Baby, You are so cute - Bab 135

Kedua orang itu makan bersama-sama. Sedangkan Jones Zhang dan staf hotel tersebut duduk di meja yang lain.

Ketika Charlie Shen memesan makan, dia sama sekali tidak menanyakan pendapat Joanne Gu. Dia sudah terbiasa bersikap otoriter dan dia memesan makanan yang mudah dicerna.

Dua mangkuk kembang tahu. Joanne Gu menuang gula dan bertanya ke arah dia apakah dia ingin menambah gula sambil tersenyum.

Dia menganggukkan kepalanya.

Dia menggaduk makanannya dan memakannya, dia menghabiskan semuanya tanpa ada yang tersisa. Lalu dia menggunakan sendok yang ini juga untuk mengaduk makanan dia, lalu setelah itu barulah dia menyadari ada yang salah.

Bukannya dia sangat mementingkan kebersihannya?

"Paman, apakah kamu ingin mengganti semangkuk yang lain?"

Pria itu menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dengan ekspresi datar. Asap rokoknya mengenai wajah Joanne Gu, lalu dia dengan suara yang rendah berkata: "aku sudah makan banyak air liurmu, yang ini belum termasuk banyak."

"........."

Joanne Gu menundukkan kepalanya dan memakan makanannya.

Dia makan dengan sangat kenyang, akan tetapi dia hanya makan setengah mangkuk.

Dia meminta dia untuk makan lebih banyak, akan tetapi dia menyunggingkan senyuman lelah, "aku masih mengalami jet lag setelah duduk di dalam pesawat selama puluhan jam."

"Apakah ada rapat pada hari ini?"

"Pagi hari tidak ada, akan tetapi ada pada nanti sore."

Charlie Shen berdiri dan merangkul pinggang dia lalu membawanya berjalan ke luar restoran. Tangan dia pun kembali memijat keningnya.

Joanne Gu sedih melihat keadaannya seperti itu dan mengatakan bahwa dia bisa kembali ke hotel untuk berganti pakaian dengan sendiri.

Akan tetapi dia tetap memaksa untuk mengantar dia.

Di dalam hotel, Joanne Gu berjalan keluar setelah selesai berganti pakaian. Charlie Shen mengerutkan keningnya sambil menunjuk ke arah lehernya: "kamu digigit oleh nyamuk hingga seperti ini? Kamu tinggal denganku malam ini."

Joanne Gu sudah tahu dia tidak dapat berdebat dengannya begitu mendengar nada bicaranya.

Pelatihan lomba selesai pukul 17.00, setengah jam sebelum kelas berakhir, Joanne Gu diam-diam mengirim pesan kepada pamannya: (Makan dimana?)

(Tunggu di depan sekolah.)

Joanne Gu menyimpan ponselnya dan mendengar diskusi antara sang tutor dan teman-teman yang lain yang membuat janji untuk berkumpul kembali di aula setelah makan malam pukul 19.00 dan setiap orang harus hadir.

Lagi-lagi makan malam dia dengan pamannya harus diselesaikan dengan waktu yang singkat.

Di dalam mobil, Joanne Gu menjelaskan dengan sabar dan mengatakan dia akan menemani dia di hotelnya pada pukul 22.00 nanti malam.

Pria itu mengendarai mobil dengan ekspresi datar, sehingga tidak terbaca apakah dia sedang senang atau tidak senang.

Sebelum pukul 19.00, makan malam pun diselesaikan dengan terburu-buru.

Charlie Shen mengenggam tangan dia dan berjalan menyusuri sebuah gang. Mobil bisnis hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah. Dia menggunakan tatapannya meminta Joanne Gu untuk pindah ke belakang mobil.

Wajah Joanne Gu bersemu merah. Dia menggertakkan giginya masuk ke dalam belakang mobil.

Dia dipeluk oleh seorang pria dan duduk di atas perutnya, menahan ciuman dia dengan terengah-engah dan naik turunya perut dia.

Hanya dengan berciuman dan menyentuh saja Joanne Gu tahu hal ini tidak dapat menghiburnya, semakin dia menyalakan api, dia akan semakin menderita.

Ketika dia berkeringat ringan di dahinya, Joanne Gu terengah-engah dan mendorongnya menjauh. Keempat bibirnya masih menempel satu sama lain, wajahnya merah dan tangan kecilnya dengan gemetar meraih kemejanya untuk membujuknya: "nanti malam paman, nanti malam..."

Charlie Shen melepaskannya dengan ekspresi cemberut sambil mengerutkan keningnya. Matanya sangat gelap hingga membuat orang merasa takut. Lengan yang memegang dadanya pun bertumpu di dahinya dan tubuhnya bersandar di kursi dengan terengah-engah.

Setelah dia pergi, pria itu bersandar di dalam mobil lalu menyalakan sebatang rokok untuk menenangkan dirinya.

Dia sengaja meluangkan waktu pada malam ini untuk dia. Akan tetapi dia meninggalkan dia begitu saja untuk pergi bermain.

Dia turun dari mobil dan memutar ke kursi pengemudi. Dia mengemudi tanpa tujuan. Tatapannya menyusuri ke arah pemandangan yang ada di luar dan melihat sebuah bar.

Dia pernah datang ke kota ini beberapa tahun yang lalu dan dia juga pernah pergi ke bar tersebut. Dia sebenarnya tidak memiliki pemikiran apa pun di dalam pikirannya. Dia pun turun dari mobil dan masuk ke dalam untuk minum segelas.

Dia duduk di sudut ruangan yang sepi, pelayan membawakan anggur dan dia memberikan tip. Ketika dia mengambil gelas dengan jari-jarinya, dia melihat sosok wanita yang lewat di sisinya. Dia berjalan ke atas panggung dan duduk di depan mikrofon. Dia menatap ke arah layar LED, mengangkat mikrofon dan mulai bernyanyi.

Charlie Shen tidak melihat ke arahnya. Dia meminum seteguk, meletakkan gelasnya. Suara nyanyian teredam wanita itu bergema di telinganya.

Bagaimana cara kamu mengingat aku, apakah kamu sambil tersenyum atau terdiam

Lalu aku akhirnya belajar bagaimana caranya mencintai, tetapi sayang kau sudah pergi jauh.

Segelas arak sambil diiringi sebuah lagu. Charlie Shen minum dengan diam.

Tempat duduknya berada tepat di depan panggung, dengan cahaya di atas kepala itu berhasil menyinari wajah wanita yang sedang menyanyi itu.

Pria itu minum dengan anggun, jari-jarinya yang ramping memutar-mutarkan gelas anggur dan dia menunjukkan wajahnya tanpa ekspresi.

Rupanya pemilik bar ini sama seperti pemilik sebelumnya, model bisnis masih tidak berubah dan tamu bebas memesan lagu.

Dia datang ketika dia masih muda dan bernyanyi ketika dia masih muda.

Pada kelas dua SMP, dia membolos sekolah. Dia mengikuti beberapa gadis di sekolah untuk membolos untuk menghadiri acara konser Jacky Cheung.

Dia marah dan dia pun tidak mengizinkan dia untuk pergi menghadiri konser tersebut bagaimana pun juga.

Lalu untuk menyenangkan dia, dia pun mulai membawa dia untuk pergi bermain dan Kota Z ini merupakan salah satu tempat tersebut.

Di dalam bar ini terdapat laki-laki berumur 17 tahun yang mengenakan baju berwarna putih serta celana jeans. Pada saat itu memesan sebuah lagu membutuhkan 4 ribu rupiah. Dia menyanyikan lagu She came to my concert selama semalaman hanya untuk sebuah senyuman dari gadis cantik yang manja yang berada di bawah panggung.

Memikirkan hal-hal ini di masa lalu, tubuhnya pasti akan terasa sakit, darah akan berhenti mengalir dan dia merasa sangat sakit sehingga dia tidak memiliki kekuatan untuk hidup lagi.

Apakah masih terasa menyakitkan jika memikirkannya lagi sekarang?

Charlie Shen mengalihkan pandangannya, menatap gelas kosong di depannya. Tenggorokannya terasa panas dan pedas. Ketidaknyamanan ini membuat wajahnya dingin.

Jari panjang menyapu gelas arak dengan lembut dan sehingga menimbulkan sebuah suara antara gesekan gelas arak dan meja kaca.

Ketika seorang pelayan yang lewat, dia langsung menukarkan cangkir baru untuk tamu pria tampan ini dengan penampilan yang luar biasa.

Dia tidak rakus, dia bisa minum dengan perlahan-lahan.

Setelah menyanyikan lagu tersebut, wanita yang sedang memegang mikrofon dengan tangannya, menenangkan emosinya dan meletakkan mikrofon di rak. Saat dia beranjak, dia melihat pria itu duduk sendirian di sudut minum dengan tenang.

Terkejut.

Berbagai ekspresi muncul di wajah cantik itu.

Dia mengangkat rok panjang dan menatanya di bawah panggung, lalu perlahan berjalan menuju tempat itu dengan sepatu hak stiletto yang membuat suara yang indah.

Charlie Shen mengerutkan alisnya, meminum sepertiga gelas yang tersisa dalam satu tegukan dan berdiri tegak.

Pria ini sangat tinggi, wajahnya tampan, tetapi ekspresinya terlalu dingin, sehingga banyak wanita-wanita yang berada di sekitarnya akan melihat ke arah dia.

Charlie Shen membayar tagihan dan berjalan keluar dari bar.

Camilla Lu berdiri dengan bingung di pojok belakangnya.

Hari itu dia sengaja mengatakan hal seperti itu di rumah sakit dan sebenarnya seberapa keras kepalanya pria ini? Saat bertemu lagi dengan dia, dia masih tidak mau menghiraukan dia dan dia tidak ingin tinggal lebih lama di tempat dimana ada keberadaan dirinya.

Charlie Shen kembali ke mobilnya.

Di kursi pengemudi, pria itu meletakkan satu tangan di atas roda kemudi dan tangan lainnya memijat keningnya. Dia bersih dan tidak berbau hanya dengan dua gelas anggur.

Dia melihat waktu, masih pagi. Dia pun menghubungi istrinya.

Dia menjadi tidak senang setelah terjawab setelah bunyi tiga kali sambungan.

Gadis di ujung telepon seperti mengetahuinya dan berkata dengan manis kepadanya: "masih ada satu jam lebih yang tersisa. Paman pulang terlebih dahulu saja. Joanne akan kembali untuk memijatmu dan Joanne akan mencuci kaki paman!"

“Kamu minum?” Dia mengerutkan keningnya.

"Tidak ada!"

Joanne Gu merasa canggung karena bertingkah seperti bayi dan pria yang tenang itu tidak dapat mendengarnya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tahu dia sedang bermain game, Charlie Shen pun langsung memutuskan panggilan dengan ekspresi tidak senang.

Setelah berkendara dua putaran di sepanjang jalan kota, dia menemukan bahwa ketika tidak ada keberadaan dia di sini, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Sama seperti bepergian ke luar negeri selama lebih dari sebulan, dia menderita insomnia selama beberapa malam.

Pukul 20.30, dia kembali ke Hotel CPPCC.

Pintu lift terbuka begitu tiba di lantai tiga.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu