Baby, You are so cute - Bab 180
Tapi ingin tahu siapa yang berada di kasur pasien, Joanne Gu memberanikan diri untuk memasuki ruang bangsal.
Sementara pandangannya terlihat seperti pura-pura tengah mengamati sembari menjelaskan, "Aku mengikuti karena paman tidak ingin memberitahuku ke mana paman akan pergi...."
Ia tidak langsung menghampirinya, dikarenakan akan terlihat sangat jelas tujuannya.
Namun orang yang berada di tempat tidur ditutupi selimut, dan ia tidak bisa melihat wajahnya.
Pria itu terdiam, suasana berubah menjadi tertekan.
Pertanyaan Joanne Gu 'Ia siapa?' tidak bisa dilontarkan olehnya.
Setelah beberapa saat, Joanne Gu sepertinya mendengar helaan napas dari mulutnya.
Ia menghampiri Joanne Gu dengan suasana hatinya yang tidak baik. Ia menggenggam tangan mungilnya dan membawanya ke kasur pasien.
Akhirnya Joanne Gu dapat melihat dengan jelas orang yang tengah terbaring di kasur pasien.
Rambutnya yang memutih, wajah wanita yang terlihat tua, dan kerutan di sekitar mata wanita tersebut.
Ia memejamkan mata dan sepertinya tertidur pulas, dahinya mengerut, sepertinya ia tengah menahan rasa sakit di tubuhnya.
Hanya melihat sekilas, Joanne Gu dapat mengetahui ketika wanita tersebut saat di masa muda, wanita ini pasti sangat cantik dan sederhana.
“Ibuku," suara pria itu rendah, dan terdengar tidak jelas.
Joanne Gu mematung.
Paman berdiri di belakangnya terlihat jauh lebih tinggi, dan ketika ia mengucapkan 'Ibuku', bagian belakang kepala Joanne Gu dapat dengan jelas merasakan dadanya yang tengah gemuru.
Pria itu menekankan kedua tangan di bahu Joanne Gu, menekannya dengan erat, dan tanpa sadar ia mengeluarkan sedikit tenaga.
"Beliau koma selama hampir tujuh tahun dan bangun dari koma seminggu yang lalu.”
Joanne Gu sedikit membalikkan tubuhnya ke samping, menatapnya dengan tatapan kebingungan serta terkejut.
Ia tidak pernah mendengar tentang keluarga Charlie Shen, termasuk ibunya yang dianggap paling penting oleh Charlie Shen. Namun hari ini bertemu dengan begitu terburu-buru.
Ia sulit dalam menanggapi untuk sementara waktu.
Charlie Shen menundukkan matanya, wajahnya yang kelelahan diwarnai oleh senyuman tipisnya: "Satu minggu ini aku tidak berani meninggalkannya, merasa takut beliau bangun dan mengira hanya sebuah mimpi. Seperti tiga tahun lalu, memberiku harapan namun beliau tertidur lagi."
Ada air mata di kedua netra pria itu.
Ia membuang muka.
Joanne Gu menggigit bibirnya dan tidak tahu apa yang harus ia katakan, dan ia sepertinya tidak pantas mengatakan sesuatu di dalam kondisi seperti ini.
Tangan kecilnya terus menerus mengelus lengan baju Charlie Shen.
Charlie Shen mengambil kursi lain dan berkata, "Duduklah."
Joanne Gu duduk di kursi lalu pandangannya kembali fokus ke kasur pasien.
Ia juga tengah menatap beliau, suaranya yang berat terdengar lembut: "Lelah dan tertidur, beliau lebih banyak terbangun di pagi hari."
"Tante baru saja terbangun. Beliau kurang semangat, bukan?"
"Iya, daya tahan tubuhnya tidak begitu baik. Setelah beliau bangun, biarkan beliau melihat menantunya."
Wajah Joanne Gu memerah, tanpa sadar ia mengeratkan jari tangan Charlie Shen.
"Seharusnya paman memberitahuku ketika tante terbangun dari koma seminggu yang lalu. Hal yang begitu bahagia, dan seharusnya aku datang untuk merawat beliau."
Charlie Shen sedikit memindahkan pandangannya, jari tangannya yang tengah digenggam oleh Joanne Gu sedikit membeku.
Ia tahu Joanne Gu baik hati, berbakti, dan ia tidak akan bohong saat berkata akan merawat Ibu.
Namun ia tidak dapat berbicara, seperti ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokannya.
"Untungnya, aku mengikutimu hari ini."
Ia tersenyum dan tahu untuk mengecilkan suaranya, takut membangunkan Ibu. Suaranya terdengar manis.
