Baby, You are so cute - Bab 275
Dia memiliki perasaan seperti pemuda berusia dua puluh tahunan yang mengajak kekasihnya untuk berkencan.
Perasaan tidak masuk akal apa ini!
Peta ponsel di tangannya terbuka, dia menandai rute dan waktu dari rumah kecilnya ke sini.
Kaki panjang itu mondar-mandir, pikirannya seperti digerogoti semut, matanya mengembara dan dia tidak bisa menenangkan dirinya ketika sedang menunggu!
Pintu toko menghadap lift di seberang
Kedua pintu terbuka dan tubuh tegak pria itu tampak gelisah oleh sesuatu. Dia melangkah kembali ke sofa dan duduk, lalu mengambil asal sebuah majalah.
Dengan cepat terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dan ada suara dari meja resepsionis.
Suaranya terengah-engah.
Joanne Gu mengikuti petugas membalikkan badannya dan melihat pria itu sedang membaca majalah di atas sofa dengan kaki panjang terlipat dalam diam.
Wajahnya pucat, fitur wajah yang putih dan dalam diselimuti lingkaran cahaya, ujung rambut di belakang lehernya dipangkas sangat bersih, serta bekas luka di sudut mata dan mulutnya membuat pria ini terlihat semakin berbahaya.
Ekspresi tidak seperti ini sudah menunjukkan dia sudah menunggu dalam waktu yang cukup panjang.
Situasi ini membuatnya sedikit linglung.
Dia kembali teringat satu-satunya pengalaman berbelanja dengannya pada empat tahun lalu, ketika dia sedang memilih sepatu, dia sedang duduk di sofa sambil membaca koran dengan tidak sabar.
Jantungnya berdetak sangat cepat, akan tetapi Joanne Gu tidak mengeluarkan suaranya..
Pria itu mengangkat kepalanya, mengerutkan alisnya, meletakkan majalahnya dan berdiri sambil menatapnya dengan tidak senang: "untuk apa kamu harus datang ke sini? Kamu membuang-buang waktuku."
Joanne Gu mengepalkan tangannya dan menaruhnya di sisi tubuhnya untuk menahan dirinya. Dia akan mengikuti permintaan dia terlebih dahulu.
"Kamu memilih yang mana saja?"
Bagaimana mungkin dia bisa memilih? Dia menjulurkan tangannya lalu menunjuk dengan asal.
Joanne Gu melihat satu per satu, "ini tidak boleh, Little Ice Cream tidak menyukai warna hijau. Ice Cream tidak bisa memakai in........bahan ini akan membuat mereka gatal, yang ini terlalu terbuka dan Ice Cream paling membenci yang seperti ini......"
Sebagai seorang ibu tentu saja tidak akan ada habisnya bila dia berbicara. Begitu dia menolehkan kepalanya, dia melihat wajah pria itu sudah menggelap.
Hati Joanne Gu tersentak, dia tidak memiliki maksud untuk menjelekkan dia.
Akan tetapi yang dia pilih semuanya tidak ada yang cocok.
"Kamu saja yang pilih!" Charlie Shen mengucapkan empat kata dengan ekspresi yang sangat buruk.
Joanne Gu terlalu memikirkan keberadaan anak-anaknya, sehingga tidak berani melawan dia dan hanya dapat bekerja sama dengan dia untuk memilih pakaian.
Jujur saja pakaian-pakaian di sini tidak ada yang lebih bagus dibanding yang dia buatkan, terlebih semuanya memiliki harga yang sangat tinggi.
"Permisi, apakah ini ada ukuran lebih besar?"
"Kantong pakaian ini terlalu kecil."
"Hehe, putraku berkembang dengan sangat cepat sedangkan putriku memiliki bentuk badan yang kecil........"
Charlie Shen mengikuti dari belakang sambil memasuki kedua tangannya ke dalam kantong celana dan dalam diam mendengar pembicaraan dia dengan sangat manager toko.
Kadang-kadang dia tersenyum, menggantungkan jari-jarinya di sekitar rambut di sekitar telinganya, membungkuk untuk menyentuh saku baju itu, merasakan teksturnya, melepaskannya dan melihatnya berulang kali.
Wajah samping dia memenuhi matanya, pipinya penuh, kulitnya putih seperti giok dan ada dua atau tiga bintik kecil di sisi kiri hidungnya, yang mungkin timbul setelah melahirkan.
Dia memperhatikan bintik-bintik dalam waktu yang sangat panjang, setiap kali melihatnya, hatinya terasa seperti diremas.
Dia mengandung anak pada umur 20 tahun, melahirkan anak dia dan terlebih tidak ada ayah dari sang anak yang berada di sisinya.
Terkadang jika dipikirkan lagi, dia merasa dirinya pantas mati.
"Charlie Shen, aku merasa beberapa pakaian ini sangat bagus, bagaimana menurutmu?"
Joanne Gu memegang empat setelan pakaian menggunakan kedua tangannya, ketika dia menolehkan kepalanya, pada bibirnya masih terlihat senyuman yang belum menghilang serta berbicara dengan sang manager toko. Matanya terlihat bercahaya dan matanya terlihat penuh dengan tatapan lembut seorang ibu.
Tatapan pria itu tertuju pada wajahnya. Dia menutup matanya secara tidak terduga, berbalik, dan berkata, "kamu saja yang mengaturnya."
Dia pergi membayarnya.
Setelah keluar dari took, dia pun mengambil tas belanjaan dari tangan dia.
Tidak ada yang mengeluarkan suara di antara mereka karena mereka tidak menemukan topik pembicaraan yang cocok. Pada saat ini mereka berdua terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu akan tetapi tidak ada yang mengeluarkan suara.
Dia berjalan ke arah eskalator.
Joanne Gu bergegas mengikutinya.
Mereka berjalan berdampingan dan tangan besarnya menyentuh tangan Joanne Gu berkali-kali saat dia berjalan. Hari ini dia mengenakan rok panjang dan tidak ada saku, sehingga dia merasa canggung karena tidak tahu harus menaruh dimana tangannya tersebut.
Ketika mereka berjalan ke eskalator, beberapa orang berjalan ke arah mereka.
Tangan Joanne Gu yang tergantung di sisinya dengan lembut dipegang oleh tangan yang besar dan kering.
"Hei...." Tangan dia ditarik dan dijejalkan di dada yang hangat di balik jasnya.
Wajah Joanne Gu tiba-tiba memerah, mencoba melepaskannya, tetapi banyak orang-orang yang berdesak-desakan di sisinya tetap tidak bergerak.
Dia berdiri di belakangnya, badannya berdiri tegak lurus, napasnya yang hangat berhasil mengenai rambutnya.
Dia masih saja mengenggam tangannya dan satu tangan lainnya yang memegang tas belanjaan pun ditaruh di piggang dia, seperti sedang menjaga dia.
Eskalator itu bergerak dengan lambat dan tangan Joanne Gu dipenuhi dengan keringat, lalu pada akhirnya mereka pun akhirnya tiba di lantai satu. Joanne Gu tersentak lalu berpegangan pada pegangan tangan eskalator dan dengan alamiah tangan tersebut keluar dengan sendirinya.
Dia tidak menolehkan kepalanya dan bergegas keluar dari pusat perbelanjaan, lalu menggunakan kedua tangannya untuk mengipasi wajahnya sendiri.
Benar-benar aneh, dia bahkan sudah pernah memaksa dia melakukan itu, melakukan kegiatan paling intim. Akan tetapi mengapa hanya menggenggam tangannya saja, dia sudah bereaksi seperti ini?
Dia merasakan pintu kaca terbuka, pria itu berjalan keluar tanpa tergesa-gesa dan tangan yang menggenggamnya itu dengan santai dimasukkan ke dalam saku celananya.
Dia menuruni anak tangga, angin bertiup di wajahnya dan kemeja putih itu lebih dekat ke kulit, hingga menunjukkan garis pinggang yang tipis dan sempit, yang bisa dilihat sebagai perban.
Dia berhenti di samping dirinya dan menatap lurus ke depan lalu dengan datar berkata: "kamu sudah boleh pulang."
Setelah selesai berbicara, dia pun berjalan ke arah mobil Audi berwarna putih.
Joanne Gu akan mengaku dirinya bodoh bila dia pulang saat ini juga!
Dia membalikkan badannya dan berlari menghampiri dia, lalu membuka pintu mobil di sebelah kursi pengemudi dan duduk di dalamnya!
"Turun!" Charlie Shen menolehkan kepalanya dan tatapannya terlihat sangat gelap.
Joanne Gu berpura-pura bodoh dan membalas melototi dia, lalu memasangkan sabuk pengaman untuk dirinya sendiri!
Setelah menahan selama seharian ini, dia sudah tidak dapat menahan dirinya lagi: "Charlie Shen, aku beritahu kamu, jika kamu tidak memberikan anak-anak kepadaku, aku akan terus menganggumu!"
Pria itu menatap dia dengan dingin, lalu dengan diam menolehkan kepalanya dan mengenggam alat setiran dengan sangat kuat.
Dia memang menunggu kata-kata ini.
Suasana di dalam mobil terasa sangat canggung.
Ekspresi dia terlihat sangat buruk dan mengemudi dengan fokus.
Akan tetapi Joanne Gu tidak berani berbicara apa-apa, saat ini hatinya hanya dipenuhi dengan anak-anaknya.
Dia tidak berani mengatakannya karena takut dia akan menendangnya keluar di tengah jalan!
Dia memang menjadi selemah ini begitu berhubungan dengan anak-anaknya. Dia akan menahan semuanya, dia tidak akan bertengkar dengannya dan menuruti dia serta membiarkan dia membawanya pergi entah ke mana.
Langit sudah menggelap, Joanne Gu menebak sepertinya dia membawanya pergi ke tempat tinggal anak-anak mereka.
Rute mobil dimulai dari bagian pusat kota, perlahan-lahan melaju ke bagian dengan sedikit orang dan bangunan dan akhirnya ke luar kota.
Joanne Gu melihat keluar jendela mobil dalam waktu yang panjang, lalu menoleh untuk menatapnya.
Pria yang sedang mengemudi, memiliki jari-jari yang ramping yang ditempatkan di roda kemudi, wajah sampingnya tampak tegas di bawah lampu jalan yang menyala.
Dia sama sekali tidak menanggapi tatapannya. Dalam suasana hening seperti ini, kesombongan dan ketidakpedulian dia terlihat seperti bawaan dari lahir.
Joanne Gu merasa sangat malu dan menundukkan kepalanya ...
Pada pukul 18.40 , Audi putih itu berhenti secara perlahan-lahan.
Joanne Gu melepaskan sabuk pengamannya dan tanpa sadar mencondongkan tubuh ke belakang untuk mengambil tas belanjaan di kursi belakang.
Pria itu mengeluarkan sebatang rokok dan menatapnya dengan tatapan tajam yang berbaring di kursi belakang dan tatapannya jatuh pada bokong wanita di depannya ini.
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaMarriage Journey
Hyon SongAdore You
ElinaCutie Mom
AlexiaMenantu Hebat
Alwi GoMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275