Baby, You are so cute - Bab 247
Elisia Chi sudah bengong, melihati pria yang mengatakan masalah pria dan wanita yang tidak relevan.
Garis pandangan Charlie Shen melintas perlahan di wajahnya dan bangkit, “Perawan kah, tidak rela memberiku selaput itu? Atau......"
Dia berbalik badan, menatapnya dalam-dalam dan berhenti berbicara, tetapi maksud senyuman yang di ujung matanya itu tidak berkurang malah semakin dalam.
Elisia Chi tidak memperhatikan "atau" yang dikatakannya, dia pikir cukup tebal wajah kulitnya, tetapi masih tidak bisa mengikuti ritmenya, pria itu mulai penyelewengan, benar-benar sudah di luar imajinasinya!
Charlie Shen menyalakan sebatang rokok, garis pandangan bermalas di rokoknya, rokok terbakar itu dijepit olehnya dan menunjuk ke leher kemejanya yang terbuka.
"Istriku yang meninggalkannya, aku memaksanya sampai tegang, membuatnya tidak nyaman, dia mencakarku."
Elisia Chi mendengar sampai wajahnya seperti terbakar, tetapi tidak lupa: "Paman kamu punya istri?"
"Mantan istri." Dia mengangkat alis dan menatap ke arahnya: "Kamu tidak tau?"
"Tidak tau." Elisia Chi menggelengkan kepalanya.
Charlie Shen mengisap sekali rokok, asap menutupi bibir tipisnya, "Aku memberitahumu lagi, aku masih punya dua anak."
Elisia Chi membuka matanya lebar-lebar, kali ini dia benar-benar terpana.
"Mantan istriku memberiku seorang bayi, tapi, aku masih bisa tidur denganmu, bukankah kamu menyukaiku? Kebetulan aku melihatmu juga lumayan suka."
Dia tersenyum dengan sikap begitu sinis, dan membuang puntung rokoknya.
Elisia Chi memandangnya, wajah samping tampannya yang dalam, tidak percaya dia adalah cowok jahat, perkataannya selalu tidak meyakinkan benar atau salah, tetapi, bagaimana kalau perkataannya itu benar?
Apakah benar-benar ingin menodainya di dalam kondisi ada anak mantan istrinya?
......
Lebih dari dua jam penerbangan.
Kota A, bandara, jalan masuk bawah tanah.
Charlie Shen melihat Elisia Chi yang disuruh pergi beli kopi, yang ditakuti olehnya, terdiam di sepanjang jalan.
Kelelahan membuat lipatan kelopak matanya semakin dalam, di mobil mengangkat telepon.
Wilson Wen marah-marah di sana: "Charlie Shen apa maksudmu? Kembali ke Kota A tanpa mengucapkan sepatah kata pun, istri dan anak-anakmu sudah tidak maukah? Aku bisa marah mati marah olehmu!"
Hpnya mengambil jauh, dia menurunkan jendela, mau menyalakan rokok lagi.
"Bangsat jangan merokok! Merokok sampai mati saja kamu, kamu lihat sekarang Joanne apa masih mengurusimu rokok tidak, kamu pergilah, bangsat jangan kembali lagi, berapa banyak pria yang menunggu untuk menjadi ayah yang murah......"
Di kursi belakang mobil, pria yang di dalam cahaya gelap menenggelamkan wajahnya: "Siapapun mengantikanku akan membunuhnya."
Wilson Wen berhenti sebentar, teredam: "Kalau begitu kamu masih kembali ke Kota A!"
"Tidak pindah rumah, tidak memindahkan intim perusahaan, Kota A sini tidak perlu memberi menjelasankah?"
Pria itu mememang rokok seperti tersenyum, lalu diam lagi, Setelah sekian lama baruu berkata dengan nada rendah: "Pengen pergi lihat Ibu."
"Charlie....."
"Dia mendesakku untuk memiliki cucu sebelum dia meninggal, sekarang sudah memilikinya, memberitahunya orang tua itu."
Gelombang di situ, Wilson Wen melihat ke arah jauh dengan rasa ketidakjelasan, dan akhirnya berkata dengan nada rendah: "Anak juga sudah ada, kamu mencintainya lagi, bisa tidak melepaskannya, cobalah untuk melepaskannya."
Charlie Shen melihati Elisia Chi datang dengan menatang kopi dari kejauhan, pengendali pusat mengunci pintu mobilnya, mengerutkan kening dan menjilat bibir tipisnya: "Dia sekarang sangat bertentangan padaku."
"Apa ini adalah hasil dari percobaan menghubungan tadi malam?"
"Ehmn." Charlie Shen menjawab dengan santai.
Wilson Wen berteriak: "Kenapa aku mendengar suaramu begitu tenang tida terburu-buru? Dengan apa kamu bersikap sudah mengontrol kondisi keseluruhan? Aku sudah gak sabaran lagi!"
Charlie Shen menutup telepon, mengambil lengan telepon itu, meletakkannya di tulang alis, menutupkan matanya.
Menciumnya tadi malam, tindakan dua orang sangat mesra.
Kakinya berada di pinggangnya, Charlie Shen merasakan reaksi dari tubuhnya, rok sempit yang di tariknya terlihat ujung kakinya menahan di pinggangnya, reaksi situnya sudah membasahi kemejanya yang di pinggang, begitu kuat, dia malah mendorongnya dengan tegas.
Terlihat, tekadnya.
Oleh karena itu, tidak perlu terburu-buru.
......
Sore jam empat lebih, langitnya musim gugur di Kota A mulai hujan.
Elisia Chi memperhatikan pria di sampingnya, mata tertutup, wajah sampingnya di dalam cahaya gelap terlihat semakin dingin dan suram.
Pengemudi mengemudi ke depan, mengendalikan kecepatan, menuju ke suatu tujuan.
Tempat pemakaman dibeli secara terpisah dengan hongsui yang sangat bagus.
Elisia Chi turun dari mobil, memutar ke mobil sebelah sini, dengan cepat membuka payungnya, pria yang turun itu memakai jas hitamnya, mendorong jauh payung itu.
Di tengah hujan, bayangan belakang dia berjalan menuju ke gunung, dinginnya seolah tertutupi selapis es saja.
Elisia Chi sedikit tidak berani mendekat, amarah di badannya menurunkan seluruh tekanan udara.
Berada di sisinya setahun lebih, pria ini dalam dan tenang, tidak dapat diprediksi dan tidak seperti momen sekarang ini, membuat orang merasa tidak enak.
Masih supir yang mendorong, Elisia Chi baru mengikutinya dengan berjarak.
Kondisi seluruhnya Charlie Shen agak linglung, kedepan mengunjungi Ibu, hanya sendirian, Elisia Chi mengikutinya di belakang, dia tidak menyadarinya.
Memegang seikat krisan putih di tangannya, krisan putih itu basah kuyup oleh hujan, kaki panjang pria itu berbengkok, berlutut di depan kuburan.
"Ibu, dia melahirkan seorang anak, aku tidak mungkin tidak peduli."
"Ini fotonya, anda lihat, kembar. Apa itu penampilan kecil yang anda sukai?"
"Dia di waktu umur masih kecil telah melahirkan putra dan putri untukku, sangatlah menyakitkan dan sulit, dia diam-diam melahirkan anakku, Ibu......"
"Maaf, putri musuh pembunuh ibu, aku masih memikirkannya."
"...... Ibu, aku mencintainya."
Dia tanpa henti selesai berkata, menundukkan kepalanya yang seolah bersalah, sepasang tangannya, berat dan perlahan, menutupi wajahnya dan menutupi kelima indranya.
Elisia Chi dipisahkan oleh jarak yang jauh, suara hujan sangat keras, langitnya mendung, dia sedikit takut pada tempat seperti itu.
Menunggu sangat lama, sangat lama, hari mulai gelap, hujan semakin deras, dan terjadilah guntur dan kilat.
"CEO Shen?" Elisia Chi mengeluarkan suara dengan hati-hati.
Tubuh tegak yang berlutut itu bergerak, operasinya belum lama, penyakitnya belum sembuh total, setelah basah kuyup karena hujan jadi sedikit demam, Charlie Shen mengalami kesulitan ketika dia bangun.
Elisia Chi berlari kecil untuk pergi memapahnya, kebetulan kilatan petir lewat, Elisia Chi menjerit ketakutan, menundukkan kepalanya malah melihat dengan jelas foto hitam putih wanita muda di kuburan situ.
Badannya berhenti.
Charlie Shen menoleh kemari, dan mengikuti garis pandangnya melihat ke foto Ibunya.
Garis pandangan gelap pria itu mengalih kembali ke wajah Elisia Chi, "Kenapa?"
"Aku...... sepertinya pernah melihat foto ini."
"Dimana kamu melihatnya?"
Elisia Chi menyimpan kembali garis pandangannya, menabrak dengan cahaya mata pria itu yang menekankan orang, sekejap tegang, malah tidak sepertinya berbohong: "Aku tidak ingat, sudah sangat lama, waktu masih kecil? Yang pasti sedikit terkesan."
Charlie Shen menatapnya sangat lama, membungkuk badan dan mengatur krisan putih dengan baik.
Dia berbalik, menarik kerah kemejanya yang nempel dengan lehernya karena kehujanan: "Kalau sudah terpikir beritahu aku."
Elisia Chi menyetujuinya, sebenarnya tidak terlalu mengingatnya.
......
Setelah mobil turun gunung.
Di depan apartemen staf sebelahnya ZOE Building, Elisia Chi turun mobil.
Supir terus menyetir.
Membuka sedikit pemanas di dalam mobil, pakaian basah Charlie Shen sudah setengah kering, dia panas dan dingin, tapi masih bisa bertahan.
Black Business Mercedes-Benz berhenti di depan gedung bisnis pusat kota, terpisah dengan tiga belokan jalan.
CSC Groups Building yang menjulang tinggi ke awan, di bawah langit malam, cahaya lampu terang benderang di dinding kaca berwarna hitam.
Charlie Shen masuk ke lift yang didedikasikan untuk CEO, berhenti di lantai 50.
Penyakit Zhang Qing menjadi lebih baik, tinggal di perusahaan.
Ketika Charlie Shen mengetuk pintu, kebetulan sedang makan malam dengan istrinya yang lebih kecil delapan tahun darinya, saling menyuapi.....
"Ini datangnya di saat yang tidak tepat."
Charlie Shen melihat sekilas pria yang berusia 44 tahun.
Wajah Jones Zhang memerah, menertawa istrinya yang malu bersembunyi ke kamar: "Merry kamu jangan takut, CEO Shen dia bisa cemburu begitu karena sekrang tidak ada istri yang menyuapinya makan, Tuan Muda dan Nona Muda mungkin tidak sabar untuk melihatnya juga...... ah! "
Kursi ditendang oleh sebuah kaki yang panjang seperti terlibat dalam pertempuran panas saja.
Novel Terkait
My Lifetime
DevinaIstri Yang Sombong
JessicaThe Winner Of Your Heart
ShintaVillain's Giving Up
Axe AshciellyPria Misteriusku
LylyMy Cute Wife
DessyLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaSi Menantu Buta
DeddyBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275