Ia berkata lagi: "Mulai sekarang, aku akan datang ke rumah sakit usai sekolah. Paman, kamu masih harus pergi bekerja. Pemulihan tante bukanlah suatu masalah di dalam jangka waktu pendek. Aku pernah menjadi sukarelawan di panti jompo untuk merawat orang tua yang tidak sadar diri dan aku pin memiliki pengalaman. Aku bisa menggantikan posisi paman di malam hari, oleh karena itu paman memiliki waktu untuk istirahat."
Charlie Shen melepaskan jari yang tengah digenggam erat oleh Joanne Gu, bulu mata pria itu sedikit menurun dengan tenang.
“Sudah malam, pulanglah. Esok hari kamu harus ke sekolah."
“Bolehkah nanti saja?"
Joanne Gu menatap Charlie Shen yang tengah menatapnya dengan serius, ia berkata, “Tante belum bangun, kuingin menunggu beliau bangun."
Charlie Shen menatapnya dalam-dalam, menurunkan pandangannya, dan mengerutkan dahinya. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggunya dan ia pun tidak berbicara.
Pukul setengah delapan malam.
Dokter Zhang datang untuk berkeliling bangsal, dan sudah waktunya untuk minum obat.
Begitu jarum infus berhenti, efek obat akan menghilang. Orang di kasur pasien menunjukkan tanda-tanda tersadar, dan kedua netranya pun terlihat sedikit bergerak.
"Paman, paman."
Joanne Gu terlihat sedikit bersemangat dan khawatir, "Tante sudah bangun!"
Charlie Shen melewatinya. Lengannya yang kuat menahan di tepi kasur, ia sedikit mencondongkan tubuh, dan tangannya mengelus pelipis Ibunya yang tengah berbaring: "Ibu?"
Fransiska Lu membalasnya, ia tersenyum sembari mengerutkan dahinya, sepertinya tengah menahan kesakitan dikarenakan efek obat telah menghilang.
Joanne Gu memperhatikan bahwa ucapan beliau sangat lambat, tidak jelas dan sulit untuk dipahami. Urutan kata pun terbalik, sepertinya beliau tengah bertanya: “Berapa lama aku tertidur?"
Charlie Shen menggenggam tangan ibunya: "Ibu lelah, dan tidur sepanjang hari."
"Tua, tua....." Fransiska Lu menggelengkan kepalanya tak berdaya.
Joanne Gu mendengar tante mengeluarkan nada bicara yang tidak tepat, ia berkata: "Tua, tua...."
Joanne Gu merasa sungguh sedih.
Melihat sebuah berita bahwa pasien vegetatif yang telah koma selama 19 tahun dan telah terbangun. Kebanyakan telah kehilangan kemampuan berbicara, tante seperti ini sudah sangat beruntung.
Fransiska Lu dengan hati-hati dibantu oleh Charlie Shen untuk duduk dengan selang infus yang menancap di tubuhnya. Ini sangat sulit, ia harus bernapas secara perlahan supaya meringankan rasa sakitnya.
Tatapan lembut beliau menyapa dokter Zhang, ia menatap sekitar dan pandangannya terfokus ke gadis cantik yang berdiri di samping Charlie Shen.
Terlihat sangat muda.
"Ini....?"
Fransiska Lu menatap Charlie Shen dengan tatapan ingin tahu.
Joanne Gu menggenggam kedua tangan di depan, berdiri lebih dekat. Pertama kali bertemu dengan beliau harus hati-hati dan sopan santun, ia memanggilnya dengan sopan, : "Tante."
Charlie Shen meraih tangan gadis itu, menggenggamnya lalu menunjukkan di hadapan ibu. Tatapan pria itu sedikit dalam dan tersenyum bahagia.
"Ibu, ini menantumu. Cantik, bukan?”
Fransika Lu mematung, ia membutuhkan waktu untuk merespons. Saat itu beliau benar-benar merasa putus asa melihat hubungan pernikahan Charlie Shen dan Camilla Lu yang telah berakhir, pandangannya beralih menatap Charlie Shen.
Dapat dilihat bahwa senyuman Charlie Shen benar-benar tulus, mengungkapkan rasa cinta yang malu terhadap gadis kecil itu.
Akhirnya anak ini memiliki sebuah keluarga, ia tidak lagi bersikap kecewa seperti di masa lalu. Ia menjadi seorang ibu, bagaimana ia tidak bahagia?
"Cantik...." mata suram Fransika Lu tampak sedikit berbinar, dan ia memandang Joanne Gu dengan teliti.
Wanita ini saat tersenyum sangat indah, jenis kecantikan yang terlihat ramah, “Sangat cantik. Charlie menyukainya, ibu pun menyukainya juga.”
Charlie Shen menggenggam erat tangan ibunya, bulu matanya terkulai, berbisik seperti anak kecil: "Ibu terlalu memanjakan Charlie."
Ia mengangkat kepalanya lagi, dan menatap wajah Joanne Gu yang tengah memerah: “Ia sungguh keras kepala, sulit untuk diandalkan."
Fransiska Lu terkekeh lalu melambaikan tangannya, "Sini, gadis."
Joanne Gu mengerti apa yang telah dikatakan oleh beliau, ia mendorong Charlie Shen dengan perasaan gugup dan tersipu. Ia berdiri: "Tante, namaku Joanne."
"Joanne, Joanne," Fransiska Lu menggenggam tangan gadis kecil itu, terasa sangat lembut.
Pukul setengah sembilan malam.
Charlie Shen membantu Fransiska Lu untuk berbaring.
Keluar untuk mengantar Joanne Gu, lalu keluar dari pintu isolasi.
Davis tengah menunggu di depan pintu.
Satu langkah menjauh dari pintu isolasi, keduanya berpelukan, dan kedua tangan Joanne Gu melingkar di pinggang Charlie Shen dengan erat. Menghirup aromanya supaya ia bisa tidur nyenyak.
Ia juga tidak berbicara, jarinya yang sedikit kasar terus mengelus dahinya.
Joanne Gu memanyunkan bibirnya: "Besok minggu!"
Maksudnya ia akan datang.
Novel Terkait
Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiBeautiful Lady
ElsaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeI'm Rich Man
HartantoIstri ke-7
Sweety GirlCinta Seorang CEO Arogan
MedellineCantik Terlihat Jelek
SherinBaby, You are so cute×
- Bab 1
- Bab 2
- Bab 3
- Bab 4
- Bab 5
- Bab 6
- Bab 7
- Bab 8
- Bab 9
- Bab 10
- Bab 11
- Bab 12
- Bab 13
- Bab 14
- Bab 15
- Bab 16
- Bab 17
- Bab 18
- Bab 19
- Bab 20
- Bab 21
- Bab 22
- Bab 23
- Bab 24
- Bab 25
- Bab 26
- Bab 27
- Bab 28
- Bab 29
- Bab 30
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70
- Bab 71
- Bab 72
- Bab 73
- Bab 74
- Bab 75
- Bab 76
- Bab 77
- Bab 78
- Bab 79
- Bab 80
- Bab 81
- Bab 82
- Bab 83
- Bab 84
- Bab 85
- Bab 86
- Bab 87
- Bab 88
- Bab 89
- Bab 90
- Bab 91
- Bab 92
- Bab 93
- Bab 94
- Bab 95
- Bab 96
- Bab 97
- Bab 98
- Bab 99
- Bab 100
- Bab 101
- Bab 102
- Bab 103
- Bab 104
- Bab 105
- Bab 106
- Bab 107
- Bab 108
- Bab 109
- Bab 110
- Bab 111
- Bab 112
- Bab 113
- Bab 114
- Bab 115
- Bab 116
- Bab 117
- Bab 118
- Bab 119
- Bab 120
- Bab 121
- Bab 122
- Bab 123
- Bab 124
- Bab 125
- Bab 126
- Bab 127
- Bab 128
- Bab 129
- Bab 130
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141.
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- bab 193
- Bab 194
- bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200
- Bab 201
- Bab 202
- Bab 203
- Bab 204
- Bab 205
- Bab 206
- Bab 207
- Bab 208
- Bab 209
- Bab 210
- Bab 211
- Bab 212
- Bab 213
- Bab 214
- Bab 215
- Bab 216
- Bab 217
- Bab 218
- Bab 219
- Bab 220
- Bab 221
- Bab 222
- Bab 223
- Bab 224
- Bab 255
- Bab 226
- Bab 227
- Bab 228
- Bab 229
- Bab 230
- Bab 231
- Bab 232
- Bab 233
- Bab 234
- Bab 235
- Bab 236
- Bab 237
- Bab 238
- Bab 239
- Bab 240
- Bab 241
- Bab 242
- Bab 243
- Bab 244
- Bab 245
- Bab 246
- Bab 247
- Bab 248
- Bab 249
- Bab 250
- Bab 251
- Bab 252
- Bab 253
- Bab 254
- Bab 255
- Bab 256
- Bab 257
- Bab 258
- Bab 259
- Bab 260
- Bab 261
- Bab 262
- Bab 263
- Bab 264
- Bab 265
- Bab 216
- Bab 267
- Bab 268
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273
- Bab 274
- Bab 275