Baby, You are so cute - Bab 77

Orang di depannya ini adalah wanita terhebat dan teranggun. Dia memiliki sebuah perusahaan internasional. Selama beberapa tahun ini dia terus mengikuti jejak Charlie agar dapat bersanding di sisinya dan dirinya tidak pernah menyerah.

Pukul delapan dia keluar dari lift apartemen.

Ponselnya berdering.

Ekspresi Camilla Lu berubah begitu menatap nomor telepon sekretaris dari CSC Groups, "Sekretaris Zhang?"

"Nona Lu, CEO Shen mengajak Anda untuk bertemu berduaan saja."

Seketika wajah cantik Camilla Lu pun menegang. Semua indra pendengar dia jatuh pada 'bertemu berduaan'.

Tetapi ekspresi terkejut ini hanya bertahan selama beberapa detik saja, seketika ekspresi Camilla Lu pun terlihat tertekan dan dia merasa tidak tenang.

"Baik Sekretaris Zhang mohon beritahu aku alamatnya."

Dia berusaha keras membuat dirinya untuk tetap tenang.

Jones Zhang merupakan pihak yang menelepon itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Ini merupakan perintah dari atasannya tentu saja dia harus bersikap profesional, "akan dikirimkan ke ponsel Nona Lu dalam waktu singkat, sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Senyuman Camilla Lu menghilang begitu panggilan tersebut terputus.

Setelah masuk ke dalam mobil, dia mengenggam alat setiran dengan kuat, di dalam ruangan yang hening itu, wajahnya yang cantik menunjukkan ekspresi takut.

Jika tidak marah hingga ujung batasnya, Charlie pasti akan berusaha menghindari pertemuan dengannya. Selama 8 tahun ini terus seperti itu.

Dia harus tenang, jangan takut. Dia harus memikirkan cara untuk melindungi dirinya sendiri.

Joanne Gu tidur dengan sangat nyenyak.

Sinar matahari yang hangat menyinari masuk ke dalam kamar tidur yang memiliki gaya pria, dia pun bangun perlahan-lahan.

Ketika Bibi Zhou membawa sarapan ke dalam kamar, dia pun melihat nyonya yang sedang berada di atas ranjang.

Dia pun tersenyum, "apakah tidurmu nyenyak?"

Joanne Gu mendesah, dia mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh bantal di sebelah kanan, menatapnya sebentar dan bertanya, " bibi, apakah dia tidak kembali tadi malam?"

"Apakah kamu akhirnya kamu ingin tahu keberadaan tuan?"

"Tidak."

"Tuan memiliki urusan yang lebih penting dan biasanya dia memang sangat sibuk. Nyonya harus mengerti."

Joanne Gu berdecak.

Bibi Zhou sambil tersenyum melanjutkan: "hidup tuan terlalu ketat, dulu dia terbiasa bekerja lembur dan tidur di kantor. Dia tidak suka pulang karena rumah ini sepi, tetapi karena sekarang berbeda karena sudah memiliki nyonya."

Bibir Joanne Gu didatarkan yang memiliki tanda menghina....

Dia mengeluarkan ponselnya dan entah kenapa layar ponselnya dalam keadaan nyala. Serta entah kenapa jarinya pun menyentuh nomor telepon dia!

Setelah terdengar nada sambung sebanyak tiga kali dalam waktu dua detik, dia pun berteriak dan memutuskan panggilan tersebut!

Dengan wajah memerah dia memegang ponsel dan jantungnya.

Durasi panggilan yang sependek itu seharusnya tidak akan muncul di ponsel dia bukan. Jika muncul di ponselnya, bukannya itu akan membuat dirinya terlihat memalukan? Itu akan terlihat seperti dia sangat merindukan dia karena tidak pulang semalaman.

Tetapi dia pun tetap menunggu selama satu menit, dua menit, tiga menit...........

Tetapi dia tidak meneleponnya kembali, tanpa disadari dia pun merasa sedih.

Gedung CSC Groups.

Ruangan CEO pada lantai 50 pun terdapat ruangan istirahat pribadi di dalamnya.

Charlie Shen terbangun karena getaran ponsel yang ada di samping bantalnya. Lebih tepatnya dia tidak tertidur, melainkan dia tenggelam dalam peristiwa semalam.

Dia membalikkan badannya dan kemeja di badannya pun terselip. Dia mengangkat tangannya memijat kepalanya, matanya sedikit memerah dan dia pun membangunkan dirinya untuk duduk.

Satu kakinya ditekuk, yang lainnya diluruskan. Dia bersandar malas di ujung ranjang, perasaan mengenai kejadian semalam belum juga mereda.

Dia membuka semua kancing di kemejanya, memperlihatkan dada sesak dengan napas berat. Dia mengerutkan kening dan menyalakan rokok.

Dia menjulurkan tangan untuk memeriksa ponselnya, akan tetapi Jones Zhang mengetuk pintu dari luar.

Dia melihat ke arah jam dan alisnya pun berkedut. Dia memejamkan matanya untuk menutupi kebengisan pada matanya dan menarik nafas dalam-dalam.

Jari tangan yang dingin itu mengambil rokok dari mulutnya dan dengan pelan mengetuknya di atas asbak yang ada di samping ranjang.

10 menit kemudian.

Pintu di depan Jones Zhang dibukakan, terasa aura dingin serta ekspresi dingin dari pria di depannya.

Pria yang keluar itu memakai jas hitam murni buatan tangan dengan kemeja hitam di dalamnya dan dasinya berwarna biru tua. Seluruh tubuhya terasa begitu dingin hingga membuat orang kesulitan bernafas.

Ekspresinya tampak tenang: "di mana lokasinya?"

Hilton Hotel.

Seluruh ruangan VIP terdapat kamar mandi khusus di dalamnya, akan tetapi Camilla Lu tidak memilih untuk menggunakan yang ada di dalam.

Pada toilet umum di sisi lantai, Camilla Lu sedang melihat cermin besar yang cerah di wastafel untuk merapikan penampilannya. Setelah melihat ke arah jam, dia pun berjalan keluar.

Melewati restoran ramai, dia pun berhenti di depan ruangan VIP selama tiga menit.

Mendorong pintu dan masuk.

Pada meja bundar yang besar itu, bukan hanya ada seorang orang tua berambut putih yang duduk di sana, di seberang sampingnya, ada sesosok tubuh besar yang dingin yang sedang berdiri dengan tangan di saku celananya, wajahnya terlihat sangat tenang.

Hati Camilla Lu tersentak begitu menatap ke arah wajah tampan tersebut.

Begitu Charlie Shen mendengar suara itu, kelopak mata dia bergerak akan tetapi tidak dibukakan dan bibirnya melengkungkan senyuman.

Senyuman dingin itu membuat bulu kuduk Camilla Lu berdiri.

Dia berusaha keras untuk tetap tenang dan mengulas sebuah senyuman berkata, "Charlie, kakek, aku kebetulan berada di dekat ini. Kakek dengar-dengar kamu sudah lama tak kembali, aku pun......"

"Mengapa tidak memanggil Jordan Qu untuk kemari? Satu keluarga duduk di satu meja."

Camilla Lu tidak dapat mengeluarkan suaranya meskipun mulutnya dalam keadaan terbuka.

Pada posisi tengah, Huxley Qu menarik cerutu kuno dari bibirnya dengan ekspresi tidak senang, "Charlie duduklah jika sudah datang."

Sejak Charlie Shen masuk ke dalam ruangan, dia sama sekali tidak pernah menatap ke arah orang yang duduk di posisi tengah, begitu juga dengan sekarang.

Dia dengan pelan membalikkan badannya dan menghadap ke arah Camilla Lu.

Ketika jarak di antara mereka hanya tersisa dua meter, Camilla Lu merasa seluruh badannya terasa sangat dingin hingga ke dalam tulang.

Akan tetapi Charlie Shen masih mempertahankan lengkungan senyuman yang anggun akan tetapi kebengisan dan rasa dingin bersembunyi di balik matanya. Dia menatap Camilla Lu dengan tenang berkata, "orang yang kamu bawa untuk menolongmu itu tidak terlalu berpengaruh untukku."

Camilla Lu menundukkan kepalanya, dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang pucat: "bantuan apanya? Charlie, kakek merindukan kamu."

Dia menatap ke arah bawah dan menyalakan sebatang rokok dan menghirupnya.

"Untuk apa kamu ketakutan seperti itu? Hari ini aku datang bertemu denganmu hanya untuk mengucapkan terima kasih."

Camilla Lu mengerutkan keningnya.

Charlie Shen menghampiri dia dan berhenti di jarak satu meter jauhnya. Tatapan tidak suka tidak berhenti diberikan ke arahnya. Dia tersenyum dengan sangat lebar.

"Terima kasih atas restu yang kamu berikan. Hubungan aku dan istriku menjadi lebih dekat. Benar jika tidak ada kamu, aku benar-benar tidak tahu kapan aku akan mendapatkannya."

Camilla Lu menunjukkan ekspresi sedih dan sakit.

Hari ini dia boleh meneriaki dia, memarahi dia, bahkan memukul dia, akan tetapi mengapa dia begitu kejam, mengapa dia mengucapkan kata-kata yang dapat merobek hatinya?

Charlie Shen menghisap rokoknya dengan santai dan menunjukkan ekspresi menikmati.

Tunggu ketika dia kembali mengangkat tatapannya, seketika tatapan yang tenang itu berubah menjadi sangat dingin.

Charlie Shen menggunakan tatapan seperti itu menatap ke arah Camilla Lu, "sebegitu sukanya kamu untuk menyentuh dia?"

"Bagaimana jika begini saja, semakin kamu membenci dia, aku akan semakin menyayangi dia. Kamu memberikan dia obat, aku pun memberikan saham CSC Groups sebesar 5% kepada istriku. Pada saat ini surat kuasa sedang disusun. Jika lain kali kamu ingin menyentuh dia lagi, aku akan kembali memberikan dia saham CSC Groups sebesar 10%, hingga pada akhirnya tidak ada sepeser pun yang akan tersisa untuk Roy. Bagaimana menurutmu? Jika belum cukup, aku akan merebut perusahaan internasional milikmu. Bukannya kamu ingin membuka sebuah kounter? Bagaimana jika kamu memohon langsung pada istriku?"

Setelah selesai berbicara, dia dengan anggun menghembuskan asap rokok dan menaikkan alisnya sambil menatapnya dengan tenang.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu