Baby, You are so cute - Bab 87

Sebelum pantat wanita penghibur yang cantik itu bersandar pada tempat duduk mobil, pria yang memegang rokok itu mengangkat tangannya, puntung rokok itu langsung menyala di antara mereka berdua.

"Kak..." Wanita tersebut memanja di depannya.

Pria yang mendengar panggilan manja tersebut terlihat sangat tenang, dia mengeluarkan dompet dan mengeluarkan setumpuk uang kertas yang tidak dihitung jumlahnya, kemudian mengapitnya dengan kedua jarinya yang panjang dan memasukkannya ke dalam belahan payudara wanita tersebut.

Wanita tersebut melihat tumpukan uang yang jumlahnya lebih dari puluhan ribu, kemudian melihat wajahnya yang terlihat seperti sedikit tersenyum namun sangat serius.

Tatapan matanya terdapat aura jahat, dengan mengerutknya bibirnya, "Kamu sangat cantik, tapi istriku lebih cantik lagi. Turunlah."

Wanita itu seketika tegang, awalnya dia mengira pria ini mengizinkan dirinya untuk membantunya keluar pasti akan membawanya untuk melakukan sesuatu, apa-apaan ini, pura-pura serius, pria yang memiliki istri cantik sangat banyak, mana mungkin akan sembarangan mencari di luar?

Pintu mobil ditutup oleh wanita itu dari luar.

Charlie Shen mematikan puntung rokoknya, dia mengernyit sambil memberikan instruksi kepada supir sewaan, kemudian menurunkan jendela agar bisa mengeluarkan aroma tersebut.

...

Pada jam enam pagi, hari sedang hujan, embun membuat langit terlihat sangat suram.

Porsche Cayenne parkir dengan baik di sisi jalan depan villa.

Pengemudi tersebut adalah seorang pria muda, mobilnya dimatikan sekitar satu menit kemudian, dia melihat ke belakang kaca spion.

Di jok belakang mobil, pria mabuk tersebut duduk dengan posisi yang sedikit miring namun belum membuka matanya.

Namun dia malah berkata dengan suara rendah, "Ada bus dan taksi setelah turun gunung, kamu sudah boleh pergi."

Pengemudi itu tersenyum dan mengangguk, setelah turun dari mobil, dia memandangi vila minimalis bergaya Eropa yang megah, kemudian melirik ke kaca belakang mobil saat berjalan ke depan.

Pria tampan tersebut masih duduk bersandar di jok mobil, tampak kelelahan, rumahnya sudah berada di depannya, mengapa dia tidak keluar dari mobil?

...

Bibi Zhou terbangun dari samping tempat tidur Nyonya ketika mendengar suara mesin.

Berjalan ke teras kamar tidur dan melihatnya, bukankah itu adalah mobil Tuan yang sedang parkir di sana?

Bibi Zhou sangat gembira, dia berjalan keluar dari kamar tidur dan turun ke bawah, "Tuan sudah kembali?"

Berdiri di luar jendela ruang tamu, Kak Wang menunjukkan raut wajah yang murung, “Noh, tidak keluar dari mobil."

"Apa yang terjadi?"

“Supir sewaan yang mengantarnya pulang, pasti sehabis minum lagi."

“Terlalu mabuk dan tertidur?” Kata Bibi Zhou sambil mengenakan mantelnya, “Kalau begitu aku akan bangunkan Tuan, mengapa dirinya tidak cepat melihat Nyonya padahal sudah sampai rumah!”

Kak Wang menahannya dan menghela napas, "Terserah Tuan saja, saat aku menelepon dan mengatakan bahwa kondisi Nyonya tidak baik, dia langsung balik, bukan? Hatinya pasti sangat cemas," dia mengangkat alis dan menunjuk ke wajahnya, “Karena ini, harga dirinya itu!”

"Oh! Tapi dia yang membuat Nyonya menjadi seperti ini, pria mana yang bajingan seperti dia?" Bibi Zhou merasa kasihan pada Nyonya, Nyonya sendiri tidak memiliki Ibu, dia dianiaya, tentu saja, Bibi Zhou ingin membelanya.

“Pria yang impulsif di atas ranjang sungguh banyak,” Kak Wang melihat Bibi Zhou ingin menyela, dan langsung berkata, “Ok, kali ini, Tuan memang keterlaluan."

Kak Wang bukannya ingin membela Tuan, tetapi setelah merawat Tuan selama bertahun-tahun, dia bukanlah tipe yang membuat sesuatu tanpa alasan, prinsip seorang manusia akan terlihat dari cara dia menyelesaikan sesuatu, Tuan tidak mungkin sembarangan marah, pasti dikarenakan Nyonya membuat sesuatu yang tidak bisa diterima olehnya, makanya dia bisa kehilangan akal sehatnya.

Saat kedua pelayan tua tersebut sedang dalam pemikiran masing-masing mengenai majikannya, terdengar bunyi bip pengenalan sidik jari di pintu ruang tamu.

Pintu tersebut seketika terbuka.

Kak Wang dan Bibi Zhou langsung terdiam dan buru-buru menyapanya, tetapi setelah melihat sosok tinggi berdiri di bawah lampu pintu, mantel wol cokelat muda basah kuyup karena hujan, sekujur tubuhnya sedang kedinginan namun terlihat sangat serius.

Tapi wajahnya tampak sangat lelah, dia mengerutkan kening, kedua matanya ramping dan tajam terlihat semakin gelap setelah minum alkohol.

"Tuan."

"Tuan sudah kembali."

Charlie Shen mengangguk ringan, melepas mantelnya, meletakkannya di rak mantel, dan sedang membungkukkan badan untuk mengganti sandal.

Celana panjang hitam, kaus kaki katun hitam, sandal yang hitam, hanya baju atasannya berwarna khaki yang menggambarkan sosok tinggi dan ramping.

Dia merokok, sangat diam, tidak berbicara dengan kedua pelayan itu, pergi ke sofa ruang tamu dan duduk lalu menyalakan TV.

Kak Wang membawakan segelas air panas dan handuk kering.

Rambut hitamnya pendek dan kaku, masih terlihat tegak walau sudah basah, yang menunjukkan bahwa pria ini memiliki temperamen yang buruk.

Charlie Shen minum air dan mengalihkan pandangannya pada berita keuangan yang ditayangkan di TV, tidak ada yang tahu apakah dia serius menontonnya atau tidak.

Waktu terus berlalu, dari jam enam sampai jam tujuh, hujan masih turun di luar jendela, dan langit terlihat kelabu, tapi sedikit lebih cerah.

Pria itu, masih tetap cuek.

Bibi Zhou terus menatap Kak Wang, Kak Wang juga tidak tahu harus bagaimana, sampai akhrinya dirinya sudah tidak bisa bertahan lagi dan pelan-pelan membuka mulutnya, “Tuan, Nyonya..."

Charlie Shen mengerutkan bibir tipisnya dan mengangkat matanya menatap Kak Wang.

Kak Wang terhanyut oleh tatapan tegasnya, kemudian memberanikan diri untuk berkata, "Tuan sedang tidak sibuk? Maukah melihat Nyonya sebentar di atas?"

Pria itu meletakkan remote control yang dia pegang tadinya, dia berdiri dengan memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana, lalu mengangguk dengan acuh tak acuh.

Sepertinya sepanjang pagi ini, dia sedang menunggu perkataan dari Kak Wang barusan.

Kak Wang mengikuti di belakang, kesalnya dalam hatinya tak terhindarkan, bagaimana mungkin seseorang bisa begitu membanggakan diri, bahkan di depan pelayan juga begitu, oh, laki-laki pilihan Nyonya.

...

Dia mengerutkan kening setelah tiba di kamar utama, mengedipkan matanya yang merah sebentar setelah semalaman tidak tidur, kemudian mendorong pintunya.

Tidak ada cahaya di kamar tidur dan tirai ditutup rapat, hanya ada sedikit cahaya putih yang masuk dari koridor, kebetulan menerangi wajah wanita yang terbaring di atas ranjang.

Wajah bulat putihnya terlihat sangat lemas, dia yang berada jauh darinya juga bisa melihat wajahnya yang lemah dan pucat itu.

Charlie Shen berdiri di samping pintu, alisnya masih berkerut karena dendam dan kekecewaan, dia yang terlihat sombong menatapnya tanpa berekspresi.

Setelah berdiri lama di sana, dia tidak berhasil lagi, dia tidak tega hanya melihatnya dari jauh, jadi dia memutuskan untuk berjalan masuk hingga berdiri di samping ranjangnya, dia bisa mendengar napasnya yang lancar namun sangat rapuh.

Pada akhirnya, hatinya yang sangat keras, perlahan berubah menjadi lebih lembut.

Wajahnya yang putih dan lemas, lehernya yang merah, tubuhnya yang masih gemetar walau saat tidur, sepertinya sedang menggambarkan betapa kejamnya dia saat berada di atas ranjang tersebut.

Mereka belum sering melakukannya, tetapi sekali melakukannya pasti berakhir seperti ini.

Dia juga tidak menginginkannya, dia memiliki begitu banyak kelembutan untuk diberikan kepada gadis ini, tetapi apakah dia menghargainya?

Charlie Shen duduk di kursi dengan lemas, dengan lembut meyingkirkan rambut yang berada di pipinya, dan memindahkan telapak tangannya dari pipi ke belakang kepalanya, saat mengangkat kepalanya yang berkeringat, ekspresi menyakitkan terlihat dari pipi kecil yang ada di telapak tangan, bagaimana mungkin dia tidak berhati lembut?

Tapi gadis yang membuat hatinya lembut ini berbohong padanya kemarin, dia menemani pria lain ke rumah sakit, tetapi saat menerima telepon darinya, dia langsung berbohong, dan dua kali tidak menjawab telepon tersebut, hal yang paling menyakitkan adalah dia menghalanginya, dia menjaga pria lain, dia takut pria itu akan dipukul olehnya.

Berhubungan seks tadi malam, raut wajahnya menggambarkan keengganan dan jijik padanya, bagian sensitifnya tidak mau basah, membuatnya sangat sulit untuk memasukkannya, tidak peduli betapa sakitnya dia, dia menahan untuk tidak menangis dan tidak berteriak, apalagi perasaan. Dia sama sekali tidak berperasaan padanya, lalu sentuhan siapa yang dia nantikan?

Dia mencibir, dan matanya menjadi gelap lagi.

Kepala gadis itu bergerak perlahan di telapak tangan, Charlie Shen tersadar kembali.

Dia menjilat bibirnya yang pecah-pecah, pipinya menggeliat di telapak tangannya yang dingin, dia tidak tahu itu adalah Charlie Shen, dia bergumam, "Bibi, minum air, air air,"

Dia tertegun sejenak, saat ingin bangun dan memanggil Bibi Zhou, dia tiba-tiba mengambil gelas yang berisi air secara sendiri dan memberikan kepadanya.

Karena tidak bisa meminumnya, air tersebut bertumpah di wajahnya.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu