Baby, You are so cute - Bab 183

"Joanne, dapatkah kamu bayangkan bahwa dia yang merupakan seorang Tuan Muda sejati harus mendapatkan tindasan, dan tekanan, hanya karena demi agar dirinya dapat tumbuh besar? Melihat Ibu begitu lelah, Charlie tidak dapat berbuat apa-apa. Saat itu Charlie hanyalah seorang bocah cilik yang lemah. Melihat Ibu telah diintimidasi, dipukuli dan dimarahi oleh pihak keluarga dari suaminya, dia hanya bisa melihat wanita kesayangannya itu di bully. Bisakah kamu memahami hari-hari ketika hidupnya seolah terasa tidak lebih baik dari kematian?"

"Tidak ada yang bisa mengerti bahwa Charlie telah mengalami hal seperti ini selama delapan belas tahun. Tapi Ibu telah mengajarinya dengan sangat baik, mengajarinya bagaimana menjadi seorang putra sejati dari keluarga bangsawan. Charlie tidak mengambil jalan pintas, dia tidak menyerah karena orang tuanya telah meninggalkannya, bahkan tidak menjadi bajingan seperti Jordan! Ibu lah yang telah menyelamatkan jiwa anak ini. Ibu lah yang telah memberinya hidup baru. Charlie menganggap Ibu sebagai keyakinannya. Ibu memiliki tempat terhangat di dalam hatinya. Ibu adalah seorang wanita yang lemah lembut itu, tetapi dia berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kehidupan yang indah untuknya. Ibu memang tidak memiliki sesuatu yang istimewa, tapi bagi Charlie dia adalah segalanya."

Setelah mendengar hal ini, dalam seketika pikiran dalam benak Joanne menjadi kosong, dia pun tidak dapat menahan air matanya.

Paman...

Joanne mengira bahwa Charlie telah dilahirkan di keluarga yang sangat baik, mengira bahwa dia telah mewarisi bisnis besar keluarganya, juga mengira bahwa dia telah dilahirkan di dalam kehidupan yang mewah.

Tapi itu semua hanyalah perkiraannya semata.

Bagaimana Paman lahir, masa kanak-kanaknya, masa remajanya, ternyata itu semua dilaluinya bak hidup di neraka, sungguh memilukan hati.

Apakah bocah cilik yang kesepian dan mengalami penghinaan itu pernah tertawa?

Ketika sedih, dapatkah dia menangis seperti anak-anak lainnya?

Joanne menutup matanya, hatinya seolah terkoyak-koyak seperti ada seseorang yang telah merobeknya. Itu sangat memilukan, pria itu, anak laki-laki itu, berapa banyak rasa sakit yang dia alami selama tahun-tahun itu?

Ibu lah orang yang telah mengorbankan segalanya untuknya hingga dia dapat menjadi seperti saat ini. Apa sebenarnya beban yang dia tanggung hari ini? Dia bahkan tidak mengatakannya, dia hanya dapat berdiam diri.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua soe.

Saat mata bengkak Joanne terbuka, dia melihat sesosok pria tinggi di ujung koridor, yang disinari oleh cahaya terang. Dia mengenakan kemeja hitam dan celana panjang hitamnya, dengan kedua tangan yang berada di dalam saku, lehernya sedikit terkulai, dia tampak kelelahan, perlahan-lahan datang menghampiri.

Joanne mengangkat tangannya untuk menyeka air mata di wajahnya.

Ketika Wilson bangkit berdiri, dia memberikan Joanne tatapan yang dalam, lalu berkata: "Joanne, ingatlah bahwa Charlie takut kalau dirinya ditelantarkan. Dia telah ditinggalkan oleh orang tuanya ketika dia masih kecil, tapi sekarang dia takut ditinggalkan oleh Ibu dan dirimu. Oleh karena itu, untuk mencegah orang-orang penting di sekitarnya meninggalkannya, sehingga ada beberapa hal yang mau tidak mau dia harus lakukan."

Joanne tidak terlalu mendengarkan kata-kata terakhir yang dikatakan Kak Wilson itu.

Pada saat Joanne sedang menangis tersedu-sedu, Paman datang, sehingga karena takut dilihat olehnya, Joanne bergegas menghilangkan air mata dan mengembalikan suasana hatinya seperti biasa.

Charlie adalah orang pertama yang menuju ke dalam bangsal, dia berdiri di ruang perawatan.

Di bangsal yang tertutup, Dokter berdiri di depan ranjang sambil menekan pompa pernapasan yang terhubung ke intubasi laring Ibu.

Minggu sebelumnya, Ibu dapat bernapas dengan baik.

Dokter Zhang berkata bahwa dia akan melalui dua bulan seperti ini, hari demi hari semakin berharga.

Joanne pun pergi ke kamar mandi, mengompres matanya dengan air dingin, bengkak di sekitar matanya pun terlihat lebih baik.

Dia masuk ke dalam bangsal tanpa bersuara, berdiri di belakang sosok yang dingin dan melankolis itu. Mereka begitu dekat, tetapi dia masih tidak bisa mendengar napasnya.

Joanne perlahan mengulurkan tangan kecilnya, perlahan melewati saku celana pria itu, lalu memeluk pinggangnya.

Tubuh keras pria itu bergerak, "Sejak kapan kamu ada di sini?"

"Sudah dari jam sepuluh lewat. Kak Wilson berkata bahwa kamu telah pergi untuk melakukan pemeriksaan, jadi bagaimana dengan hasilnya?"

"Tidak masalah."

Joanne menekankan jari-jarinya pada bajunya, membelai pinggangnya yang sudah tidak ditutupi perban untuk beberapa saat.

Dia pun mengeluarkan napas lega.

Dalam sejenak Charlie menatap Ibu, lalu berbalik. Joanne yang awalnya menempelkan pipinya di belakang punggungnya, menjadi menempel pada dadanya berdetak dengan stabil.

Aroma antiseptik di tubuhnya itu bercampur dengan aroma rokok, menutupi aroma maskulin tubuhnya, tetapi baunya itu tidak buruk.

Pria itu mengulurkan tangannya, menekan ibu jarinya di pelipisnya, mengusapnya maju mundur.

Mungkin dia merasakan napas Joanne yang berbeda, jari-jarinya yang panjang mengangkat dagu kecilnya.

Charlie mengerutkan alisnya, lalu berkata : "Mengapa kamu menangis?"

Joanne mencubit wajahnya, lalu kembali menempelkan wajahnya ke dalam dada hangat pria itu.

"Katakanlah." Charlie tidak melepaskannya.

“Melihat keadaan Bibi seperti ini, aku sungguh merasa sedih…” Joanne berbohong.

Jari panjang pria itu, berpindah dari rahangnya, menuju punggungnya yang gemetar.

Charlie bertanya: "Apakah istriku ingin agar Ibu dapat membaik?"

"Tentu saja, dia adalah Ibu Paman ku, dia juga merupakan keluargaku. Kesehatan keluarga itu lebih penting dari apa pun."

Saat Joanne memikirkan penyakit Ibu, dia tahu dia tidak bisa menghiburnya. Tapi dia tetap berkata: "Paman, kamu sudah berusaha sangat keras. Selama kita saling bekerja sama, maka Ibu akan membaik."

Napas pria itu menghilang dalam sementara waktu.

Joanne mendongak dengan curiga, lalu mereka saling menatap.

Saat Charlie menatapnya, fitur wajah pria itu tampak begitu jelas, tatapannya begitu dalam, tetapi pengelihatannya perlahan kabur menjadi embun beku di bawah cahaya redup bangsal.

Dia memeluk Joanne dan tidak bisa melihat satu sama lain lagi. Dia perlahan mengangkat rahangnya dan menutup matanya. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

Dia tidak dapat memutar balik waktu, tidak bisa mengubah bagaimana dia menikahinya pada saat itu.

Jika saat ini baginya dia adalah orang asing dan tidak dirinya mencintainya, dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan, yaitu meminta ginjalnya. lalu membelinya dari ayahnya dengan harga 400 miliyar. Transaksi tetaplah adalah transaksi.

Perdagangan kejam di dunia ini akan selalu terjadi setiap hari.

Mudah ditangani tanpa emosi dan prikemanusiaan.

Sekarang apa yang bisa Charlie dapat lakukan ialah menjaga kesepakatan ini tetap berada di bawah kendali selamanya!

Bagaimanapun juga, itu tidak mungkin, dia tidak bisa membiarkan Joanne meninggalkannya!

...

Terdengar ada suara di luar bangsal.

Joanne pergi dari pelukannya itu dan berjalan keluar dari bangsal.

Ada banyak orang yang berdiri di koridor.

Kak Wilson menyapa mereka satu per satu. Joanne menyadari bahwa semua teman yang ditemui Pamannya di bulan Maret itu telah datang.

Ada pria dan wanita, mereka berpakaian dengan rapi, sebagian dari mereka seusia dengan Paman.

Ada juga dua orang yang tempak lebih tua.

Kak Wilson berkata bahwa mereka adalah kerabat jauh dari Ibu.

Ketika Charlie keluar, dia tidak berinisiatif untuk menyapa siapa pun. Pria itu hanya menyalakan rokok, lalu berdiri dengan tenang di sudut ruangan sambil merokok.

Orang-orang yang datang ditak banyak berbicara, mereka penuh dengan rmartabat.

Tidak lama kemudian, Dokter Zhang dan beberapa ahli lainnya yang mengenakan jas putih datang.

Ada juga beberapa perawat, kemudian setelah itu orang-orang ini pergi ke ruang pemeriksaan untuk melakukan tes darah, serangkaian tes yang biasa dan yang terpenting adalah pemeriksaan ginjal.

Joanne menyapa Michelle, lalu dengan bingung menatap teman-teman paman yang dibawa pergi oleh para perawat.

"Kak Wilson, apa sedang mereka lakukan?"

Wilson berdiri di dinding, matanya yang terkulai menatap ujung sepatunya.

Dia berkata: "Mereka semua datang ke sini untuk melakukan tes pencocokan organ dengan Ibu. Karena sampai saat ini tdak ada berita dari organisasi pendonor organ. Waktu Ibu hanyalah dua bulan, dan situasinya semakin hari semakin memburuk. Semua orang yang datang ke sini dekat dengan Charlie, jadi mereka ingin membantunya. Meskipun harapan untuk mendapat kecocokkan itu sangat kecil, namun akan lebih baik jika memanfaatkan kesempatan, karena mungkin saja ada yang cocok."

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu