Baby, You are so cute - Bab 238

Tidak bisa.

Joanne Gu bukan orang yang tega seperti dia.

“Setelah mempertemukan mereka, aku akan segera membawa anak-anak meninggalkan rumah sakit, jangan pernah mencari kami lagi!”

Wilson menarik nafas dalam-dalam, sanggupi dulu, sanggupi dulu semuanya.

Ruang istirahat menjadi hening.

Anak-anak tidur dengan nyenyak, tangan mungil mereka mengepal, mulut mungil mereka menelan ludah hingga bersuara.

Setelah diizinkan oleh Joanne Gu, Wilson Wen menggendong Ice Cream.

Joanne Gu menggendong Little Ice Cream.

Keduanya keluar dan pergi ke kamar sebelah.

Wilson Wen membuka pintu kamar dengan kaki panjangnya, sedangkan Joanne Gu menepi, sambil menunduk dengan mata basah, ia menyerahkan Little Ice Cream ke gendongan Wilson Wen.

“Joanne?”

Joanne Gu menjauh beberapa langkah, suaranya begitu kecil : “Aku menunggu di sini, suruh dia cepat sedikit, jangan berlama-lama menguasai anakku.”

Di dalam kamar pasien VIP itu, cahaya lampu putih begitu lembut.

Pintu kamar pasien perlahan terbuka.

Dokter membantu pria yang terbaring di ranjang untuk bangun dan bersandar.

Selesai infusi darah, kedua lengan pria tersebut menyangga di samping tubuhnya, ini membuat tubuh si pria yang semakin kurus tampak jelas.

Kulitnya pucat, dibawah pencahayaan yang demikian cukup membuat orang pening.

Celah pintu semakin melebar.

Muncul sosok Wilson wen, ditambah dengan sosok dua anak di gendongan Wilson Wen.

Pria yang di atas ranjang menelan ludah.

Dengan menyangga badan yang berat, kaki panjangnya menekuk di bawah selimut.

Wajahnya tampak menegang.

Di atas ranjang putih, bantal putih, dinding putih, cahaya lampu putih dan sepasang matanya yang hitam.

Wilson Wen masuk dengan menggendong anak-anak.

Pintu kamar ditutup oleh dokter yang keluar.

Charlie Shen menahan siksaan detak jantung yang berdegup semakin kencang, apalagi rasa sakit bekas operasi di kepalanya, ia mengerutkan alis, perlahan ia tarik kembali pandangannya yang tertuju ke pintu yang perlahan menutup.

Wilson Wen berkata dengan lirih : “Joanne, dia tidak mau masuk.”

Dia mengiyakan dengan singkat, tanpa bereskpresi, seolah sudah menebak, bibir tipisnya tertutup rapat membentuk garis lurus.

Wilson Wen memandang dalam diam, tatapannya menuju ke wajah dan badan mungil dua anak itu.

Ia menarik nafas dalam-dalam, dan tampak ingin bangkit.

Wilson Wen memandang perubahan ekspresi yang tidak dapat ditahan itu, sepasang mata yang biasanya begitu dingin dan cuek menjadi agak berkaca tanpa dapat dikontrol.

Wilson Wen menghela nafas, dibawanya anak-anak mendekat dan dengan hati-hati meletakkan mereka ke atas pangkuan Charlie Shen.

Tangan Charlie Shen bergetar.

Tubuh dan otot pria tersebut menegang, sangat terasa saat ia bergerak.

Little Ice Cream menggeliat dengan tidak nyaman, tangan yang mengepal menjadi tinjuan kecil itu bergerak sedikit, jari yang begitu mungil seolah tembus pandang di bawah cahaya lampu, beberapa saat kemudian, bibir mungilnya tersenyum, tidak tahu mimpi indah apa yang ia mimpikan, kelima jarinya terulur dan kemudian menggenggam jari telunjuk sang pria yang tidak berani bergerak itu.

Charlie Shen……hampir tidak bernafas.

Anak kecil tersebut menggenggam sesuatu yang dalam mimpinya bagaikan sebuah ranting pohon, didekatkannya dan ditempelnya ke wajah, kemudian tersenyum dan kembali tertidur pulas.

Sentuhan di jari telunjuk begitu lembut.

Charlie Shen menundukkan wajah dan memejamkan mata, dengan sekuat tenaga, hingga mata yang terpejam itu mulai berubah mimiknya.

Dia menahan emosi yang semakin membara.

Saat membuka mata kembali, air mata sudah ada di sudut mata, tidak mampu membohongi diri sendiri.

Ada seorang gadis bodoh yang belum dewasa, dia begitu mungil, begitu bodoh, tubuh yang begitu ramping dan kurus, melahirkan seorang putra dan putri untuknya.

Putra dan putrinya.

Dia yang melahirkannya untuk dirinya.

“Charlie……”

Wilson Wen memandang wajah menegang yang hampir menjadi sebuah sosok patung, gelombang perasaan yang begitu kuat sampai membuat urat nadi di pelipis dan lehernya tampak jelas.

“Mereka tidur dengan sangat pulas.”

Wilson Wen mengambil sebuah kursi dan duduk di samping ranjang sambil tersenyum : “Yang besar mirip kamu, lihat alis dan bulu matanya. Nanti kalau sudah besar, ketampanannya pasti lebih dari kamu.”

Charlie Shen masih diam tidak bergerak, tidak berani bergerak, kemudian tangannya menyentuh kening Ice Cream.

Tidurnya anak tersebut sangat was-was, mirip sekali dengan seseorang, disentuh sedikit langsung alis tebalnya mengerut.

“Haha, ini juga mirip dengan kamu.”

Wilson Wen mengangkat alis : “Untung yang kecil mirip Joanne. Kalau dua-duanya mirip kamu, Joanne pasti sedih dan sakit hati sekali.”

Charlie Shen tidak menjawab, ekspresi wajahnya susah dimengerti, tampak tidak bisa menstabilkan perasaan hatinya dalam sekejap.

Perlu menarik nafas dalam-dalam beberapa kali.

Kedua lengan yang merangkul putra dan putrinya itu sampai sekarang masih agak bergetar.

Wilson Wen menertawakan sikapnya yang demikian, mungkin ingin meraba tangan mungil anaknya, tapi malah tidak tahu harus bagaimana memulai.

Bolak-balik demikian.

Bernafas dengan udara yang dihembus anak-anaknya, bagaimana perasaan seorang ayah?

Bagaikan habis mabuk, tidak bertenaga, tatapan tampak kosong, darah bergelora, membuat dia tidak nyaman sekali.

Bagaikan mimpi dan fantasi, impian indah dan berharga yang pernah ia harapkan dulu, sekarang sedang ia alami.

Tok tok tok——

Pintu kamar pasien diketuk oleh jari seorang wanita lembut.

Pria di atas ranjang langsung tidak berkutik, tatapan terkesimanya perlahan beralih dari wajah anak-anaknya menuju ke pintu.

Wilson Wen bangkit berdiri dari kursi dan memandang ke arah Charlie Shen.

Joanne Gu tidak bisa menunggu satu detik pun lagi, ia mengetuk lagi tiga kali.

Charlie Shen menundukkan kepala, pria itu terdiam.

Ia bergerak sedikit, lengannya mengubah posisi gendongannya.

“Wilson, gendong anak-anak keluar, berikan ke dia.”

Wilson Wen menghembuskan nafas lega, karena takut dia tiba-tiba keras kepala dan ingin Joanne masuk, atau tidak mengembalikan anak-anak, yang kemudian nanti akan memperumit hubungan mereka.

Saat anak-anak meninggalkan pelukannya, dia terus memandang, memandang dalam diam.

Pada akhirnya, tidak ada-apa di pelukannya, kehangatan dari anak-anak juga perlahan memudar.

Charlie Shen menyandarkan tubuhnya ke ranjang dengan berat, mendengar Wilson Wen keluar dan suara menutup pintu, dia mengangkat tangan menyangga keningnya. Menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan mata.

……

Melihat Kak Wilson menggendong anak-anak keluar, Joanne Gu menghembuskan nafas lega.

Ia terima Little Ice Cream dan ditidurkannya ke kursi lorong.

Kemudian pergi lagi menggendong Ice Cream.

Wilson Wen menghentikannya, “Bagaimana kamu nanti bisa menggendong dua anak sekaligus?”

Joanne Gu tidak menghiraukannya, sebenarnya tadi dia sudah menyesali keputusannya menyanggupi Kak Wilson membawa anak-anak bertemu orang itu.

“Jangan takut, bukankah ini sudah kubawa keluar lagi?”

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu