"
Joanne merasa kesakitan, namun dia tengah ditarik paksa oleh boris. Dirinya tidak mengenakan baju dan harus ikut berjalan ke arah luar ruangan, "Kakak keempat, apa yang ingin kamu lakukan?! Aku dan dirinya sudah tidak ada hubungan lagi! Kamu tidak perlu menangkapku lagi, aku tetap akan memberikan ginjalku....."
"Beri?" Boris tertawa dingin dan suara tawanya itu membuat joanne merasa begitu merinding.
Tangan pria itu bagaikan alat penyiksa yang hendak menghancurkan tangannya, "Kepada siapa kamu akan memberi ginjalmu?"
Joanne mengerutkan keningnya dan dirinya merasa begitu ketakutan karena sikap pria ini.
"Ibu sudah mati, bukan meninggal, melainkan mati. Dia sudah mati, dia sudah mati semalam. Akan kutanya kepadamu joanne, apakah kamu sudah merasa puas sekarang?"
"Apa......" Joanne terkejut dan dia seketika tidak bisa mengucapkan apapun.
Joanne seketika merasa detak jantungnya terhenti.
Mata boris memerah dan adegan dimana charlie mendengar kabar ibunya meninggal itu terus muncul di dalam pikirannya. Waktu itu, charlie seperti orang gila yang terus mencari keberadaan joanne. Dia bahkan mencari hingga tempat dimana joanne membuang ponselnya.
Joanne sendiri tidak tahu kalau charlie akan begitu khawatir padanya. Setelah joanne membuang ponselnya, dia langsung melarikan diri ke arah yang berlawanan. Perilakunya ini seperti sedang mengolok-olok dirinya sendiri dan semua orang!
Boris juga tahu kalau perkataannya tadi sangatlah kasar karena amarahnya sudah mencapai titik puncak!
Setelah joanne mengunjungi villa, sang ibu langsung mengalami masalah. Semua orang berusaha mencari keberadaannya dan joanne malah mengabaikan kondisi ibunya. Setelah keberadaan joanne ditemukan, boris malah melihat dirinya sedang berada di dalam sebuah kamar hotel dengan pria lain. Dia juga sudah mendengar seluruh perkataan dokter tadi....
Boris saat ini tidak lagi bisa menahan emosinya.
Saat ini, joanne terlihat begitu terkejut. Boris merasa kedinginan pada sekujur tubuhnya dan merasa sedikit sesak napas.
Ibu.... Sudah tiada.
Boris melepaskan mantelnya, mantel pria sangatlah besar dan panjang, itu cukup untuk menutupi tubuh joanne. Dia lalu menyingkirkan selimut tersebut dan membawa joanne berjalan ke arah luar pintu.
Joanne terbengong dan tubuhnya terus bergetar. Dia masih belum bisa merespon hal ini. Kenapa ibunya bisa meninggal?
Ketika joanne pergi menemui ibunya, sang ibu masih memanggil namanya. Joanne seketika teringat kalau waktu itu dia mengatakan perkataan yang begitu menyakitkan orang lain......
Boris menarik tangan joanne, melihat joanne tidak bergerak, boris dengan tergesa-gesa menyeretnya keluar tanpa memperhatikan kondisi tubuh joanne.
Tubuh joanne terlihat hampir jatuh karena dirinya hendak diseret keluar. Tiba-tiba tangan seorang pria yang kuat menopang tubuhnya.
Boris mengerutkan keningnya dan menolehkan kepalanya.
Pria yang berdiri di sisi kasur tadi sudah berada di depan joanne dengan sikap yang tenang.
"Minggir!" Boris menatap pria yang tinggal bersama joanne di dalam ruangan yang sama itu.
Pria itu menggigit bibir bawahnya sendiri dan wajahnya yang anggun itu seketika memancarkan aura keberanian yang kuat. Dia menunjuk ke arah enam hingga tujuh pria berseragam yang ada disekelilingnya: "Dalam hukum yang ada, kalian semua membawa senjata dan masuk ke ruangan pribadi kami tanpa izin. Pria ini juga terlihat seperti seorang petugas, aku ingin bertanya, apakah kalian memiliki surat izin menggeledah? Jika kalian ingin membawa pergi gadis ini, apakah kalian memiliki dokumen untuk menangkapnya?"
Boris menatapnya: "Dia adalah istri dari adikku. Kamu adalah pria, dia adalah wanita, dia juga sudah memiliki keluarga. Apakah aku perlu melapor ke polisi kalau kalian datang ke hotel ini bersama di tengah malam?"
Pria itu tidak menjawabnya dan tubuhnya yang tegap itu tetap berada di depan tubuh joanne, "Dia adalah istri adikmu, apakah kamu memiliki bukti? Aku melihat dirimu ingin membawanya pergi dengan paksa dan ekspresi wajahnya seperti menggambarkan 'jangan tangkap aku'."
Boris melihat jam tangannya dan menatap ke arah para ajudan yang ada di sekelilingnya dengan tatapan yang serius.
Para ajudan itu terlihat seperti para master yang sangat hebat. Mereka pun bersiap-siap untuk beraksi.
Pria itu tersenyum dan menjilat bibirnya sendiri. Dia lalu memasang tatapan yang elegan sambil melipat lengan bajunya.
Joanne berdiri dengan tegap dan wajahnya terlihat begitu pucat, "Tuan, aku kenal dengannya."
Dia lalu berjalan dua langkah ke depan dan menatap ke arah lantai, "Kakak keempat, mari pergi."
Boris lalu menolehkan kepalanya dan beranjak pergi.
Tangan joanne tiba-tiba disentuh dan dia menolehkan kepalanya, lalu terlihat sebuah kartu nama.
Pria itu mengerutkan keningnya dan berkata dengan suara yang pelan: "Ingatlah nomor ini, seorang wanita yang suka menangis sangat membutuhkan bantuan."
Joanne menatap ke bawah dan dia merasa panas pada matanya, karena perkataan pria itu membuatnya merasa begitu hangat.
----
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuHalf a Heart
Romansa UniverseCEO Daddy
TantoLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieCantik Terlihat Jelek
SherinMi Amor
TakashiSomeday Unexpected Love
AlexanderBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275