Baby, You are so cute - Bab 224

Pria itu pura-pura tidak mendengarnya, beberapa urat nadi muncul di dahinya dan wajahnya terlihat murung. Tangan besarnya yang memegang pinggang gadis itu menahan tubuh gadis itu di panel pintu!

Karena marah kekuatan yang dia gunakan sangat kuat, dengan kasar pria itu melepaskan jaket baseball Leon, leher dan lengan Joanne sangat kesakitan!

Dia bukan melepasnya, tapi merobeknya dengan paksa, setelah dia melepas jaket baseball itu dia memegangnya dengan jari-jarinya yang panjang.

Dia sengaja menatapnya.

Mata mereka saling bertatapan, Joanne Gu tidak bisa memahami ketenangan di matanya, sangat dalam hingga membuat orang merasa takut, tatapannya seperti ingin membunuh.

Charlie Shen melemparkan jaket baseball itu ke lantai toliet yang basah.

Setelah itu, sambil menatapnya, kakinya yang panjang menginjak jaket itu dengan anggun.

"Apa yang sedang kamu lakukan, apa yang sedang kamu lakukan!"

Joanne Gu menunduk dan melihat jaket yang dia injak hingga kotor, karena marah melihat tindakannya gadis itu berkata sambil gemetar: "Kamu sudah gila! Ini pakaian orang, apa yang kamu lakukan ..."

Dia mengatupkan mulutnya yang ingin menangis, lalu dia mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke wajah tampan pria itu!

Tapi mana mungkin dia bisa memukulnya? Dia berada dalam pelukan pria yang kasar dan tidak masuk akal ini, bagaimana dia bisa melawan?

Bagi pria itu, dia sangat kecil, sangat mudah dikendalikan.

Lengan kurus dan pucat gadis itu ditangkap oleh pria itu lalu dia menahannya di atas kepala gadis itu.

Joanne Gu berteriak, belum sempat memberontak, pria itu membungkuk dan wajah mungil gadis itu tertusuk rambut hitam dan pendek pria itu hingga tidak bisa membuka matanya.

Ssh!

Sekujur tubuhnya terasa dingin.

Joanne Gu menarik nafas, wajahnya memerah dan memucat, sambil menggeretakkan giginya dia berkata: "Jangan sentuh aku ... lepaskan, dasar bajingan ... ugh ..."

Mulut kecil yang sedang memaki pria itu langsung dibungkam ...

Joanne Gu mengangkat kepalanya dan membiarkan air matanya mengalir dengan deras. Dia tidak bisa memaafkan dirinya karena saat pria itu menciumnya dia kembali ingat dengan masa lalu, dia masih memiliki perasaan terhadapnya...

Pikirannya kosong dan dia merasa sangat sedih.

Saat pikirannya sedang buyar, pria itu menyipitkan matanya dan mengamati ekspresi wajah bingung dan penuh air mata gadis kecil yang berada di pelukannya, dia mengejapkan matanya lalu dengan lengannya yang kuat pria itu membalikkan tubuh gadis itu.

Joanne Gu merasa pusing, meskipun marah tapi dia tidak tahu harus berbuat apa, tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak, dengan kedua tangannya dia mengenggam lengan pria itu: "Brengsek ... jangan bertindak sembarangan, coba saja kalau kamu berani menindasku..."

Air matanya terus mengalir, dia sangat membenci bajingan ini ...

Bayangan tubuh pria tinggi di belakangnya menutupi dirinya, kehangatan bercampur dengan aroma maskulin seorang pria, pria itu hanya diam, saat wanita di pelukannya kehabisan tenaga, dia memegang bahu kecilnya sambil menarik napas dalam-dalam: "Jangan bergerak!"

...

Entah sudah berapa lama, di ruangan yang hening itu terdengar suara gesekan pakaian.

Suara krek berbunyi lalu dia menyalakan sebatang rokok, dia tidak bergerak. Joanne Gu duduk di atas kloset, di ruangan yang kecil itu gadis itu seakan tidak bisa mencium bau asap rokok dan menangis tanpa bersuara.

Pria itu menghisap rokoknya secara berturut-turut, raut wajahnya sangat buruk, ada garis-garis kerutan seksi muncul di dahinya.

Pria bertubuh lampai itu menunduk, setelah merapikan pakaiannya, dia kembali terlihat dingin dan tegas.

Dia merilekskan jari panjangnya lalu sebuah puntung rokok jatuh ke lantai.

Setelah menginjak puntung rokok itu, dia melepas jas abu-abu mahalnya, dengan tatapan sedalam lautan dia menatap sosok langsing yang bahunya terus bergerak, sambil berkata dengan suara yang parau: "Jangan menangis."

Dia memakaikan jas itu di tubuh Joanne Gu .

Pria itu melihat ke bawah, sorot matanya gelap dan sambil mengenyritkan dahinya dia menjulurkan tangannya untuk membuka pintu, lalu dia berjalan keluar dengan kaki panjangnya.

Saat dia berjalan sampai ke pintu toilet, tiba-tiba dia mendengar suara bam!

Setelan jas buatan tangan yang mahal itu terbang keluar dari bilik wc dan mendarat di wastafel, dalam sekejap jas itu langsung basah kuyup.

Charlie Shen mengatupkan bibirnya, dia tidak menghentikan langkah kakinya, dia keluar dari toilet wanita dengan raut wajah yang sangat tidak senang.

Setelah langkah kaki yang tenang itu menghilang, Joanne Gu membenamkan kepalanya di lututnya dan meringkuk seperti bola, kedua tangannya menutupi matanya lalu dia menangis dengan keras.

Beberapa meter di luar toilet, angin malam bertiup di koridor.

Charlie Shen berjalan kembali sambil memengang satu setelan pakaian wanita di tangannya.

Ukuran pakaian itu sesuai dengan yang dia ingat empat tahun lalu.

Di luar pintu kamar mandi, dia berdiri sambil mengerutkan dahinya, tubuh lampai itu berdiri seperti pohon pinus, dia menyalakan rokok keduanya malam ini, sorot matanya gelap seperti langit malam, aroma tubuhnya membuat angin malam perlahan menghilang.

Wajah pria itu terlihat sedikit lelah.

Dia merokok sambil menunduk dengan dingin, kerutan di dahinya masih tidak mengendur.

Dia tidak bisa menahan diri di hadapan gadis itu, sebelum masuk rasa malu dan enggan gadis itu membuat suasana hatinya yang buruk berkurang.

Tadi setelah keluar dari toilet dia tiba-tiba sadar, dia merasa senang, senang karena dia tidak benar-benar menginginkannya.

Kemarahan dan dorongan macam apa yang telah membuat pengendalian dirinya selama bertahun-tahun menghilang?

Sejak dia menghubungi direktur hotel untuk menyalakan alarm tanda ledakan, sampai dia turun dan duduk di kedai kopi dan melihatnya, pikirannya penuh dengan kemesraannya dengannya dan pria lain.

Rasa sakit yang sangat menyakitkan ini, tidak sanggup dia tahan.

Jadi dia menggila dan kehilangan semua akal sehatnya, sebenarnya dia tidak tahu apa yang dia lakukan saat dirinya dikuasai oleh kemarahan, hanya ada teriakan kerinduan tubuhnya, ketakutan, mungkin di dalam hatinya sudah tidak ada dirinya?

Dengan perlahan jari tangan Charlie Shen mengambil rokok dari bibir tipisnya, tangan rampingnya yang memegang rokok menutupi matanya yang dingin. Di bawah cahaya lampu, ekspresi wajahnya terlihat kosong.

Dalam empat tahun ini dia bukannya tidak pernah berpikir ingin mencarinya, ketika dia melihat ponsel sendirian dan melihat foto gadis itu sedang mabuk-mabukan dengan sangat sedih, dia langsung gegabah hingga setiap kali dia memerintahkan orang untuk datang, asalkan dia ingin mencarinya dia bisa menemukannya.

Tapi ada berapa banyak nyawa yang hilang karena mereka?

Anaknya yang belum lahir juga sudah tiada.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu