Baby, You are so cute - Bab 228

“Benarkah?”

“Aku dan dokter tradisional ini berteman, sini aku kasih kartu namanya. Jika kamu ada waktu dua hari ini, kamu bisa mencarinya di Rumah Sakit Baby and Child dan minta resep dengannya.”

Joanne Gu sangat senang dan berkata: “Terima kasih, Nyonya Li.”

Setelah berpisah dengan Nyonya Li, Joanne Gu menunduk dan melihat kartu nama yang ada di tangannya, tersirat senyum di wajahnya, akhirnya rambut si nakal bisa diselamatkan.

Bersiap untuk memasukan kartu namanya di dalam dompetnya, tiba-tiba terdengar suara keras dari tirai toko yang digunakan untuk menghalangi cahaya tersebut.

Tanpa sengaja, Joanne Gu mengangkat kepalanya dan melirik ke arah suara itu berasal.

Begitu dia melihatnya, dia tercengang, jantungnya seakan berhenti berdetak dan bahkan hendak melompat keluar.

Hari ini dia sengaja menurunkan poninya, dia mengangkat alisnya dan memperlihatkan matanya yang besar, rambut panjangnya disanggul dengan santai, tidak ada sehelai pun yang menutupi wajahnya, hingga memperlihatkan wajahnya yang begitu bulat di bawah sinar matahari.

Dari tatapannya yang tajam membuat setiap inci dari ekspresi wajahnya berubah, menjadi jauh lebih jelas.

Tiba-tiba Charlie Shen menatapnya dengan tajam tanpa bersuara, dia bisa melihat dirinya yang tampak menyembunyikan semua barang-barangnya di belakang.

Hari ini dia mengenakan baju terusan remaja yang sangat sederhana, seperti yang telah rilis beberapa tahun yang lalu, rok yang cukup besar ini benar-benar menutupi semua kantong belanjaan yang ada di tangannya.

Jari-jemari pria itu tampak sedang memegang sebuah korek api, awalnya dia ingin menyalakan rokoknya, tapi begitu melihat ekspresinya yang begitu panik ini, dia pun lupa untuk menyalakan rokoknya.

Kira-kira sekitar 5 menit yang lalu.

Sebuah mobil Bentley putih sedang berkendara di jalanan sekitar mal, sambil menunggu lampu merah, Charlie Shen menurunkan kaca jendelanya dan menyalakan rokok sambil mengerutkan keningnya.

Ketika dia sedang menghisap rokoknya, matanya melihat sosok putih ramping berada di balik jendela kaca tersebut.

Dan saat dia bertabrakan dengan seorang wanita, kemudian berjongkok. Charlie Shen melihat dia meletakkan kotak persegi panjang berwarna merah muda dengan hati-hati ke dalam kantong kertas hitam.

Sambil menjinjing tas tersebut, dia tersenyum manis dengan wanita yang ditabrak olehnya, bahkan juga mengobrol dengan santai.

Setelah lampu merah berganti ke hijau, pria itu dengan luwes memutar setirnya, mobil Bentley itu melaju sekitar 5 meter, gerakannya sangat cepat bagai hantu.

Ekspresi pria itu kembali tajam dan pandangannya kembali tertuju pada sosok putih cantik itu.

Apa yang dia lakukan di mal anak-anak ini?

Kedua tangan Charlie Shen masih memegang kemudi setir dengan erat, jari pria itu terlihat jenjang dan punggung tangannya juga terlihat menonjol keluar.

Postur pria itu terlihat menunduk, tidak terlihat jelas emosi apa yang sedang terlihat di matanya.

Setelah sekian detik berlalu, dia akhirnya memarkirkan mobilnya. Melangkah keluar dengan kunci di tangannya dan mengayunkan kakinya dengan penuh karisma ke pintu utama mal.

Semua sudah terlambat, baru saja memasuki tirai pintu, obrolan mereka telah usai dan tidak ada sedikit pun yang terdengar olehnya.

Namun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Pria itu menggosokkan korek apinya hingga mengeluarkan hawa panas, mata dengan lipatan itu menatap wajah pucat Joanne Gu dengan tajam bagai silet, dengan sangat dalam dan perlahan-lahan dia juga menatapnya.

Di tengah hiruk pikuk serta irama yang berdenting menyelimuti seluruh lantai 1 mal ini.

Hawa seketika menjadi sedikit dingin di dekat pintu kaca di bawah pantulan cahaya mentari siang ini.

Di akhir musim panas, cuaca tiba-tiba menjadi sangat dingin.

Gelombang gelap mulai bergulung mendekat.

Joanne Gu seakan merasa tertusuk dengan tatapan tajam tersebut, di bawah rasa penindasan yang kuat, perlahan-lahan dia semakin tak berdaya untuk melawannya.

Hatinya sangat kacau dan jantungnya berdetak dengan kencang.

Sial.

Seharusnya tidak berkeliaran di mal tanpa antisipasi.

Tapi, dia sama sekali tidak menduga bisa sangat kebetulan bertemu di sini, bagaimana mungkin dia bisa bertemu dengannya di mal anak-anak yang begitu besar di Kota B ini?

