Baby, You are so cute - Bab 144

Di gerbang pemeriksaan, semua orang melihat gadis kecil cantik yang kepalanya dibalut kain kasa sedang menangis, sambil menangis sambil tetap mengantri, suara tangisannya sangat keras, tapi tidak memekakan telinga, suara tangisannya manis dan lemah, sangat merdu.

Joanne terlalu berkonsentrasi menangis, seakan di sekitarnya tidak ada orang lain.

Begitu masuk ke gerbang pemeriksaan, dia menangis sambil melepaskan jaketnya, petugas keamanan sampai tidak berani memeriksanya dengan alat pemindai.

Setelah sampai di boarding gate, dia duduk sambil menangis, lengan bajunya sudah basah karena dipakai untuk mengelap air mata.

Dia menangis sampai tidak memedulikan segalanya, tapi dia tetap tidak melupakan sesuatu yang sangat penting.

Joanne melihat ke kanan dan ke kiri, di sampingnya duduk seorang lelaki muda, Joanne mengamatinya untuk beberapa saat, lebih tepatnya mengamati dua ponsel yang ada di tangannya.

Setelah berlatih sangat lama dalam hati, Joanne mengeluarkan ponsel miliknya, kemudian menunjuk ke arah ponsel yang lebih tua yang ada di tangan lelaki itu, "Tuan, boleh ganti ponsel Nokia-mu dengan Iphone 6 plus ku?"

Lelaki tersebut kaget karena Joanne tiba-tiba berbicara, dia melihat ke arah Joanne dengan tatapan kaget.

Joanne memegang erat ponselnya, ponsel ini dibelikan Charlie untuknya, sebagai hadiah karena dia pulang cepat dri kuliahan.

Tidak rela juga harus dipaksakan untuk melepaskan.

Dia menunggu balasan lelaki itu, saat bersamaan dia juga berpikir, lebih baik konek ke wifi bandara dan kirim rekaman itu ke email yang sering dia pakai.

Lelaki itu terlihat jelas kebingungan dengan permintaan Joanne yang aneh, menghadapi permintaan gadis kecil pucat yang matanya penuh dengan air mata, lelaki itu bergerak, kemudian tatapannya mengarah ke orang yang duduk di seberanganya, lelaki yang suasana hatinya dibuat sedikit rusak oleh suara tangisan itu berkata: "Leon, ini adalah ponselmu, kamu......"

"Terserah."

Perhatian Joanne tertarik oleh suara yang merdu ini, dia pun mendongak, melihat ke arah seberang, rambut lelaki itu lumayan panjang, lelaki itu sedang menunduk, jadi Joanne tidak bisa melihat mukanya dengan jelas.

Tapi bentuk mukanya sangat tajam, dilihat dari samping sangat tegas.

Joanne melihat sepatu di bawah celananya, sepatu kulit santai berwarna putih, dia adalah lelaki yang tadi membantunya memungut tiket pesawat.

Lelaki muda di sampingnya setuju berganti ponsel dengan Joanne.

Joanne pun mematikan ponselnya, dia tidak bisa mengeluarkan kartu SIM-nya, dia juga tidak menginginkannya lagi.

Kalau mengganti ponsel, maka sudah tidak ada GPS, Charlie seharusnya tidak akan bisa menemukannya.

Mulai sekarang, benar-benar kehilangan kontak.

Sekarang jam 4 sore lebih sedikit.

Di koridor rumah sakit yang gelap terdengar suara langkah kaki yang sangat terburu-buru.

Kepala Jones penuh dengan keringat dingin, dia berlari ke depan lelaki yang sedang duduk diinfus di depan ruang operasi, tenggorokannya terasa kering: "CEO Shen! Nyonya....."

Lelaki yang bersandar lemas di dinding langsung membuka matanya!

Jones membeku sejenak melihat tatapan tajam dan mata Charlie yang terlihat merah dan lelah, ekspresinya pun semakin muram.

"CEO Shen, kira-kira 20 menit yang lalu aku ke kamar nyonya, tapi tidak melihat nyonya! Aku pikir dia mungkin berjalan-jalan di koridor karena bosan seperti semalam, tapi aku sudah mencari seluruh lantai tetap tidak bisa menemukannya, aku sudah bertanya pada perawat-perawat di kaunter perawat, perawat yang baru saja berganti shift berkata pintu kamar sudah tertutup saat dia datang, sekarang juga bukan waktunya mengganti infus atau makan obat, jadi para perawat tidak memperhatikan, mengira bahwa Nyonya ada di kamar......"

Charlie tidak bergerak, matanya menatapi Jones.

Di matanya mulut Jones terus bergerak, bergerak dengan cepat.

Tapi pendengarannya seakan bermasalah, otaknya tiba-tiba hanya ada dengungan, seluruh ototnya tiba-tiba berubah lembek tidak bertenaga.

".......Aku sudah kira-kira mencari di sekitar gedung rawat inap, juga tidak......."

Jones menatapi lelaki yang karena berhari-hari tidak istirahat, panas dalam sampai menyebabkan peradangan amandel dan sekarang sedang diinfus, dia pun menghentikan kata-katanya.

Di saat ini koridor tidak ada orang lain yang lewat.

Jones mendengar bosnya kehilangan ketenangan, terdengar suara nafas yang kasar seperti terengah-engah.

Sinar lampu di atas kepalanya tepat menyinari wajah lelaki yang tajam, wajahnya sangat pucat, di wajah yang sangat tampan itu, muncul keheningan yang mengagetkan orang lain.

Jones tidak tahu harus bagaimana menghadapi keheningan yang membuat orang susah bernafas ini, nyonya yang tiba-tiba menghilang, dia masih kecil, Jones juga khawatir: "CEO Shen?"

Charlie mengedipkan matanya, kelopak mata dengan garis kelopak mata yang sangat dalam itu perlahan-lahan mengedip.

Dia merasa seakan seluruh tubuhnya disiram air dingin, dia kedinginan sampai kehilangan rasa selama sedetik dua detik.

Tangan besar dan langsing yang terlihat semakin pucat karena sedang diinfus terangkat, mencubit kerutan dalam di antara alisnya.

Jari-jarinya yang panjang dan lurus menghalangi wajah yang tampan itu, Jones pun tidak bisa melihat ekspresi bosnya.

Namun dia mendengar suara bosnya, di suaranya yang serak karena radang amandel, terdengar tawa depresi, "Orang sekecil itu, begitu keras kepala, sakit sampai seperti itu juga mau pergi?"

Jones bertatapan dengan mata Charlie yang dingin dan kosong, dia tiba-tiba tersenyum.

"Jones, dia mungkin..... sudah tidak mau aku lagi......."

Jones langsung menunduk, merasa sedih.

Bruk!

Tangan yang diinfus itu mengepal erat, kemudian meninju dinding dengan sekuat tenaga.

Jones mendengar suara krak!

Jones langsung mendongak melihat ke arah suara, lelaki muram yang tadinya duduk pun berdiri, selang infus di bawah kantong obat infus bergoyang kuat, gantungan infus juga hampir terjatuh.

Jones segera menopang gantungan infus, selang infus bergoyang mengenai lengan Jones, dia lihat jarum infus patah, tinggal setengah.

Jones kaget!

Dia berpaling, sosok punggung Charlie sangat dingin, Charlie berjalan ke arah ujung koridor, dari tangan pucat yang tadi diinfus dan sekarang masih tertusuk setengah jarum, mengalir darah merah, setetes demi setetes jatuh ke lantai.

"CEO Shen!"

Di ujung koridor Charlie bertemu dengan dokter operasi yang pergi mengambil kantong darah di tempat penyimpanan darah, dokter itu mengenal Charlie: "Tuan Shen mau kemana? Operasi Nona Lu kira-kira masih perlu 3 jam....."

"Aku sudah membayar kalian, asalkan kalian menjamin dia tidak mati saja sudah boleh."

Dokter perempuan menatapi sosok punggung tinggi besar Charlie dengan tatapan kaget, dokter itu terkejut oleh kata-kata dingin yang dikatakan Charlie.

Tapi, beberapa hari ini, sikap bos besar ini terhadap Nona Lu memang seperti ini, sudah sadarkan diri, ada keadaan darurat, dia baru datang mendengar penjelasan dokter, tapi dia tidak pernah memasuki kamar Nona Lu, dengar dari para perawat, dia punya istri, istrinya juga sedang sakit, kebetulan juga dirawat di rumah sakit ini, dan bos besar ini terus menemani istrinya.

Ruang operasi tidak terletak di gedung rawat inap, Jones berjalan mengejar mengikuti tetesan darah di lantai, kaki Charlie panjang, saat dia berjalan cepat, sangat susah dikejar.

Di gedung rawat inap.

Charlie naik tangga sampai ke lantai 5, dia berdiri di pintu kamar yang kosong dan terdiam, di wajahnya yang tampan tidak ada ekspresi apapun.

Dia menutup matanya, berbalik badan, kemudian berjalan ke arah kaunter perawat dengan aura mengerikan.

Perawat junior yang sedang shift ketakutan sampai wajahnya pucat, dia berdiri tegak, tidak berani bergerak sambil melihat lelaki tampan berkemeja hitam yang sangat menakutkan ini.

Charlie menahan amarah di dalam hatinya yang ingin menghancurkan segalanya, jarinya yang panjang mengambil rokok, rokok itu dijepit sampai hampir putus, kemudian dinyalakan, tidak ada orang yang berani bersuara.

Dia menghirup sekali sambil mengerutkan kening, jarinya mengetuk meja marmer, "Pergi panggil semua perawat yang kerja hari ini, segera!"

Perawat junior itu ketakutan sampai hampir menangis, dia langsung berlari pergi memanggil orang.

Ketika Jones sampai, di jarak satu meter dari sosok hitam yang tinggi dan dingin itu tidak ada orang, dia menunduk, diam, gerakan merokoknya sangat cepat, hampir tidak bernafas.

Punggung tangan yang menjepit rokok sudah bengkak parah, namun Charlie sama sekali tidak sadar.

Jones tidak berdaya, dia ke ruang gawat darurat yang ada di samping untuk memanggil seorang dokter intern kemari, menyuruhnya membawa penjepit, kain kasa dan peralatan lainnya.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu