Baby, You are so cute - Bab 255
Ada beberapa rintangan yang tidak bisa dilewati, jadi lebih baik jangan menyakitinya lagi, dia masih sangat muda dan lebih kecil dua belas tahun darinya, setelah meninggalkan dirinya dia akan memiliki kehidupan yang cerah.
Pria itu juga pernah memikirkan akan seperti apa gadis itu saat memulai hubungan baru, apakah dia akan mencari pria yang seperti dirinya?
Apakah pria itu akan membuatnya marah?
Dia terus menunggu selama empat tahun, dia takut tapi dia harus tetap menunggu dengan tenang, hari ketika gadis itu mendaftarkan pernikahan dengan pasangan barunya adalah hari dimana dia harus menandatangani surat cerai.
Sudah empat tahun dia menyimpan surat cerai itu, tapi dia tidak bisa menuliskan nama Charlie Shen dengan lengkap, di surat itu hanya tertulis ‘Charlie’.
Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang terdalam, dengan egois dia berharap masih ada dirinya di dalam hatinya, dia tidak ingin gadis itu mencari pria lain dan menikah lagi dengan pria lain.
Dia berharap selagi masih hidup dia bisa bertemu lagi dengannya, melihatnya dari jauh.
Tapi dia menahan dirinya, setiap malam saat tidak bisa tidur dia berdoa agar mereka tidak bertemu lagi, kalau bertemu memangnya bisa apa? Selain membuat mereka berdua semakin menderita, masih bisa apa?
Tapi tak disangka, setelah empat tahun, mereka kembali bertemu.
Hidupnya sangat baik dan ada seorang pria di sisinya.
Entah kebetulan atau tidak, pria yang berada di sisinya adalah CEO GE.
Dalam kepulan asap putih, Charlie Shen memejamkan matanya yang menggelap.
Saat dia mengalihkan pandangannya, tubuh tinggi dalam balutan pakaian berwarna gelap itu berhenti, jari tangan panjangnya mengambil rokok dari bibirnya, lalu dia mengangkat kelopak matanya.
Sepasang mata yang sipit itu saat ini sedikit menyipit, entah emosi apa yang tersimpan di dalamnya.
Tatapannya berbahaya, dia terlihat tersenyum kepada pria yang sedang berjalan dengan elegan ke arahnya.
Baru dibahas orangnya sudah datang.
Pria itu juga tersenyum, lekuk wajahnya jelas dan dalam, ketika tersenyum, dia terlihat lembut dan elegan.
Dua pria dengan tinggi dan aura yang hampir sama ini berdiri berhadapan di bawah cahaya lampu putih di koridor kamar mandi yang terpencil, jarak mereka terpisah sejauh tiga meter.
Mereka adalah tokoh penting dalam dunia bisnis, setelah menyingkirkan ekspresi wajah yang penuh amarah, dengan raut wajah tenang seperti air mereka melihat satu sama lain.
Dengan tatapan jernih dan tenang Leon Shen melihat ke arah kamar mandi melewati bahu lebar pria di hadapannya.
Setelah mengalihkan pandangannya, pria itu berjalan maju tiga langkah sambil tersenyum, setelah kaki panjangnya berhenti, bibir tipisnya melengkung dengan anggun dan dia menjulurkan tangan kanannya: "CEO Shen, sudah lama mendengar tentang anda."
Charlie Shen menjulurkan tangan untuk menjabat tangannya, lalu dia mengangguk dengan ekspresi wajah datar: "CEO Shen."
Kedua pria itu saling menyapa di koridor toilet, lalu mereka diam sekitar satu menit.
Charlie Shen menawarkan merokok kepadanya.
Leon Shen melambaikan tangannya dengan sopan: "Terima kasih, aku tidak merokok."
Pria itu menyalakan rokoknya sambil mengerutkan kening, gayanya sangat mempesona.
Ketika Leon Shen melihatnya, dia sedikit kepingin memakan perment mint.
Dia adalah bocah nakal yang mulai merokok sejak usia 16 tahun, saat berusia 20 tahun dia berhenti merokok atas permintaan ayahnya. Untung ada permen mint dan jatuh cinta pada permen itu.
Yang merokok menghisap rokoknya, yang diam tetap diam, mereka seolah sudah melupakan wanita di kamar mandi yang sama-sama mereka inginkan.
Mereka mulai membahas proyek bernilai 100 triliun rupiah dalam konferensi internasional kali ini.
Setelah berbincang sebentar, Charlie Shen mengedipkan mata kanannya dengan perlahan, lalu dengan tangannya yang sedang memegang rokok dia mengeluarkan ponselnya sambil berkata, "Maaf, aku akan membuat panggilan telepon."
"Silahkan."
Charlie Shen mengesampingkan tubuhnya untuk menghubungi seseorang, setelah mengatakan keberadaannya, dia langsung menutup telepon.
Bibir tipis pria itu tersenyum sambil menunggu dengan sabar.
Sekitar tiga menit kemudian, di luar koridor terdengar suara langkah kaki yang keras.
"Ada apa, kenapa tuan memanggilku kesini?"
Saat ini di bawah cahaya lampu sesosok gadis yang kurus dan pendek berlari mendekat, gadis itu berponi dan rambut hitamnya panjang sampai ke bokong, rambutnya beterbangan di udara, dan saat dia berlari kancing celana kodoknya mengeluarkan suara.
Gadis itu berhenti di belakang Leon Shen, lalu dia berjalan dengan mantap ke arah Charlie Shen: "CEO Shen, ada perintah apa?"
“Kenapa kamu baru datang?”tanya Charlie Shen dengan suara rendah.
Gadis itu membeku, sisi tubuhnya menghadap ke arah Leon Shen dan wajahnya menghadap ke arah Charlie Shen, dengan raut wajah yang tidak senang dia berkata dengan pelan, "CEO Shen, tadi aku berada di tempat yang jauh dari sini."
Charlie Shen memgambil rokok di bibirnya lalu tangannya yang memegang rokok tiba-tiba terulur, dia menyentuh kepala gadis itu, sambil memperkenalkan: "Tuan yang ada di depanmu ini adalah CEO GE Group, kenapa kamu tidak menyapanya. "
Gadis itu bergumam , "Aku tidak tahu siapa dia."
Setelah itu dia berjalan dan menjulurkan tangan kecilnya, lalu dia berkata dengan sopan: "Bos Shen, aku ZOE, asisten CEO Shen, apa kabar."
Leon Shen melirik gadis di depannya sambil mejulurkan tangannya: "Apa kabar."
Setelah bertegur sapa, gadis itu kembali ke sisi Charlie Shen.
Pria itu seakan tidak melihat apa-apa, bisa dikatakan dia bersikap acuh tak acuh, dia tidak bisa melihat dengan jelas, setelah itu dia menyerahkan kantongan kertas di tangannya: "Elisia Chi, antar pakaian ini ke toilet wanita dan berikan kepada gadis yang berada di bilik wc ketiga. "
Elisia Chi melihat Charlie Shen dengan cemberut, lalu dia mengatakan oh dengan enggan.
Saat dia hendak pergi, tangan besar Charlie Shen meraih pergelangan tangan kecil gadis itu, sambil mengerutkan keningnya dia berkata: "Ada apa dengan sudut mulutmu? Kenapa koyak?"
Elisia Chi menjulurkan tangannya dan ingin menutupinya tapi tangannya berhenti, punggungnya menegang, tapi dia tersenyum dengan acuh tak acuh, "Ada apa? Tidak sengaja tergigit saat makan buffet, kenapa memangnya?"
Charlie Shen melepaskan tangannya dan tidak mengatakan apa-apa, dia menghisap rokoknya sambil menatap pria yang mengenakan celana panjang putih dihadapannya, lalu melanjutkan membahas masalah bisnis.
Dengan kecerdasan Leon Shen, tanpa perlu berpikir dia juga tahu apa yang terjadi di toilet, tapi raut wajah pria itu tetap sama.
Dua suara yang tenang dan kuat saling bernegosiasi, mereka berbicara dengan sangat gembira, tapi sebenarnya mereka saling berhadapan, mereka sama-sama tidak mengizinkan satu sama lain masuk ke toilet.
Tiba-tiba, Charlie Shen berjalan dua langkah ke depan, garakannya sangat natural.
Saat ini Leon Shen sedikit menyampingkan tubuhnya, gerakannya juga sangat natural, kerah kemeja berlengan pendek berwarna terang pria itu menghalangi tulang selangkanya yang ingin dilihat oleh Charlie Shen.
Charlie Shen memadamkan puntung rokoknya dengan perlahan sambil tersenyum, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
...
Di toilet wanita.
Setelah memikirkan kejadian barusan Joanne Gu yang menangis dengan sedih perlahan mulai tenang.
Alasan dia tidak bisa berhenti menangis, yang pertama dia menangis, karena di tindas olehnya, alasan kedua saat dia ditindas olehnya tubuhnya malah memberikan reaksi yang memalukan.
Perasaannya sangat kontradiktif, dia tidak merasa malu, dia menolaknya dengan benci, tapi kenapa tubuhnya tidak bisa menahan hormon pria yang membingungkan itu, tubuhnya yang mendekat, ototnya yang keras, dan suhu tubuhnya semua membuatnya sulit untuk tenang.
Dia menunduk dan melihat pakaiannya yang koyak, bagaimana caranya dia keluar dari sini?
Tidak berhasil melakukan niat jahatnya bajingan itu melampiaskannya ke tubuhnya, lalu bajingan itu meninggalkannya dan pergi, karena marah jasnya dia lempar ke wastafel hingga basah kuyub, dan tidak bisa dipakai lagi.
Dia berdiri untuk berbenah diri, saat dia hendak membuka pintu bilik wc.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang masuk dengan terburu-buru.
Tok tok tok!
Panel pintu diketuk dengan lumayan keras!
Joanne Gu terdiam karena mendengar suara keras itu, siapa?
Tok tok tok!
Pintu kembali di ketuk tiga kali.
Melihat masih di dalam bilik masih tidak ada pergerakan, gadis itu kehilangan kesabaran dan berteriak dengan suara keras: "Hei! Kamu mau buka pintu atau tidak? Kalau tidak aku akan membuang pakaianmu ke lantai lalu aku akan pergi!"
Suara perempuan?
Joanne Gu merapikan pakaiannya dengan seksama, pakaiannya saat ini benar-benar tidak bisa menutupi dirinya, dia hanya bisa menggunakan tas untuk menutupi tubuh bagian depannya, dia menjulurkan tangan untuk membuka knob pintu, saat dia mengeluarkan tangannya membuat celah di pintu.
Di bawah cahaya lampu kamar mandi, sesosok gadis yang sombong, membelalakkan mata bulatnya yang tersembunyi di balik poninya, dengan tatapan dingin dia melihat ke arah Joanne Gu.
Elisia Chi melihat Joanne Gu dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia melihat di tubuhnya, ada jejak yang ditinggalkan pria yang tidak bisa ditutupi, di kulit putihnya ada banyak bercak merah.
Novel Terkait
Precious Moment
Louise LeeMy Greget Husband
Dio ZhengTakdir Raja Perang
Brama aditioWaiting For Love
SnowCutie Mom
AlexiaCinta Yang Dalam
Kim YongyiCinta Tak Biasa
SusantiBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275