Baby, You are so cute - Bab 145

Dokter magang itu tidak berani pergi mendekati Charlie yang dipenuhi dengan aura membunuh.

Jones pun membawa dokter magang itu kesana: "CEO Shen, tanganmu terluka, perlu dibalut."

Charlie melihat sekilas punggung tangannya, kemudian duduk sambil mengerutkan kening.

Dokter magang dengan gugup mengeluarkan peralatannya, "Tuan, jarumnya ada di bawah kulit, tidak tahu apakah ada masuk ke pembuluh darah, akan terasa sedikit sakit......."

"Jones, suruh orang mengecek ke hotel tempat nyonya tinggal."

Jones terdiam, kemudian segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon, semenjak menyadari nyonya hilang sampai sekarang masih belum lewat 30 menit, dia panik sampai-sampai melupakan hal ini.

Setelah menelepon, Jones berkata: "CEO Shen, pihak rumah sakit juga sudah tahu nyonya hilang, tapi kalau mau memeriksa CCTV perlu menyerahkan surat, dan perlu disetujui satu per satu tingkatan."

"Tidak usah lagi, beritahu aku total pintu keluar rumah sakit ada berapa, dan mana yang paling dekat dengan gedung ini."

Ini bukan Kota A, kekuasaan Charlie tidak mencakup wilayah ini, namun dia punya seorang teman pemerintah, menelepon ke temannya itu kemudian menyuruhnya menghubungi pemimpin rumah sakit agar mereka memperbolehkan dia melihat CCTV, tapi prosesnya lama, menghabiskan waktu.

Dokter magang tidak berani berlama-lama, dia dengan cepat memasukkan penjepit ke kulit punggung tangan Charlie yang putih, dia merasakan sakit hanya dengan melihat.

Tapi ketika dia Charlie, lelaki yang tampan ini tetap berbicara dengan bawahannya, seperti sama sekali tidak merasa sakit, keningnya bahkan tidak berkerut sedikitpun.

Mendengar mereka membicarakan soal nyonya, apakah istri lelaki ini hilang? Pantas saja panik sampai seperti ini.

Charlie melihat para perawat sudah datang, dia mengerutkan kening dan mengambil kain kasa dari tangan dokter magang tadi dan menekannya ke punggung tangannya yang berdarah, kemudian langsung berdiri dan berjalan menghampiri para perawat.

Sudah menerima uangnya, para perawat merasa sangat bersalah karena Joanne menghilang, mereka pun berusaha keras mengingat situasinya.

Ada seorang perawat yang sudah tua berkata, kira-kira jam 2 siang, Nyonya Shen berkata mau keliling-keliling di taman bunga yang ada di bawah karena terlalu bosan, awalnya perawat ini bermaksud menemaninya, namun akhirnya shift-nya sudah berakhir.

Charlie masuk ke kamar pasien dan melihat semua sudut kamar dengan teliti.

Obat di lemari samping kasur berkurang sedikit, Charlie kemudian ke kamar mandi, karet ikat rambut ungu milik Joanne yang awalnya terletak di lemari wastafel juga sudah tidak ada.

Kedua tangan Charlie bertopang pada wastafel, sosoknya yang tinggi sedikit membungkuk, jari tangannya yang panjang mengait handuk yang masih meneteskan air di sudut wastafel, handuk itu pun diangkat ke depan wajah yang dingin itu, Charlie menutup mata, menghirup aroma Joanne, aromanya segar dan manis, aroma tubuh Joanne.

Saat mencuci muka, apa yang dia pikirkan? Apakah dia ada melihat ekspresinya yang mau meninggalkan dirinya?

Mungkin di handuk ini ada air matanya.

Dia yang sangat penurut, manis, selalu gembira, dia yang membuat Charlie sangat ingin membuatnya menjadi kecil dan menyembunyikan dia di saku pakaiannya, membawanya kemanapun agar bisa menyentuhnya kapanpun dia mau, benar-benar sudah pergi, sudah meninggalkannya.

"Jones!"

Jones yang menunggu di luar langsung berlari masuk ke kamar pasien.

Charlie geram dan langsung melempar handuk itu ke wastafel! Matanya yang memerah berubah tajam, gerakan berbalik badannya menyebabkan pintu kamar mandi berguncang.

"CEO Shen, orang yang dikirim ke hotel berkata bahwa tas nyonya sudah tidak ada, tapi koper masih ada. Mungkin, nyonya masih di Kota Z?"

"KTP, dompet dan kartu debitnya masih ada tidak?"

".... Tidak."

Charlie tertawa sinis dan berjalan keluar kamar, kemudian turun ke bawah dan pergi ke taman bunga yang disebut perawat tadi, tepat di seberang taman adalah pintu utama rumah sakit, tidak perlu diragukan lagi, Joanne pasti keluar dari pintu ini, setelah keluar dia memanggil taksi dan pulang ke hotel untuk mengambil barang-barangnya, kemudian kemana? Dia masih sakit, infeksi paru-paru bukanlah hal yang bisa dianggap enteng, dia begitu keras kepala, seberapa inginnya dia meninggalkan dia? Sampai-sampai tidak mempertimbangkan nyawanya lagi.

Charlie menarik tatapannya dari jalan asing yang jauh di depan, kemudian masuk ke mobil hitam.

Di mobil, Charlie menelepon teman pemerintahnya, menyuruhnya menghubungi kepolisian daerah ini dan meminta rekaman CCTV jalanan sekitar rumah sakit!

Selesai menelepon, jari-jari tangan yang dingin meremas setir mobil sampai terdengar suara, karena terlalu bertenaga, luka di punggung tangannya lagi-lagi mulai berdarah.

Dia tidak merasakan apapun, dia menatap ke depan, pikirannya kosong. Dia kemudian melihat ke bawah, melamun menatapi kedua tangannya yang mengepal kuat sedang kehilangan, seseorang yang dia pikir tidak akan mungkin hilang, sekarang sedang menghilang, ketakutan itu tersebar secara perlahan ke seluruh tubuhnya, membuatnya tenggelam dalam kedinginan.

Di gerbang boarding terdengar suara merdu wanita, sekali dalam bahasa mandarin, sekali dalam bahasa inggris.

Para penumpang di samping Joanne membawa bagasi kecil mereka dan berdiri.

Joanne juga ikut berdiri, matanya bengkak sampai tidak bisa melihat dengan jelas, gerakannya juga sedikit lambat.

Tadi ketika dia menangis paling keras, luka di belakang kepalanya terasa nyeri, mungkin karena itu, saat dia berdiri tegak dia merasa pandangannya bergoyang, kepalanya sangat pusing.

Tubuhnya panas, dia merasa sangat haus, di ruang tunggu ada toko kelas atas yang menjual air, namun Joanne tidak membelinya setelah menanyakan harga air tersebut.

Uang yang dia tabung selama 1 tahun kira-kira 40 juta, ini adalah uangnya sendiri, sebenarnya ini adalah uang untuk membayar biaya kuliahnya, tapi membeli tiket pesawat sudah menghabiskan 4 juta.

Pergi hidup di tempat yang asing tanpa rencana, kenyataan bukanlah novel, melainkan sangat kejam.

Seiring antrian selangkah demi selangkah semakin mendekati gerbang boarding, Joanne berbalik melihat tempat duduknya tadi, gerbang pemeriksaan juga semakin lama semakin jauh.

Bandara ini sangat cantik dan mewah, juga sangat ramai, namun hatinya sangat sedih.

Setelah melewati pengecekan tiket, tidak boleh berhenti, di belakangnya masih ada antrian, dia pun memasuki jalur ke pesawat, ruang tertutup itu terasa dingin, lengan bajunya yang basah oleh air mata lengket ke kulitnya.

Joanne berjalan mengikuti kerumunan orang, dia membuat setiap langkah dengan gelisah.

Tujuannya adalah sebuah kota yang sama sekali asing untuknya, untuknya asing tidak menakutkan, yang menakutkan adalah, mulai sekarang, di sisinya sudah tidak akan ada suara lembut lelaki yang melindunginya, seperti seorang kakak laki-laki, seperti seorang ayah, terkadang ketika sedang ngambek juga seperti seorang anak kecil yang perlu dia hibur.

Setiap pagi bangun di pelukannya, lengannya yang kuat dan hangat selalu merangkul pinggangnya dengan erat, asalkan Joanne bergerak sedikit, pelukannya refleks akan menguat.

Di atas meja makan, dia akan mengerutkan kening dan memerintahkannya dengan tegas untuk menghabiskan susu yang tidak dia sukai, karena susu baik untuk kulit, juga baik untuk anak perempuan.

Di universitas, makan siang dengan teman sekelas sudah bukan kesenangannya, dia akan mengangkat piring makan dan melakukan panggilan video dengannya yang ada di kantornya, memperlihatkan menu makannya siang ini.

Saat selesai kuliah, dia akan menjadi orang pertama yang berlari keluar dari kelas, dengan tidak sabar menunggu bus umum, begitu sampai ke rumah, dia menaruh tasnya dan bermain sebentar dengan kucing peliharaan, mendengar suara bel dia pun berlari pergi membuka pintu dan mengambil tas kerjanya, jasnya, dan juga pelukan eratnya....

Semua ini, penuh dengan kelembutan dan kemanisan, hari-hari ini datar namun benar-benar terjadi, apakah ini semua bukan cinta?

Tapi kalau benar adalah cinta, ketika ada kesusahan, mengapa Charlie tidak pernah memikirkannya?

Sekali Joanne bisa membohongi diri sendiri, kedua kali dia boleh sengaja mengalah, ketiga kali.... dia bukan sesungguhnya bodoh.

Membohongi dirinya sampai tidak bisa tertipu lagi, tidak bisa mencari alasan lagi untuk Charlie, maka hanya bisa berpisah.

Paman....

Joanne menutup matanya dengan penuh kesedihan, tangannya secara perlahan terletak di posisi dimana jantungnya berada, dalam hati dia memanggil panggilan yang penuh dengan kelembutan dan ketergantungan, memanggilnya berulang kali.

Air matanya lagi-lagi menetes.

Joanne sakit, sangat sakit, tapi Joanne akan meninggalkanmu.......

Masih cinta, tidak tahu masih akan cinta sampai kapan, mungkin seumur hidup, namun hanya bisa berpisah.....

"Silahkan memasuki penerbangan XX Airlines!"

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu