The Campus Life of a Wealthy Son - Bab 50 Aku tinggal disini

Sekali dibicarakan langsung muncul.

Dibenak Tiano muncul sebuah nama saja dan pintu kamar pasien langsung diketuk, dan terdengar suara seorang wanita yang manis.

"Tuan Muda Lin, apakah aku boleh masuk?"

"Masuk saja." Tiano duduk diatas kasur dan menjawabnya.

Rok suster, kaus kaki putih panjang, postur tubuh Celestine memang tidak sebagus Vickie, namun dilihat dari masyarakat biasa, dia juga adalah wanita cantik yang boleh dinilai 7 keatas.

"Tuan Muda Lin, Anda masih belum makan, makanan siang hari ini dirumah sakit adalah salad buah dan sup ayam, serta ada beberapa masakan lainnya, jika Anda lapar aku akan menyuruh bagian dapur sana mengantarkan untuk Anda."

Semenjak menjadi perawat pribadi Tiano, kedudukan Celestine meningkat banyak di rumah sakit.

Bagaimanapun juga dia sedang melayani Tuan Muda pemilik rumah sakit ini, terkadang perkataannya mewakilkan maksud Tiano juga.

"Ini-ini lagi." Tiano mengerutkan keningnya, "Apakah ada usus atau telur campur tomat, aku ingin makan sesuatu yang enak."

Usus?

Celestine tercengang sejank, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Lin sungguh bercanda, kondisi tubuh Anda sekarang masih belum pulih, tidak cocok untuk makan makanan pedas dan yang merangsang, tapi jika kamu tidak puas dengan masakan yang disiapkan oleh kantin hari ini, aku sekarang suruh mereka buatkan ulang saja."

"Sudahlah, aku sekarang tidaklah lapar, aku tidak ingin makan."

Tiano dengan kecewanya menghempaskan nafasnya, dia menatap kearah badan Celestine, "Apakah pagi hari ini kamu masuk ke dalam kamar ini?"

"Iya." jawab Celestine sambil tersenyum, "Anda kemarin malam tidak kembali, sebagai perawat pribadimu, aku memeriksa kondisi Anda setiap saat adalah tanggung jawab yang harus aku tepati."

"Ini termasuk mengganti pakaian serta celana dalamku?" Kata Tiano.

"Bukankah ini seharusnya?" Celestine mengedipkan matanya dan berbalik bertanya.

"Baiklah."

Tiano baru saja ingin bangun, Celestine langsung kemari dan mengandeng tangannya, itu membuat bahu Tiano menempel pada dada Celestine.

Tiano menatapi Celestine, terlihat Celestine tersenyum, Tiano lalu menarik tangannya dan merangkul pinggang Celestine menuju ke toilet.

20 menit kemudian.

Celestine membantu Tiano mandi dan mengenakan pakaian.

Ketika berkaca, Celestine berdiri dibelakang Tiano.

Bisa terlihat bahwa rok susternya basah karena memandikan Tiano.

Postur tubuh khasnya terlihat dimata Tiano.

Rasa Khas ini masih saja punya ketertarikan yang sangat besar terhadap Tiano.

"Kamu punya pacar?"

Tiano menatapi Celestine dan bertanya.

"Iya, ada satu, sudah hampir 3 tahun."

Ketika menjawab pertanyaan ini, Celestine terlihat sedikit hati-hati.

Tadi ketika dia memandikan Tiano, sebenarnya didalam hatinya terasa senang.

ketika Tiano menatapinya, tatapan itu juga tidak disamar olehnya.

Celestine bisa merasakan bahwa keturunan orang kaya ini bisa mengerti maksudnya.

waktu 20 menit meskipun tangannya sedikit pegal, namun Celestine merasa bahwa semua ini memang pantas.

Namun ketika Tiano mempertanyakan privasinya, sedikit rasa senang itu menghilang.

"Apa pekerjaan dia?" Tanya Tiano.

"Dia adalah seorang murid."

Celestine mengertakkan giginya dan mengatakan sejujurnya.

Beberapa tahun ini sedang populer hal seperti ini.

Sedangkan Celestine karena jenis pekerjaannya ini, dia sangatlah susah untuk mendapatkan seorang pacar, namun karena gaji rumah sakit yang tinggi membuatnya sangatlah tertarik dengan orang yang masih belum lulus kuliah.

Orang-orang seperti itu usianya rendah, ganteng dan sangatlah mematuhi.

Sekarang pacarnya itu juga dikenal di wechat, mereka bersama sejak lelaki itu kuliah tahun pertama, hingga sekarang sudah hampir tahun keempat dan tamat, biaya kuliah dan living cost dari lelaki itu semuanya dikeluarkan oleh Celestine."

Tiano menatapi Celestine dengan kaget.

Lalu dia berkata sambil tersenyum, "Tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja, jika kamu keberatan aku tidak akan mengungkitnya kedepannya."

Mata Celestine bersinar, rasanya seperti akan mengatakan sesuatu namun ditahan lagi.

"Tapi, sepatu hak tinggi dikamarku itu juga diambil oleh kamu kah?" tanya Tiano.

"Sepatu hak tinggi? Sepatu hak tinggi apa?"

Celestine tercengang, dia lalu terpikiran bahwa tadi pagi ketika kerja ada rumor di pos suster.

Tuan Muda Lin kemarin ketika pulang membawa sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam.

Ada satu haknya patah.

Ini membuat banyak suster berpikiran bahwa sebelum hak nya patah, apa yang sebenarnya terjadi dan sebagus apa kaki orang itu sehingga membuat Tuan Muda Lin begitu tidak tega dan bahkan mengoleksi sepatu hak tinggi itu.

"Bukan kamu?" Tiano mengerutkan keningnya, namun dia juga tidak terlalu menghiraukannya, dia tidak mengungkit hal ini lagi.

Malahan Celestine, dia menatapi Tiano dengan tatapan bersinar, dia terlihat tersenyum.

Ketika mereka berdua pergi dari toilet, Tiano duluan keluar dari kamar pasien dan pergi ke lantai dua untuk mengunjungi apakah Vickie sudah bangun atau belum.

Sedangkan Celestine harus menunggu pakaiannya lebih kering sedikit lagi, setidaknya bercak airnya tidak begitu kelihatan dulu baru berani keluar.

Vickie masih saja belum bangun, semenjak waktu 48 jam itu sudah lewat sepertiganya, Tiano berdiri sejenak didepan jendela dan meliriknya beberapa saat, dia lalu pergi dari rumah sakit, dia berjalan kearah Emerald Valley.

Villa yang baru saja dibelinya masih belum sempat dilihatnya.

Bagaimanapun juga itu adalah 30 juta Rmb.

Tiano tidak bisa menyetir, jadi dia untuk sementara tidak terlalu bermasalah dengan mobil.

Tapi rumah, sebagai sebuah impiannya dimana sebelum berumur 40 tahun dia harus punya uang untuk men dp sebuah rumah 80 meter persegi di Nandu, dia sangatlah tidak sabaran dan ingin langsung pindah kedalam sana.

"Duh, jika bisa ada seorang wanita yang seperti Celestine yang terbuka dan mengoda menemani dirinya akan lebih bagus lagi."

Tiano sambil bersiul dan berjalan kedepan pintu Villa, namun dia dihadang oleh satpam didepan pintu.

"Pemulung dari mana, apakah tempat ini layak untukmu? Jika mau memulung ketempat lain saja, buka matamu baik-baik, ini adalah kawasan villa, bukan semua orang bisa keluar masuk seenaknya."

Seorang satpam yang mengenakan pakaian merah menunjuk kearah Tiano dengan tongkat karet ditangannya.

Rumah yang dibelinya sendiri tapi tidak boleh masuk?

Melihat tatapan marah dari satpam itu, Tiano terasa sedikit tidak berdaya.

Tapi ini juga tidak salah satpam.

Bagaimanapun juga ini adalah kawasan Villa, setiap harga rumah yang mahal itu semuanya disertakan layanan yang baik, serta keamanan yang memadai, serta lingkungan yang bersih serta tempat hiburan, jika semua orang bisa masuk kedalam sana, maka bagaimana cara untuk menunjukkan tingkat mewahnya komplek kecil ini serta lingkungan privasinya.

Tiano berpikir sejenak lalu berkata dengan serius, "Meskipun kamu akan tidak percaya, tapi aku benar-benar tinggal didalam sini."

"bocah, jangan membual, apakah kamu tahu berapa harga rumah disini, aku lihat kamu masih muda saja, cepatlah pergi sana, jika masih disini, hati-hati saja aku hajar kamu."

Sambil berkata, satpam itu mengarahkan tongkat karetnya itu kewajah Tiano, tampangnya seperti akan menghajarnya.

Tiano mengerutkan keningnya, dia mengeluarkan sebuah kunci dan berkata, "Lihatlah, ini adalah kunci rumahku, aku tinggal di gedung nomor 11 area A, namaku Tiano, jika kamu tidak percaya, kamu bisa mengeceknya."

"A-011?" endengar nomor rumah ini, ekspresi satpam langsung terhenti.

Awalnya, baju Tiano yang jelek ini lah yang membuat satpam menghalanginya dan akan mengusirnya, agar dia tidak muncul disini.

Namun kemarin, seorang anak kecil dengan tampang biasa yang mengenakan pakaian biasa sekaligus langsung membeli dua buah rumah dengan harga 30 juta rmb, dan salah satunya adalah salah satu rumah paling bagus, kabar itu sudah teredar.

Dan A-011 yang disebut oleh orang ini adalah rumah paling bagus yang terjual kemarin。

Sedangkan anak muda yang berpenampilan serta pakaian biasa saja bukankah orang dihadapannya ini!

"Benarkah itu kamu?"

Meskipun sudah menebaknya, namun sang satpam masih sedikit tidak percaya dan menatapi TIano.

"Jika aku adalah kamu, aku akan langsung membukakan pintu untuknya bukan begitu banyak omong kosong!"

Seketika, sebua mobil Bentley berwarna pink berhenti dihadapan pintu Villa dan terdengar suara wanita yang merdu.

Kedua orang itu menoleh bersamaan, terlihat Kathie membuka pintu mobil dan tersenyum kearah Tiano.

"Tuan Muda, sungguh kebetulan, naiklah, aku antar kamu pulang."

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu