Baby, You are so cute - Bab 262

Charlie memberikan tongkat golf miliknya kepada pramugolf, dia lalu membuka sarung tangannya dan tangannya terlihat begitu jelas. Dia lalu meraih sebatang rokok dengan jari tangannya dan seseorang membantunya untuk menghidupkan rokok tersebut.

Dia menatap ke arah lain dan sama sekali tidak menatap ke arah Joanne. Dia lalu mengerutkan keningnya sambil menghisap rokok tersebut. Dia lalu tersenyum dan berkata pada Boss Duan: "Wanita mana yang bernama Joanne itu? Aku tidak mengenalnya. Di lapangan Golf, aku selalu mengajari wanita yang berpenampilan cantik untuk bermain golf. Lagipula aku sudah memiliki pasangan, Boss Duan. Kamu tidak lagi perlu mencarikan pasangan untukku lagi."

Joanne berdiri di sana dan pancaran sinar matahari di musim semi ini terasa begitu panas hingga membuat telinganya berdengung.

Boss Duan terbengong dan menatap ke arah pria yang sedang berbaring di atas kursi sambil melambaikan tangan ke kejauhan. Boss Duan kembali menatap ke arah Joanne.

Joanne merasa dirinya begitu hebat karena dirinya bisa tetap berdiri di tempat asal sambil menatap Elisia yang berada di kejauhan itu sambil menerima tatapan yang dingin dari Boss Duan.

Elisia berlari menghampiri mereka dan langsung merangkul lengan pria tersebut, "Akhirnya kita akan pergi makan?"

Pria itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Sebelum pergi, Elisia menolehkan kepalanya sambil tersenyum menatap Joanne.

Joanne menolehkan badannya dan berjalan keluar dari lapangan yang penuh rumput itu.

.........

Boss Suan berlari dengan pelan ke arah pria berbadan tinggi itu sambil memperhatikan tatapan pria itu.

Dia lalu marah di dalam hatinya, hari ini aku sungguh sial. Aku hampir melakukan kesalahan pada seorang sosok yang memiliki kedudukan tinggi hanya karena seorang wanita sialan.

Pria yang berjalan di halaman rumput pada area istirahat itu seketika menghentikan langkah kakinya.

Elisia masih merangkul lengan pria tersebut, "Kenapa paman?"

Charlie tidak menghiraukan Elisia dan langsung menolehkan tubuhnya untuk menatap ke arah Joanne yang sudah berasa sangat jauh itu. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Boss Duan.

"Boss Shen?"

Boss Duan mulai merasa tidak tenang.

Charlie menggelengkan kepalanya sambil menghidupkan kembali sebatang rokok dan berkata: "Boss Duan ternyata memiliki kebiasaan untuk menindas wanita??"

Boss Duan merasa kebingungan, "Boss Shen suka bercanda..."

Charlie hanya tersenyum dan berkata: "Benar katamu, aku memanglah orang yang suka bercanda. Aku sendiri bahkan kehilangan perusahaanku karena ketidak sengajaanku."

"Boss Shen...."

"Orang itu menunggak hutang dan tidak ingin menandatangani kontrak? Apakah aku perlu menyebar informasi tentang kebaikan Boss Duan ini di dunia bisnis dan juga melaporkannya kepada pihak yang bersangkutan?"

Boss Duan terbengong dan orang itu pun menolehkan badannya ke arah mereka datang tadi.

Elisia: "Hei!" Awalnya dia mengira Charlie akan membantu Joanne, dan dia tidak pernah menyangka kalau Charlie begitu sadis. Dia membawa pacar barunya dan langsung menyindir Joanne di depan Boss Duan.

Charlie membuang rokoknya dan berkata: "Makanlah makananmu itu, aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu."

Elisia menutup mulutnya dan dia merasa makan sendirian tidaklah berarti. Dia lalu menatap bayangan tubuh Charlie yang terlihat begitu menggoda ketika mengenakan pakaian olahraga berwarna putih itu. Setiap langkah kakinya terlihat begitu keren.

...........

Pelayanan tingkat atas pada lapangan golf South Lake.

Tempat mengganti pakaian terbesar ada di salah satu bangunan berwarna putih.

Joanne duduk di atas kursi dengan perasaan sedih dan kedua asistennya sudah pergi terlebih dahulu.

Orang yang datang bermain golf sangatlah sedikit hari ini. Ruang ganti juga terasa begitu hening, setiap sisi tubuh terasa begitu dingin setelah selesai mandi. Joanne ingin mengaitkan kancing pada pakaian dalamnya, namun dia tidak bisa melakukan itu. Dia lalu menarik pakaian dalamnya dengan kuat dan membuat pakaian dalamnya terjatuh. Suasana hatinya saat ini tidak bisa dikendalikan dengan baik olehnya seperti pakaian dalam yang terjatuh itu.

Air matanya mulai mengalir dan kondisi di sana terasa semakin hening. Dia pun mulai mengeluarkan suara tangisannya.

"Charlie....."

"Brengsek."

"Aku ingin membunuhmu! Huhu...."

Saat ini, Joanne sudah duduk terjatuh di atas lantai sambil menangis. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya karena pintu itu seketika terbuka dan terlihat sebuah tangan yang mulus dan ramping.

Charlie mengerutkan keningnya dan dia tidak melihat jelas siapa yang ada di dalam ruang ganti tersebut. Dirinya langsung dilempar menggunakan berbagai barang dari dalam ruangan tersebut.

"Pergi! Pergilah dari tempat ini!"

Charlie hanya menunggu di luar ruangan dengan ekspresi yang dingin. Saat ini, Joanne tidak lagi memiliki barang yang bisa ia lempar. Charlie lalu menghampirinya dan mengangkat tubuh Joanne menggunakan kedua tangannya yang besar itu.

Joanne hanya mengenakan celana dalam dan bagian atas tubuhnya tidak mengenakan apapun. Saat ini, pria itu menekan tubuhnya dengan tenaga yang kuat agar tangannya tidak bergerak maju dan meraih bagian yang lembut itu.

Saat ini, Joanne duduk di atas kursi dan menendang tubuh Charlie!

Dia lalu mendukkan kepalanya dan pergi mengambil pakaian dalamnya ang terjatuh itu.

Pria itu berdiri di sisinya sambil menatap tubuh Joanne yang mulus itu. Saat ini, Joanne sedang mengenakan pakaian dalamnya dengan kedua tangannya yang kecil itu.

Charlie mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menghisap rokok itu sambil mengerutkan keningnya. Setelah menolehkan kepalanya, dia melihat Joanne sedang mengenakan stoking yang snagat tipis pada kakinya. Charlie pun menatap mulai dari ujung kaki mengarah ke atas paha....

Setelah menghabiskan rokok kedua, Joanne juga sudah selesai mengenakan pakaian dalamnya. Dia lalu menatap ke arah Charlie dengan tanpa ekspresi.

Charlie mematikan api pada rokoknya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya. Dia lalu menjilat bibirnya sendiri dan berkata: "Berhentilah dari pekerjaanmu saat ini."

Joanne sepertinya tidak mendengar jelas perkataan Charlie. Dia lalu mengedipkan matanya dan mendekati pria itu dan menatapnya menggunakan mata yang merah itu. Joanne menatap kantong mata pria itu dan perlahan menatap turun ke bagian bawah sambil berkata: "Charlie, untuk apa kamu memasukkan tanganmu ke dalam kantong?"

Joanne mengatakan ini sambil mengangkat sedikit kepalanya dan dia pun menghembuskan napasnya yang panas itu ke arah jakun pria tersebut.

Pria tersebut membusungkan dadanya dan tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

Ekspresi pria itu seketika terlihat begitu murung.

Joanne mengedipkan matanya dan air mata pun keluar dari dalam matanya. Dia lalu berkata sambil tersenyum: "Aku sedang bertanya padamu loh, apa yang sedang kamu lakukan?"

Charlie menatap air mata pada wajahnya itu dan wajahnya yang mulus itu menjadi begitu merah saat ini.

Dia memejamkan matanya dan berkata: "Kamu jangan menangis."

Charlie merasa begitu sakit hati melihat Joanne menangis.

"Kamu merasa tertindas? Terhina? Bukankah di dunia ini, penderitaan yang rasakan wanita memanglah lebih banyak dibanding pria? Kalau kedepannya kamu bertemu dengan pria yang lebih sadis dariku? Apakah kamu juga akan seperti sekarang ini? Kamu akan memulai hubungan diantara kalian dengan merapikan kerah bajunya? Kamu tidak akan pernah bisa membayangkan seberapa jahatnya seorang pria. Jika kamu ingin mendapatkan keuntungan dari mereka, maka nantinya mereka akan meminta kembali semua keuntungan itu dengan berkali lipat. Kamu tidak boleh meneruskan pekerjaan ini lagi!"

Charlie lalu menolehkan badannya dan keluar dari tempat ini.

Aura matanya terlihat begitu murung saat ini, dia pun segera memejamkan kedua matanya.

Charlie merasa begitu kasihan kepada Joanne, namun Joanne tidak mengetahui hal ini. Setelah mengatakan perkataan tadi di lapangan golf, Charlie langsung memperingati pria tua itu untuk mengembalikan uang sebesar 100M itu kepada Joanne.

Dia berharap Joanne bisa meninggalkan pekerjaan ini!

Charlie dan Leon sudah memulai pertarungan mereka, untuk apa Joanne tetap berdiam diri di tengah-tengah mereka?

Apalagi di devisi marketing? Apakah itu merupakan devisi yang aman bagi seorang wanita?

Leon ingin membimbing Joanne, namun tidak tahu apa tujuan Leon yang sebenarnya. Tetapi Charlie merasa begitu tidak senang akan hal ini.

Wanita miliknya tidak perlu bersikap mandiri. Selagi dirinya masih hidup, maka dia akan melindunginya dengan baik. Meskipun suatu hari nanti dirinya sudah tiada, dia juga kan mengatur segala yang terbaik untuk wanita miliknya itu.

Charlie berjalan keluar dari ruang ganti wanita tersebut dan berjalan naik ke ruangan yang ada di lantai dua. Itu merupakan ruangan pribadi miliknya.

Ekspresi Charlie berubah menjadi begitu murung ketika hendak mengunci pintu ruangan tersebut.

Untuk apa dia mengikutinya?

Joanne hanya memasang senyuman yang dingin. Dirinya saat ini tidak bisa menerima penjelasan apapun dari Charlie dan dia merasa otaknya begitu panas saat ini! Meskipun hari ini Charlie tidak datang menemuinya, dia juga akan pergi menemui Charlie. Dia sudah tidak bisa menahan semua ini lagi!!

Dia menendang pintu itu dengan penuh amarah dan langsung berjalan masuk ke dalam. Joanne menarik resleting di bagian belakang gaunnya dan gaunnya mulai terjatuh ke bawah........

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu