Baby, You are so cute - Bab 181
Penglihatan pria di malam hari, tampaknya semakin menajam, itu sungguh tidak terduga.
Dia melepas jasnya dengan perlahan-lahan, lalu meletakkan mantel hangat di atas tubuh kecil Joanne.
Joanne menatapnya, matanya berkilau bagaikan bintang yang berkelap-kelip, lalu mengarahkan pipinya dengan tangan kecilnya.
Pria itu mengerutkan keningnya, lalu mengucapkan satu kata: "Menyebalkan."
Kemudian, tubuh tinggi itu membungkuk. Lalu karena tinggi mereka yang sangat berbeda, dia pun dengan tidak biasa menyenggol wajah Joanne.
Joanne menyentuh wajahnya dan itu terasa sangat panas.
Dia bergumam dengan suara rendah: "Paman, kamu harus minum lebih banyak air. Mulutmu tampak sungguh sangat kering..."
"Bisakah kamu pergi?"
Pria itu berdiri di sana, lalu menyalakan sebatang rokok. Tidak ada lampu di koridor, sungguh sangat gelap. Hanya ada cahaya kilat dari puntung itu.
Ekspresinya tampak sedikit kabur, lalu terdiam saat Joanne menghilang ke dalam cahaya terang koridor.
Setalah menghabiskan satu batang rokok, Charlie kembali ke dalam bangsal.
"Mengapa kamu belum tidur?"
Charlie mengambil bantal lembut dari ujung tempat tidur, lalu menaruhnya pada lokasi semula, yaitu di bagian atas ranjang Fransiska. Dia pun berkata, "Ya."
Dengan wajah yang tampak emosional Fransiska berkata: "Ini sangat bagus, sangat bagus ..."
Dia tidak bisa menahan tawa: "Apanya yang bagus?"
"Tingkah mu yang lucu, sungguh membuat bahagia." Fransiska menggenggam tangan besar putranya itu, sambil menariknya.
Karena ada selang oksigen di hidungnya, dia hanya dapat berbicara secara perlahan. Namun dapat dilihat dari tatapannya, wanita tua itu dipenuh dengan rasa semangat, "Setelah Ibu tertidur dalam waktu yang lama, lalu kembali terbangun, segala situasinya tampak begitu indah. Putraku sudah tumbuh besar, lalu kamu telah menikahi seorang wanita ..."
Dia butuh jeda waktu untuk mengatur napasnya.
Charlie pun dengan sabar menunggunya.
"Baru-baru ini Ibu suka sedikit berharap, andikan saja kondisi tubuhku sudah membaik, maka aku dapat memasak untukmu. Ini sudah berlalu tiga puluh dua tahun, masa yang berlalu sungguh sangat memilukan. Seharusnya kamu memiliki anak, maka aku akan menjaganya dengan baik, dan membuat tumbuh dengan sehat."
"Yang aku khawatirkan adalah ..."
"Ibu." Charlie menatapnya dengan tenang.
Mata gelap pria itu begitu dalam sehingga dia tidak bisa melihat apapun dengan jelas. Suaranya stabil seperti laut: "Aku tidak akan membiarkanmu mendapat masalah apa pun."
Fransiska berkata dengan senyum yang tidak berdaya: "Aku ingin menjaganya, sungguh sangat ingin menjaganya. Tapi ya, keserakahan adalah hal yang paling tabu dalam hidup manusia. Terlebih lagi ketika manusia sudah lajut umur, maka mereka harus mematuhi takdir Tuhan."
"Kamu baru berumur lima puluh tahun. Memangnya apa takdirmu? Apakah menderita sepanjang hidup? Jika Tuhan tidak punya mata, maka aku masih punya mata. Aku pasti akan membuatmu menikmati hidupmu dengan kebahagiaan!"
"Charlie..."
Charlie bangkit berdiri dengan ekspesi yang tampak rumit, sedikit terbawa emosi, matanya pun memerah.
Dia mengangkat tangannya untuk menutupinya, lalu suaranya terdengar parau: "Anak mana di dunia ini yang akan membiarkan ibunya meninggal begitu saja? Bukankah dia akan berusaha untuk menyelamatkannya?"
Singkatnya, hal ini begitu rumit untuk di bicarakan, dia sungguh tidak berdaya.
"Charlie, bisakah kamu memberi tahu ada apa dengan penyakit Ibu?"
Ketika Charlie berbalik, menatap pemandangan malam yang suram dan menyedihkan ini, dia pun mengerutkan alisnya: "Kamu juga tidak akan mengerti jika aku mengatakannya. Penyakit ini begitu rumit, tetapi pada akhirnya kamu juga akan sembuh. Jadi kamu harus memiliki rasa percaya diri telebih dahulu."
"Aku memiliki rasa percaya diri."
Fransiska menanggapinya dengan pahit, dia takut kembali membuat Charlie menjadi sedih jika berkata lagi.
"Tidurlah, aku akan keluar untuk merokok."
"Charlie."
Charlie berhenti di depan pintu, menoleh, memberi sedikit tatapan.
Tangan Fransiska yang diinfusnya itu menegang sejenak, lalu tatapannya meredup: "Camilla dia ..."
Charlie dengan tenang mengganggukkan kepalanya. Dalam waktu seminggu, Wilson telah keluar, sehingga hanya ada sedikit pengunjung. Malam ini Ibu telah bertemu dengan Joanne, jadi tidak heran jika dia memikirkan Camilla.
"Jika dia datang, biarkanlah dia menemuimu."
Fransiska menutup matanya dengan pilu.
Dia sangat kecewa dengan Camilla, tetapi dia adalah anak yang telah dilahirkannya. Ikatan darah diantara mereka berdua tidak dapat diputus. Dia selalu menahan perasaannya di dalam lubuk hatinya.
……
Keesokan harinya, Joanne telah bangun di pagi hari.
Berpikir untuk pergi ke rumah sakit menemani wanita tua itu, sehingga terbangun.
Juga memikirkan bagaimana perasaan Ibunya paman?
Sangat baik.
Orang tua memang tidak memiliki keangkuhan. Meski tadi malam mereka hanya bertemu dalam waktu singkat, namun terkadang beberapa orang dapat menentukan apakah mereka dapat memiliki hubungan yang baik, hanya dalam hitungan menit.
Joanne belum pernah melihat ibunya sejak dia berusia lima tahun.
Bagaimana keadaannya ketika berusia lima tahun?
Dia tidak dapat mengingat dengan umur itu, sehingga ingatannya sudah tidak jelas. Tetapi dia selalu mengingat tangan ibunya, lalu wajah ibunya saat tersenyum, kemudian ketika ibunya memberinya telur rebus saat musim dingin.
Ibunya Paman memberinya perasaan ini. Itu sangat indah.
Mungkin hal ini dapat terjadi karena sikapnya yang sangat lembut.
Pada pukul 10.00, matahari telah memancarakan sinar teriknya di musim panas.
Joanne pergi dari vila dengan membawa payung dan rantang makan siang yang telah dibuatkan oleh Bibi Zhou.
Pada pukul 10:45, dia telah tiba di rumah sakit.
Sesampainya di dalam bangsal, dia menemukan bahwa tidak ada paman disana, tapi hanya ada Kak Wilson.
Joanne pun masuk, lalu berdiri bersama Wilson di luar ruang perawatan, hanya dapat melihat di balik kaca.
Di dalam pintu kaca itu ada beberapa dokter.
Joanne menggenggam rantang makanan itu dengan keras: "Kak Wilson, ada apa dengan Bibi?"
Wilson baru tersadar bahwa Joanne telah datang, lalu dia pun menghalangi pandangannya. "Ibu tidak bisa bernapas. Sehingga para dokter melakukan intubasi secara mendesak. Kamu jangan melihatnya."
Nyatanya, Joanne sudah melihatnya sedikit. Dokter menggunakan pisau tajam untuk memotong leher Bibi...
Pintu kaca itu kedap suara, tapi Joanne melihat bahwa tubuh Ibu tampak gemetar dan terpaksa ditahan oleh dokter. Itu sangat memilukan.
Dia tidak tahan untuk menggerakkan matanya.
Tapi Wilson malah berkata: "Ini adalah masalah kecil. Hal yang paling menyakitkan adalah dan melakukan suntikan pada jantung. Saat ini dokter perlu segera mengetahui situasi pasien dan membutuhkan kerjasama pasien. Seumur hidup Ibu, dia bekerja layaknya seorang pria, tidak ada Ibu maka bagaimana bisa ada Charlie? Tidak ada yang bisa memahami penderitaan yang telah Ibu alami, tidak ada ..."
Mata Joanne pun memerah.
Perasaan Paman untuk Ibu sangatlah jelas. Tadi malam dia dapat dengan jelas merasakannya, paman membantu Ibu melancarkan napasnya, begitu lembut dan berhati-hati.
Joanne menyeka matanya, lalu berkata: "Paman ada dimana?"
Wilson meletakkan tangan besarnya di pundaknya: "Intubasi darurat ini dilakukan untuk membantu pernapasannya, bukan masalah yang serius. Charlie akhirnya dengan tidak mudah meluangkan waktu untuk memeriksa limpanya. Jadi jangan beri tahu dia."
Dia pun mengangguk, Paman memang sudah lama tidak melakukan pengobatan pada limpanya.
Setelah melakukan intubasi, Fransiska akhirnya dapat kembali bernapas.
Setelah Dokter menanganinya, lalu keluar, pintunya segera ditutup, jadi untuk sementara waktu tidak ada yang dapat masuk untuk berkunjung.
Wilson menatapnya sebentar, memastikan bahwa keadannya baik-baik saja. Lalu berbincang dengan para perawat di ruang perawatan, kemudian mengajak Joanne keluar dari bangsal.
Kedua orang itu duduk di kursi koridor yang tidak jauh dari bangsal.
Bangunan rumah sakit sangat aman dan lingkungannya cukup bagus.
Di satu sisi terdapat bangsal, lalu sisi lainnya adalah teras yang dikelilingi oleh jendela di setiap lantainya, sehingga memiliki pencahayaan yang baik.
Setelah waktu menunjukkan jam 12, Joanne mengesampingkan rantang makanan yang dibawanya, dia tidak memiliki nafsu makan.
“Kak Wilson, ada apa dengan Ibunya paman? Bukankah seharusnya dia sudah sembuh setelah sadar?”
Wilson menjawab, “Charlie dan aku sama-sama memiliki harapan bahwa dia dapat sembuh."
“Apakah penyakitnya sangat serius?”
"Iya."
"Dapatkah kamu memberitahuku apa itu penyakitnya?"
Dalam seketika wajah Wilson dipenuhi dengan kekhawatiran, kedua mata pria itu tampak begitu redup di hari yang cerah.
Sungguh begitu rumit.
Dia berpaling dari tatapannya untuk waktu yang lama, lalu membuka mulutnya: "Ibu perlu melakukan transplantasi pada ginjalnya. Ini sangat mendesak. Dia hanya punya waktu dua bulan untuk hidup. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, ialah Ibu pun tidak mengetahui hal ini. Tadi malam, dikatakan bahwa dia ingin menjaga anak mu dan Charlie. Charlie memberitahuku tadi pagi, sungguh sulit menjelaskan bagaimana ekspresi Charlie saat mengatakannya. "
Dalam seketika Joanne tampak menjadi bingung, wajah kecilnya perlahan memucat.
Transplantasi ginjal?
Novel Terkait
Diamond Lover
LenaLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaEverything i know about love
Shinta CharityEternal Love
Regina WangKisah Si Dewa Perang
Daron JayPrecious Moment
Louise LeePria Misteriusku
LylyBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275