Baby, You are so cute - Bab 80
Tatapan dia begitu kabur, menatap dia dengan tatapan sangat lembut seolah-olah terlihat sangat membutuhkan dia.
Tanpa disadari Joanne Gu pun bersikap lembut dan merawat dia tanpa mengeluh lagi.
Ketika dia keluar membawa sup tomat rebus, dia masih terlihat tidak nyaman, bersandar di sofa, menutupi dahinya dengan lengan, mengerutkan kening dan menutup matanya.
Begitu mendengar ada suara, dia pun membuka matanya dan tersenyum begitu melihat dia sudah datang.
Penerangan di ruang tamu sangat terang sehingga menyinari ekspresinya dengan begitu jelas. Entah kenapa Joanne Gu merasa senyuman yang dia ulas terlihat sangat rapuh.
Membuat orang......merasa sedih.
Dia memapah dia dan menyodorkan mangkuk sup kepada dia. Tetapi dia tidak mengambilnya melainkan menolehkan kepalanya dan dengan tatapan lembut, "apakah istriku tidak ingin menyuapi aku?"
Wajah Joanne Gu bersemu merah, ada tiga puluhan pelayan di sini.
Tetapi dia tetap saja.........menyendokkan satu suap dan menyodorkan ke arah dia.
Dia merasa sangat puas dan senyumannya semakin lebar begitu menatap dia.
Semangkuk sup tomat itu berhasil membuat dia berkeringat.
Dia bersandar di sofa, mengangkat rahangnya yang melengkung indah dan memintanya untuk membuka kancing bajunya.
Joanne Gu menegakkan tubuh agar tidak terlalu dekat dengannya. Setelah melepas tiga garis lehernya, dia melihat tenggorokan pria itu dan tulang selangka halus di kerahnya...
Dia tidak berani membuka kancingnya lagi.
Tangan kecil itu berhenti membuat pria itu menjadi tidak senang, "ada apa?"
Joanne Gu mengigit bibirnya dan tatapannya melihat ke sekeliling pelayan wanita yang ada di ruang tamu.
Dia berdiri dan merangkul dia dengan menggunakan sebelah tangannya, "kalau begitu ayo kita naik. Setelah di atas istriku kembali melayani aku."
Joanne Gu memapah dia ke lantai atas. Bukannya jika mabuk dia harusnya jatuh pingsan, mengapa dia begitu menyusahkan......aduh.
Begitu pintu kamar tidur di lantai dua ditutup, Joanne Gu pun mulai merasa gugup karena hanya tersisa mereka berdua. "Charlie......"
"Panggil aku suami."
Joanne Gu mengalihkan pembicaraan karena tidak dapat menyebutnya, "kamu berdiri yang benar. Kamu lihatlah kemejamu sudah basah semua. Aku akan membantumu melepaskannya."
Dia sangat patuh, matanya dipenuhi dengan tatapan mabuk, dia tidak lagi tidak terbaca seperti biasanya, pada saat ini dia terlihat sangat polos.
Dia menundukkan kepalanya dan menatap gadis kecil di depannya yang sedang melayani suaminya. Mengapa wajah dia tidak membesar, padahal dirinya sudah semakin menua dan mengapa dia masih terlihat seperti anak kecil?
"Istriku, apakah kamu pernah memakan makanan pemberian orang asing pada waktu kecil?"
"Hah?" Joanne Gu tidak mengerti pembicaraan dia.
"Di dalam buku dikatakan wajah awet muda seperti kamu ini disebut The Maidens of Heavenly Mountain."
"......." Permisi apakah ini dia sedang memuji dirinya.......
"Apakah kamu pernah meminum obat untuk mencegah penuaan?"
Mabuk hingga seperti ini.......
"Kamu juga pernah menggundulkan semua rambutmu."
Joanne Gu marah! Mengapa harus mengungkit hal ini?!!
Kemeja sudah berhasil dilepaskan. Joanne Gu pun mendorong dia sambil menundukkan kepalanya, "sana pergi mandi."
"Mengapa kamu menggundulkan rambutmu?"
"Sana pergi mandi!"
Tubuh besar ini tidak bergerak, dia menatap dirinya dengan keras kepala.
"Aku bertaruh dengan Ethan Lu dan aku kalah, jadi aku harus menggundulkan kepalaku, jika tidak, dia tidak akan membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku. Lalu aku pun menggunakan topi pada saat foto kartu indentitas!"
Saraf otak Charlie Shen tiba-tiba tersengat saat mendengar nama 'Ethan Lu'.
Ketika Joanne Gu melihatnya tidak berbicara dalam waktu yang lama, dia mengangkat kepalanya dan bertemu dengan dia dengan tatapan yang menakutkan. Dia tidak mengerti apa yang salah dengan dia?
Sebenarnya dia tidak tahu apa yang terjadi pada malam itu di bar. Dia dengan kebingungan, "kenapa kamu tidak senang lagi?"
Charlie Shen dengan ekspresi tidak senang. Dia dengan tatapan gelap mendorong dia ke dinding, dia tidak marah. Dia mencium wajah dia dan dengan serius mengatakan, "kamu adalah wanita yang sudah menikah. Kamu jangan berinteraksi dengan pria sembarangan dan jangan mengungkitnya di depanku. Apakah kamu mengerti?"
Joanne Gu tidak mengerti darimana asal mula perkataan dia yang ini. Dia pun hanya menganggap ini hanyalah ucapan pada saat sedang mabuk, dia pun mengiyakannya, "iya aku sudah mengerti! Sebenarnya kamu mau mandi atau tidak?"
Pria yang sedang cemburu itu memegang pergelangan tangan dia, "kamu yang mandikan aku."
"......."
Setelah keluar dari kamar mandi, Joanner Gu berbaring di atas ranjang karena kelelahan. Dia menatap ke arah jam digital yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.....
Deru nafas pria yang berada di belakangnya ini sangat teratur. Joanne Gu menoleh dan menatap bulu mata dia yang indah itu, wajahnya pun terlihat sangat rileks. Bahkan dalam keadaan tidur saja dia terlihat sangat anggun.
Dia dengan hati-hati mengambil telepon rumah untuk menelepon ke jalur dalam, dia meminta tolong pada Bibi Zhou untuk membantunya membuat makan malam.
Dia dengan tenang merangkak keluar dari pelukannya sedikit demi sedikit, pindah ke tempat tidur, mengulurkan satu kaki ke bawah dan mengaitkan sepatunya.
Ujung jari kaki belum menyentuh karpet, pakaiannya pun ditarik.
"Ah......."
Tubuhnya jatuh ke belakang dan kembali ke dalam pelukan pria itu.
Joanne Gu merasa sangat lapar. Dia itu belum makan setelah menjaga orang ini semalaman!
Dia berusaha melepaskan pelukannya karena mengira dia sudah tertidur. Tetapi tidak menyangka akan mendengar suara rendah orang ini: "jangan bergerak."
Dia tertegun, dia seperti baru mengerti akan sesuatu.Wajahnya memanas, menurunkan bulu matanya dan tidak berani bergerak lagi.......
Kamar tidur itu sangat hening, hanya terdengar suara deru nafas.
Hidungnya penuh dengan wangi tubuh pria ini setelah mandi, baunya harum dan membuat orang merasa aman.
Joanne Gu perlahan pun tertidur.
Sinar matahari pagi menyinari ke dalam ruangan, Joanne Gu membuka matanya.
Hal pertama yang dia lihat bukanlah atap berwarna putih, melainkan wajah tampan pria itu.
Dia mengerjapkan matanya dan membukanya kembali. Orang ini bersandar pada tubuh dia, mata hitamnya terbuka dan menatap dia. Begitu melihat dia sudah bangun pun dia menundukkan kepalanya dan ingin mencium dia.
Joanne Gu mendorong dia dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Charlie Shen mengerutkan keningnya.
Setengah menit kemudian dia keluar kembali.
Melihat ekspresi dia yang tidak senang, dia pun bergegas menjelaskan, "kemarin malam kamu mabuk dan memaksa untuk memelukku. Aku tidak makan sama sekali dan juga menahan untuk buang air."
"Apakah kemarin malam aku kelepasan?" Dia bertanya dengan serius.
Joanne Gu menyemangati dirinya untuk menganggukkan kepalanya.
Charlie Shen mengerutkan kening, turun dari tempat tidur dan membuka satu jendela, menyalakan rokok dan berjalan lurus ke arahnya.
Joanne Gu melangkah mundur karena ketakutan, karena dia sudah sadar sekarang, dan dia bukan lagi pria yang sangat kusut tapi mudah diatasi seperti tadi malam.
Dia sedikit tidak senang sambil mengerutkan keningnya, "jangan bergerak, apakah aku akan memakan kamu?"
Joanne Gu tidak bergerak lagi. Dia berpikir di dalam hatinya lebih baik dia mabuk karena dia akan terus tersenyum dibanding dengan ekspresi wajahnya yang saat ini.
Charlie Shen mengambil rokok dari bibirnya dan berjalan ke depan dia. Dia menggunakan tangan yang baru saja memegang rokok menyentuh wajah dia.
Dia mendekatkan badannya dan menatap mata dia yang besar sambil bertanya: "kemarin malam aku tidak berbicara sembarangan bukan?"
Joanne Gu menatap dia dengan kebingungan, "kamu menunjuk yang mana?"
"Ada apa saja?" Tanpa disadari tatapan dia menggelap.
Joanne Gu menceritakan semuanya dengan terus terang, tentu saja Joanne Gu tidak mengatakan perkataan yang kelewat batas.
Begitu Charlie Shen mendengar semuanya, tatapan dia mengendur.
Ekspresinya pun melembut, memegang kepala dia, "kemarin malam istriku sudah bekerja keras."
Joanne Gu menghindar dengan ekspresi tidak senang.
Dia kembali menghisap rokoknya dan berjalan menghampiri asbak yang ada di samping ranjang dan mematikannya, "hari ini suamimu harus pergi bekerja karena sore ini ada rapat yang sangat penting. Kamu pasti bosan bukan selama beberapa hari terkurung di dalam rumah? Nanti aku akan pulang lebih awal untuk menemani kamu ya?"
Joanne Gu tidak mengadahkan kepalanya, sebenarnya wajahnya sangat merah karena tidak terbiasa dengan pembicaraan antara suami istri sebelum berangkat kerja.
"Layani suamimu ini untuk memakai baju."
Dia masih terlihat kaku karena masih belum terbiasa. Tetapi dia dengan patuh membuka lemari dia dan terkejut melihat pakaian mewah yang rapi di dalamnya.
Sabuk disusun melingkar sesuai dengan pola nomor warna, begitu juga dengan dasi, jam dan kemeja dari terang ke gelap.
Karena kebingungan, dia berbalik dan bertanya, "banyak sekali, yang mana yang akan dipakai?"
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanWaiting For Love
SnowTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275