Baby, You are so cute - Bab 158
"Nyonya! Mengapa kamu begitu jahat, apakah kamu sudah tidak menginginan Bibi Zhou lagi? Kamu ada di mana selama beberapa hari ini? Bibi sangat mengkhawatirkan kamu! Aku sangat panik. Kamu pulang ya? Nyonya bicarakan baik-baik kepada tuan apabila dia berbuat sebuah kesalahn padamu. Nyonya yang paling baik bukan? Nyonya kembali menemani Bibi Zhou ya......"
Joanne Gu mengangkat tangannya, menutup mulutnya. Dia berusaha menutupi suara isakannya. Begitu datang ke Kota S, dia paling ingin menghubungi Bibi Zhou dan Bibi Zhou juga yang memperlakukan dia seperti putri kandungnya sendiri.
Akan tetapi dia tidak berani karena bagaimana pun juga Bibi Zhou merupakan orang dia.
Hati Joanne Gu terasa begitu hancur pada saat ini juga begitu mendengar suara Bibi Zhou. Akan tetapi dia hanya dapat menahannya: "bibi, tolong hubungi Sekretaris Jones Zhang untuk pergi melihat tuan."
"Apa yang terjadi kepada tuan......"
Joanne Gu langsung memutuskan panggilannya dan mematikan ponselnya.
Dia menolehkan kepalanya dan menempeli wajahnya pada sandaran kursi lalu memejamkan matanya.
2 jam kemudian, Joanne Gu bangun karena dibangunkan oleh Ethan Lu. Begitu dia mengadahkan kepalanya, dia melihat dia sudah berada di bandara Kota S.
Jam penerbangan berada di jam subuh. Mereka akan terbang terlebih dahulu ke Shenzhen lalu dia akan mengganti maskapai begitu tiba di Shenzhen.
Masih ada setengah jam lagi dia sudah harus masuk ke dalam pesawat. Setelah keluar dari mobil, Ethan Lu menggenggam dia yang tidak dapat berjalan dengan stabil ke depan gerbang.
Joanne Gu berjalan sambil menundukkan kepalanya. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan dia pun merasa sangat linglung.
Mereka berdua langsung berjalan ke gerbang pemeriksaan. Setelah berjalan beberapa meter, Joanne Gu melihat langkah kaki Ethan Lu yang terhenti.
Dia sedikit kebingungan dan mengangkat kepalanya. Akan tetapi tubuh besar Ethan Lu berhasil menghadangi dia.
Semuanya terjadi dengan begitu cepat, sebelum dia berhasil melihat dengan jelas, sebuah hembusan angin kencang dan bayangan hitam melintas di sisinya. Tubuh Ethan Lu bergolak dan Joanne Gu mendengar teriakan tak terduga di mulutnya.
Lalu, seorang pria besar itu terjatuh di atas lantai marmer bandara.
"Ethan Lu?!" Joanne Gu tertegun.
Dia menundukkan kepalanya dan kembali mengangkat kepalanya lalu dia tubuh dia pun membeku.
Wilson Wen menjepit rokok di sela-sela jarinya, dia mengenakan kaos polo abu-abu biru dan celana panjang hitam. Dia berdiri disana dengan sangat tegap.
Joanne Gu mengenal pria mengenakan jas ketat di sebelahnya. Ketika paman membawa dia pergi ke sebuah perjamuan, kakak keempat ini berinisiatif untuk bersulang dengannya dan dia baru saja kembali dari Pasukan Swiss.
Kakak keempat membungkuk. Pria dari tim pasukan khusus itu mengangkat Ethan Lu di tanah dengan mudah. Setelah Ethan Lu bangkit, dia kembali memukulnya dan dia kembali terjatuh ke atas tanah.
"Ethan Lu!" Joanne Gu berteriak panik.
Tim keamanan di bandara pun menghampiri mereka.
Kedua orang pria yang mengenakan setelan jas hitam yang berdiri di samping Wilson Wen pun menghadangi tim keamanan dan berbicara di sisi lain.
Orang-orang sekitar yang melihat keramaian ini pun hanya melihat dari kejauhan tanpa berani berbicara sepatah kata pun.
Ethan Lu kembali terbatuk dan Joanne Gu menarik kakak keempat sambil menjerit. Dia tidak tahu kakak keempat yang memujinya pada hari itu akan terlihat begitu menyeramkan ketika sedang berkelahi.
Kakak keempat tidak memedulikan dia dan menghindari sentuhan dia agar tidak menyakiti dia.
Begitu melihat kakak keempat ingin kembali melontarkan sebuah tinjuan.
Joanne Gu sambil menangis langsung menghampiri pria yang masih saja merokok dengan tenang itu: "Kak Wilson!"
"Apa yang sedang kalian lakukan?! Kak Wilson aku mohon padamu tolong hentikan kakak keempat! Jangan memukul dia lagi, huhu, jangan memukul dia lagi..."
Wilson Wen mengerutkan keningnya dan mengangkat tangannya secara perlahan.
Kakak keempat menghentikan gerakannya.
Wilson Wen melangkah maju dan tangan yang memegang rokok itu mengangkat jaket hitam di lengannya dan menaruhnya di atas pundak Joanne Gu. Pria itu menatap gadis kecil yang terus-menerus menyeka air mata di depannya.
Setelah melihat semuanya, dia pun terus menatap lekat ke arah tiket pesawat yang dia genggam di tangannya dengan erat.
Wajah laki-laki yang selalu anggun itu berubah menjadi sangat dingin dan mengingat wajah kecil yang dilihat Joanne Gu ke arah gerbang keamanan.
"Kak Wilson?"
"Charlie sedang berada di ruangan operasi dan tidak ada yang tahu mengenai keadaannya."
"......a, apa?...."
Joanne Gu berbicara dengan terbata-bata karena terkejut. Dia merasa seluruh tubuhnya masuk ke dalam sebuah lobang yang sangat dingin hingga membekukan seluruh tubuhnya dan kehilangan cara bernafas.
Dia mengira dia hanya jatuh pingsan karena kelelahan, mengapa menjadi........
Wilson Wen merebut tiket pesawat yang dia genggam dengan erat di tangannya lalu melemparnya ke lantai, "kamu masih ingin pergi?"
Wajah Joanne Gu seperti kehilangan warna darah dan seluruh tubuhnya pun membeku sambil menangis.
"Kamu masih ingin pergi?"
Dia masih menangis.
"Aku tanya, apakah kamu masih ingin pergi?!"
Pada akhirnya dia menggelengkan kepalanya. Seluruh kekuatan di dalam tubuhnya seperti sudah diangkat semuanya dan terjatuh di atas tananh. Dia menekan dadanya sambil menangis dan terus menggelengkan kepalanya.
Wilson Wen menutupi tatapan sedihnya, dia membungkukkan badannya dan menggunakan kedua tangannya untuk menggendong anak gadis yang sudah hampir jatuh pingsan lalu melangkah lebar ke luar bandara: "tenanglah sedikit. Ayo pergi cari dia, kita pergi cari dia!"
Joanne Gu menangis di dalam dekapan dia. Rasa keputusasaan berhasil menyelimuti seluruh tubuh dia. Dia mencengkram baju dia dengan sangat kuat, "Kak Wilson sebenarnya apa yang terjadi kepada dia? Mengapa tiba-tiba dia menjadi seperti ini? Huhu..........Dia akan baik-baik saja bukan? Iya bukan! Jika dia mati, aku juga tidak akan meneruskan hidupku...........aku juga tidak akan meneruskan hidupku........"
"Adik keempat! Cepat bawa mobilnya kemari!!"
Wilson Wen berteriak kencang di dalam bandara.
Dia menundukkan kepalanya menatap ke arah orang yang ada di dalam dekapannya yang nafasnya sudah mau terputus dan kerongkongannya terus bergerak naik turun. Jika Charlie mendengar ucapan Joanne, dia pasti juga tidak akan rela untuk pergi mati......
Kakak keempat mencengkram baju Ethan Lu. Meskipun tenaga dia sangat kuat, akan tetapi dia masih dapat membuat pria di depannya ini berdiri dengan baik. Lalu dia dengan nada serius berkata: "sorry."
Ethan Lu tidak mengalami cidera berat melainkan hanya luka luar yang berada di ujung bibirnya.
Orang seperti kakak keempat yang merupakan orang militer pasti akan sangat berhati-hati ketika sedang berkelahi. Mungkin orang-orang sekitar akan merasa sangat mengerikan, akan tetapi orang yang menjadi korbannya masih dalam keadaan baik-baik saja.
Pada akhirnya target mereka bukanlah Ethan Lu.
Kakak keempat mengangguk pelan kepada dua pria yang mengenakan setelan hitam yang berada di sampingnya. Anggukan tersebut memliki arti untuk mengurusi Ethan Lu. Postur yang tinggi dan kuat itu bergerak dengan sangat cepat seperti angin.
Sebuah SUV hitam dengan tujuh tempat duduk di dalamnya diparkir di pintu keluar bandara dan kakak keempat langsung melompat masuk ke kursi pengemudi!
Wilson Wen menaruh orang yang hampir saja kehilangan nafasnya di kursi barisan belakang.
Kakak keempat menyetir dengan kecepatan tinggi, akan tetapi keadaan di dalam terasa sangat tenang. Wilson Wen bergegas memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Joanne Gu.
Lalu dia dengan pelan menenangkan dia sambil mengelus rambut dia dengan kencang agar dia tetap dalam keadaan sadar: "Joanne bertahanlah! Kita akan tiba di rumah sakit dalam satu jam!"
Joanne Gu masih saja tertegun. Dia terlihat seperti orang kehilangan nyawa yang diikat dengan sabuk pengaman.
Dia seperti tubuh yang kehilangan arwah. Dia tidak dapat tidak menangis, dia tidak dapat tenang dan hati dia seluruhnya berada pada tubuh pria yang hingga saat ini tidak diketahui keadaannya.
Dengan samar-samar dia mendengar suara Kak Wilson yang sedang menelepon. Sepertinya pihak di ujung sana adalah dokter dari rumah sakit. Nada bicara dia begitu rendah dan tenang akan tetapi terkadang juga berubah menjadi terburu-buru. Topik pembicaraan mereka semuanya adalah mengenai hal medis yang tidak mengerti oleh Joanne Gu, sepertinya mereka sedang membahas penyakit paman.
Jendela mobil dibukakan sedikit. Karena kecepatan mobil terlalu tinggi sehingga angin yang masuk berhasil menusuk wajah Joanne Gu yang memucat.
Sangat sakit akan tetapi rasa sakit ini dapat mempertahankan kesadaran dirinya.
Dia tidak pernah merasa jarak merupakan sesuatu hal yang sangat menakutkan. Satu jam, dalam satu jam akan terjadi banyak hal.
Paman.......
"Joanne? Sadarlah!"
Samar-samar dia dapat merasakan ada sebuah tangan besar yang sedang menpuk-nepuk wajah dia. Joanne Gu bergegas membuka matanya dan menangkap tangan itu: "paman!"
Wilson Wen bergegas membuka mata dia untuk memeriksa matanya begitu melihat dia sudah menyadarkan diri dan kembali memegang dahi dia dan menyadari dia sedang demam. Dia mengerutkan keningnya dan menggendong dia keluar dari mobil.
Saat ini waktu menunjukkan pukul 01.00 subuh dan seluruh gedung rumah sakit diselimuti oleh kabut.
Joanne Gu turun dari gendongan Wilson Wen, setelah berdiri dengan stabil, dia menggenggam pergelangan tangan dia dan ketiga orang itu pun berlari menuju ruang operasi.
Novel Terkait
Adieu
Shi QiMy Only One
Alice SongIstri ke-7
Sweety GirlMore Than Words
HannyMy Goddes
Riski saputroAir Mata Cinta
Bella CiaoThick Wallet
TessaBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275