Tidak… tidak…

Mereka tinggal di hotel bisnis yang sama, dan apakah dia semaniak itu mengikutinya sepanjang jalan?

Joanne Gu menggigit bibirnya, sesekali dia menggerakkan badannya karena kepanikannya, lalu meliriknya sekilas dengan mata hitamnya yang besar.

Pria ini mengenakan kemeja kasual berwarna khaki gelap dipadu dengan celana panjang berwarna hitam, terkadang dia memang tidak mengenakan pakaian formal, agar tidak terlalu menarik perhatian orang-orang yang ada di mal dan menunjukkan bahwa dia adalah seorang putra dari keluarga terpandang.

Rambut pendeknya ditata dengan rapi serta anak-anak rambut yang ada di pelipis tampak berbaris dengan rapi, jelas terlihat dia tidak keluar dengan buru-buru.

Dari ekspresi tegasnya serta tatapannya yang begitu mengerikan ini, dia tidak terlihat seperti tengah mengikutinya.

Mungkin sebelumnya dia tidak pernah melihatnya mengunjungi toko-toko mainan anak-anak?

Joanne Gu masih belum bisa bernapas lega, karena tatapan pria ini perlahan mulai turun dari leher hingga ke pakaiannya.

--Dan jatuh ke kantong hitam yang telah tertutup sebagian oleh tas Joanne Gu.

Bagaimana ini?

Setelah terjun ke dunia kerja selama dua tahun ini, Joanne Gu telah menghadapi dan menangani banyak situasi yang tak terduga.

Tapi bukan dia.

Di hadapan pria ini, dia bagaikan seorang gadis empat tahun lalu yang tidak bisa menyembunyikan apa-apa dalam menghadapi tatapannya yang begitu tajam dan dingin ini.

Inilah perbedaan dari aura yang terpancar.

Dan aura yang dimiliki oleh pria ini, jika dia ingin membuat lawannya merasa takut, maka orang itu pasti akan ketakutan.

Terlebihnya lagi, barang yang ada di tangannya serta tempat yang saat ini dikunjungi olehnya sungguh membuatnya merasa sangat bersalah.

Mereka saling bertatapan dan terdiam selama kurang lebih dua menit.

Rokok yang tengah dijepit oleh dua jemari lentiknya kini telah hancur oleh Charlie Shen dan tidak bisa dihisap lagi.

Tatapan pria itu masih tertuju pada wajah seputih salju Joanne Gu, dia berjalan dua langkah ke tong sampah dan membuang putung rokoknya.

Tangan kanannya masih bersembunyi di saku celananya dan tangan kirinya berada di atas pinggangnya, jari-jari panjang yang menghiasi sisi celana ini tampak menepuk-nepuk ujung celana dengan santai, seolah-olah sangat menarik.

Lalu, berjalan ke arah Joanne Gu.

Kini, pikiran Joanne Gu sangat kacau, kepalanya seolah-olah akan meledak.

Dia terlihat panik dan bahkan memundurkan dua langkah kakinya, dia menarik napas dalam-dalam dan berhenti, tiba-tiba dia menyadari bahwa tingkahnya sedikit tidak masuk akal.

Hal ini membuat pria itu bisa melihat dengan jelas bahwa dia merasa bersalah, bukankah itu akan semakin kacau?

Tapi, jika mengingat perlakuannya padanya tadi malam di dalam kamar mandi seperti itu, bukankah wajar kalau saat ini dia terlihat marah dan segera menghindarinya?

Joanne Gu pun memanfaatkan situasi tersebut, dia memelototkan matanya dan menatapnya dengan jijik, seolah-olah tidak menginginkan dia mendekatinya.

Dia berjalan ke kiri untuk menjauh darinya, lalu melangkah dengan cepat.

Pada saat berpapasan dengannya, tanpa disadari dia meremas kantong hitamnya dengan erat, kemudian berjalan sambil balik ke belakang.

Tapi—

Dengan sekejap mata.

Pria itu mengulurkan lengannya yang kuat dengan secepat kilat.

Joanne Gu sama sekali tidak sempat menghindar, tubuhnya bahkan seperti ditarik dengan kuat, jari-jarinya terasa sakit, pria itu merebut kantong hitam yang ada di genggamannya!

Tasnya pun jatuh di lantai.

Pandangannya seketika gelap dan kartu nama yang ada di tangannya kini hilang!

Charlie Shen melangkah dengan cepat, karena kakinya yang begitu panjang, maka Joanne Gu tidak bisa mengalahkan jangkauannya.

“Kamu!”

Telapak tangan Joanne Gu telah tergores oleh sudut kartu nama tersebut dan itu terasa sangat menyakitkan, dia mengangkat kepalanya dengan panik dan juga marah.

Saat melihat dia menunduk dan mengambil kartu nama tersebut, emosinya seketika memuncak!

“Bos Shen! Empat tahun sudah berlalu, dan aku tidak tahu jika dirimu mempunyai kebiasaan untuk merampas barang orang lain di depan umum!”

Kata-kata Joanne Gu sangat menusuk, seakan-akan menyayat hati yang paling dalam!

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu