The Campus Life of a Wealthy Son - Bab 64 Kenapa kalian disini?
Xeria Ling mengeluarkan ponsel dari dalam tas dengan ragu, belum sempat mengetik nomor telepon, langsung terdengar suara yang tidak asing dari belakang: “Sial, sempit sekali, kalian kenapa di sini?”
Xeria Ling menoleh dengan terkejut, dia langsung melihat di tengah kerumunan orang, Tiano Lin sedang sambil berdesakan ke sini dengan berkeringat, sambil mengulurkan tangan dan menyapa dia.
“Kak, cepat lihat, dia sudah datang!”
Akhirnya datang.
Saat ini Xeria Ling sudah tidak peduli apakah di tangan Tiano Lin ada tiket atau tidak, dia melompat dengan gembira, mengulurkan tangan dan memanggil nama Tiano Lin.
“Kenapa orangnya banyak sekali, membuat aku mencari lama, aku masih mengira sudah terpisah dengan kalian.”
Tiano Lin mengelap keringat di dahinya, menghela nafas panjang dan berkata.
“Tidak bisa menemukan bukannya telepon, tapi yang penting kamu bisa datang, aku masih mengira kamu terjadi sesuatu di jalan.”
Xeria Ling mengeluarkan sapu tangan dari dalam tas, berjinjit dan mengelap keringat di dahi Tiano Lin.
“Dia memang sudah datang, tapi tiketnya? Jangan bilang tidak ada lagi?”
Rebecca Ling menatap Tiano Lin dengan tatapan dingin dan berpikir di dalam hati, juga tidak tahu adiknya kenapa, bahkan jika terlalu berbaik hati, juga tidak sampai bersikap begitu ramah terhadap seorang penjual tiket kali.
Sejak awal, Xeria Ling tidak sempat memberitahu Rebecca Ling siapa yang mengantarkan tiket.
Dia benar-benar tenggelam di dalam kegembiraan karena akan berinteraksi dengan Vivian Tsu dari jarak dekat, dia hanya memberitahu Rebecca Ling ada teman yang akan datang mengantarkan tiket, belum sempat menjelaskan rincinya adalah teman apa.
“Tiket? Tiket apa?”
Tiano Lin sambil menikmati pelayanan lap keringat dari Xeria Ling, sambil menatap perempuan cantik berkaki panjang di hadapannya dengan bingung.
“Ck ck, kaki ini, benar-benar adalah yang terbaik di antara yang terbaik……wajah ini, juga setingkat dengan dewi……tapi dadanya, haih……”
Rebecca Ling melihat Tiano Lin melirik tubuhnya dengan terus terang, awalnya masih terlihat terkejut dan kagum.
Tapi tatapannya berhenti di dada, di saat bersamaan ekspresinya menjadi merasa sayang.
“Apa yang kamu sayangkan!”
Rebecca Ling menatap Tiano Lin dengan marah, dia benar-benar tidak bisa menerima seorang calo penjual tiket melihat dirinya dengan tatapan seperti ini.
“Uh, tidak apa-apa, kamu temannya Xeria?” Tiano Lin tersadar, mengangkat kepala dan bertanya.
“Iya, nama dia Rebecca Ling, Kakak sepupuku, juga adalah penggemar Vivian Tsu, tadi siang aku sudah bilang loh.”
Xeria Ling menyadari suasananya ada yang salah dan mendahului untuk menjelaskan.
“Untuk apa kamu bilang begitu banyak dengan seorang calo, tiketnya di mana, keluarkan, total harganya berapa, aku bayar sekarang, jangan buang-buang waktu kami.”
Rebecca Ling yakin Tiano Lin adalah seorang calo penjual tiket, orang ini tidak hanya wajahnya mirip, pakaiannya mirip, matanya lebih mirip!
“Tidak ada tiket.” Tiano Lin berkata dengan polos: “Sejak kapan aku bilang mau mengantarkan tiket pada kalian, jangan fitnah aku ya.”
“Kamu tidak punya tiket?”
Tiket konser Vivian Tsu sangat sulit didapatkan, apalagi saat ini, lebih laris lagi.
Karena dia memiliki tiket, makanya Rebecca Ling bersabar terhadap tatapannya yang tadi.
Tapi ternyata dia tidak memiliki tiket, juga adalah seorang penipu.
Suatu perasaan dipermainkan seketika meluap.
Dia langsung menarik pergelangan tangan Tiano Lin, melangkahkan kakinya yang panjang dan langsung berjalan menuju pos polisi di pinggir jalan.
“Usia masih muda, tidak hanya tidak mau maju, juga menjadi penjual tiket, bahkan menjadi penjual tiket pun, ternyata juga adalah penjual tiket yang tidak bisa dipercaya, orang seperti kamu, hidup saja benar-benar menghabiskan sumber daya masyarakat, temui polisi bersamaku, biar mereka bereskan kamu!”
Setelah berkata, Rebecca Ling menarik Tiano Lin yang kurus dan berjalan ke pos polisi.
Xeria Ling langsung panik dan buru-buru berlari ke sana, dia melepaskan tangan mereka berdua dan berkata dengan panik: “Aduh, ya sudahlah kalau tidak ada tiket, lagipula Tiano Lin juga tidak bilang padaku pasti ada tiket, lalu membawa kita masuk nonton konser, yang penting sudah pernah ada penantian, juga sudah cukup, palingan aku di luar saja, juga bisa mendengar.”
“Xeria, kamu terlalu baik hati kali, dia tidak punya tiket, kita kan bisa cari orang lain, aku sudah menemukan seorang calo, Rp10 juta dua lembar, sudah mau bayar, tapi mendengar kamu bilang ada tiket yang tempatnya lebih bagus, makanya aku membatalkan calo itu, sekarang apa-apaan ini, sudahlah, sekarang aku tidak ada waktu untuk banyak omong dengan penipu ini, sekarang aku telepon dan tanya calo itu, bisa jadi masih ada tiket yang paling luar, tidak apa-apa kalau lebih mahal, juga tidak ada cara lain lagi.”
Rebecca Ling mengeluarkan ponsel dan ingin menelepon calo.
“Sudahlah, awalnya kamu punya dua lembar tiket yang tempatnya begitu bagus, salah aku berteman dengan orang-orang seperti itu, membuat Monica Zhao dan Anna bersikap begitu padamu, juga membuat kamu merobek dua lembar tiket yang begitu bagus……”
Setelah berkata, mata Xeria Ling menjadi merah lagi.
Dia benar-benar sangat ingin menonton konser Vivian Tsu.
Bahkan adalah tempat di barisan paling belakang pun, selama bisa merasakannya sendiri di tempat dan mendengar suara Vivian Tsu secara langsung, dia sudah merasa puas.
Tapi sekarang sudah mulai pengecekan tiket, tinggal kurang dari setengah jam lagi sudah mau mulai, membeli tiket di saat ini, benar-benar adalah hal yang mustahil.
“Ada, ada!”
Tiba-tiba Rebecca Ling berteriak dengan senang.
“Bagian paling luar, barisan kedua dari belakang, masih ada dua lembar, tidak berdekatan, totalnya Rp14 juta……”
Setelah berkata, ekspresi Rebecca Ling yang baru terlihat senang, seketika menjadi kecewa.
Menjadi model, pendapatannya tidak setinggi yang dibayangkan orang biasa.
Walaupun biaya setiap kali kerja tidak rendah, tapi dikurangi komisi perusahaan dan manager, juga biaya mahal yang dia habiskan setiap hari pada sepasang kaki ini, tiga tahun ini, walaupun dia memiliki sedikit tabungan, tapi sekaligus mengeluarkan Rp14 juta untuk menonton sebuah konser, bahkan adalah tempat di barisan terakhir, bagi dia juga merupakan pengeluaran yang tidak kecil.
Rebecca Ling menatap Xeria Ling dan bertanya: “Adik, kamu mau nonton tidak?”
“Mau……”
Kata “mau” masih belum dikatakan, Xeria Ling menggeleng-geleng sambil tersenyum: “Lupakan saja, Rp14 juta terlalu mahal, kita nonton lain kali saja.”
“Kalau kamu mau nonton, kita beli saja, kesempatan hanya ada satu kali, lain kali Vivian Tsu buka konser di Nandu, masih tidak tahu kapan, bahkan pergi ke tempat luar, hanya biaya transportasi dan akomodasi saja sudah lumayan banyak, kalau dihitung, juga tidak beda jauh dengan harga tiket kali ini!”
Rebecca Ling berkata sambil tersenyum terpaksa.
“Lupakan saja, Rp14 juta untuk barisan kedua dari belakang, bahkan orangnya saja tidak terlihat, yang terdengar juga adalah suara kualitas radio, mending berikan padaku, aku bawa kalian masuk.” Tiano Lin bergumam di samping dengan suara kecil.
“Apa kamu bilang?” Rebecca Ling berkata sambil menatap Tiano Lin dengan marah.
“Maksudku, sudah saat ini, Rp14 juta untuk membeli dua tempat, asli atau palsu juga tidak tahu, jangankan dengar suara radio, takutnya dengar suara radio pun tidak dapat dan diusir satpam, alangkah baiknya langsung berikan padaku, barisan paling depan, juga bisa dapat tanda tangan dan foto bersama.” kata Tiano Lin dengan memonyongkan bibir.
“Kamu? Barisan paling depan? Foto bersama dan tanda tangan?”
Rebecca Ling menatap Tiano Lin dengan tatapan menatap orang idiot, “Sungguh sudah terbiasa menjadi penipu ya, buka mulut langsung berbohong, kamu kira siapa kamu? Pacar Vivian Tsu? Tidak tahu malu, bagaimanapun juga, masalah hari ini, cepat atau lambat aku akan meminta pertanggungjawaban padamu, Xeria, ayo pergi, tidak apa-apa Rp14 juta, pokoknya hari ini aku harus nonton!”
Pacar?
Tiano Lin tertawa dalam hati.
Pacar sih bukan, tapi hubungan kami jauh lebih dekat daripada pacar.
“Kak……”
Xeria Ling tahu kakaknya yang bekerja sebagai model ini, sebenarnya tidak sehebat itu, Rp14 juta, bagi dia bebannya juga tidak kecil.
“Tunggu!”
Melihat Rebecca Ling menarik tangan Xeria Ling dan ingin pergi, Tiano Lin berteriak.
“Kamu masih mau berbuat apa? Tidak mendapatkan uang, tidak mau menyerah ya?” Rebecca Ling berkata tanpa membalik kepala.
“Bagaimana kalau aku bisa bawa kalian masuk?” Tiano Lin berkata dengan datar.
“Cih.”
Rebecca Ling tidak menjawab, dia hanya mendengus dengan merendahkan.
“Rp20 juta!” Tiano Lin sedikit meninggikan suara, “Rp20 juta, kalau aku tidak bisa bawa kalian masuk, dan bukan duduk di tempat paling tengah barisan paling depan, aku beri kamu Rp20 juta, bagaimana?”
Langkah Rebecca Ling seketika berhenti, dia menoleh dan mengamati Tiano Lin dengan curiga, “Kamu?”
Tiano Lin tidak menjelaskan, tapi mengeluarkan ponsel dan membuka WeChat, lalu langsung mentransfer Rp20 juta ke akun Xeria Ling.
“Kalau aku tidak bisa bawa kalian masuk, uang ini untuk kalian, anggap saja ganti rugi karena ditipu aku.”
Xeria Ling mengeluarkan ponsel dengan lamban, dia mendapatkan uang yang ditransfer Tiano Lin.
Lalu, Tiano Lin mentransfer Rp20 juta lagi dan berkata: “Ini untuk tanda tangan dan foto bersama, kalau syarat ini tidak tercapai, Rp20 juta ini adalah ganti rugi tambahan.”
Kali ini, bahkan Rebecca Ling juga tertegun.
Yang bocah ini bilang benaran?
Menjadi calo, tapi tidak cari untung, malah mengganti rugi untuk dirinya?
Dia sih bukan peduli dengan Rp40 juta ini, tapi tindakan Tiano Lin ini, membuat hatinya yang terus curiga menjadi goyah.
“Kamu sungguh bisa bawa kami masuk?” kata Rebecca Ling.
Tiano Lin mengangguk.
“Kak, kamu percaya padanya satu kali ini, Tiano Lin adalah teman sekampusku, bukan penjual tiket, dia tidak akan menipu kita.” Xeria Ling berkata di samping dengan panik.
“Teman sekampus?” Mata Rebecca Ling terlihat sedikit canggung, tapi dia masih berkata dengan sikap bicara yang kasar, “Kami tidak menginginkan uang kamu, kalau kamu benar-benar bawa kami masuk, Rp14 juta ini anggap saja untuk bayar tiket, kami tidak mau mendapat keuntungan dari kamu.”
Hehe.
Rp14 juta membeli tempat paling tengah di barisan paling depan, juga dapat foto bersama dan tanda tangan, tidak termasuk mendapat keuntungan?
Tiano Lin tertawa dalam hati, tapi ekspresinya masih tenang dan berkata sambil tersenyum: “Aku juga tidak mau uang, kalau aku bisa bawa kalian masuk dan memenuhi syarat yang tadi aku bilang, kamu hanya perlu menjanjikanku satu permintaan.”
“Permintaan apa?”
“Pakai stoking untuk aku lihat.”
Novel Terkait
Awesome Husband
EdisonWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Yang Berpaling
NajokurataSomeday Unexpected Love
AlexanderAnak Sultan Super
Tristan XuLoving Handsome
Glen ValoraThe Campus Life of a Wealthy Son×
- Bab 1 Siuman
- Bab 2 Mengakui
- Bab 3 Ayah dan Ibu Kandung
- Bab 4 Vicky Chu
- Bab 5 Bertemu Kenalan
- Bab 6 Ponsel Apple
- Bab 7 Wanita Cantik
- Bab 8 Orang Tidak Berguna
- Bab 9 Preman
- Bab 10 Dibawa ke Kantor Polisi
- Bab 11 Seperti apa rupa pelaku perdagangan manusia tersebut
- Bab 12 Membuat dia tinggal dalam penjara di sisa hidupnya
- Bab 13 Tiano masih merupakan anjing aku
- Bab 14 Besar di kampung
- Bab 15 Membawa mobil mewah
- Bab 16 Mobil Mewah
- Bab 17 Ulang Tahun Celine
- Bab 18 Pesta Ulang Tahun
- Bab 19 Dia Adalah Seorang Pencuri
- Bab 20 Saling Bertemu
- Bab 21 Dia Adalah Boss toko Ini
- Bab 22 Paket Makan Untuk Banyak Orang, Berharga 18 Juta
- Bab 23 Tidak Membawa Kartu Identitas Diri
- Bab 24 Akting Celine
- Bab 25 Pasangan Brengsek Ini
- Bab 26 Apakah kamu masih menyukaiku?
- Bab 27 Cinta Pertamaku
- Bab 28 Perawat Pribadi
- Bab 29 Biarkanlah Kak Calvin Memberimu Pekerjaan
- Bab 30 Orang Gila
- Bab 31Vickie Chu bukan milikmu
- Bab 32 Akting yang bagus
- Bab 33 Sepuluh ribu yuan
- Bab 34 Ibu kandung
- Bab 35 Teman lama
- Bab 36 Vivian Tsu adalah kakaknya
- Bab 37 Gadis-gadis seperti kalian sangat mengerikan
- Bab 38 Pelanggan tetap
- Bab 39 Memberikan hadiah
- Bab 40 Aku bisa melakukannya sendiri
- Bab 41 Menyelamatkan orang
- Bab 42 Lekas pergi
- Bab 43 Orang mesum menindasmu
- Bab 44 Transaksi langsung
- Bab 45 Orang kaya tidak akan menunjukkan kekayaannya
- Bab 46 Sekretaris pribadi
- Bab 47 Vickie Chu terluka
- Bab 48 Senang hati
- Bab 49 Fast and Furious
- Bab 50 Aku tinggal disini
- Bab 51 Senyuman indah
- Bab 52 Masakan rumah
- Bab 53 Terjadi masalah
- Bab 54 Pertolongan pertama
- Bab 55 Luka parah
- Bab 56 Penghinaan
- Bab 57 Kenapa kamu mau menyelamatkanku?
- Bab 58 Emerald Valley
- Bab 59 Tiket VIP
- Bab 60 Kita akan pergi bersama
- Bab 61 Suara peluru
- Bab 62 Melihat Konser
- Bab 63 Aku akan meneleponnya
- Bab 64 Kenapa kalian disini?
- Bab 65 Model Professional
- Bab 66 Music Heart
- Bab 67 Sengaja berakting di hadapan mereka
- Bab 68 Vickie Chu telah sadar
- Bab 69 Aku tidak tahu
- Bab 70 Vickie Chu yang sedang berbaring
- Bab 71 Journal of American Medical Association
- Bab 72 Land Rover Range Rover
- Bab 73 Michael Guo
- Bab 74 Pria yang hidup dengan mengandalkan wanita
- Bab 75 Hubungan Tiano Lin dan Celestine Gu
- Bab 76 Wanita yang tak tahu malu
- Bab 77 Pandang rendah
- Bab 78 Tidak tahu bagaimana menyapa
- Bab 79 Tidak tahu akan berahir gimana
- Bab 80 Serahkan ke polisi
- Bab 81 Ganti rugi
- Bab 82 Pertengkaran
- Bab 83 Di awal lentera, sinar bulan sangat menawan
- Bab 84 Membalas budi
- Bab 85 Wajah yang lemah dan lembut
- Bab 86 Flowers National Wetland Park
- Bab 87 Festival tahunan
- Bab 88 Si cantik Celine
- Bab 89 Tidak tahu diri
- Bab 90 Aku akan menemanimu
- Bab 91Dia bukan pacarku
- Bab 92 Kathie Jiang
- Bab 93 Menghabiskan uang untuknya
- Bab 94 Tinggal di desa
- Bab 95 Aku ingin membunuhmu
- Bab 96 Anak kandung
- Bab 97 Siaran langsung
- Bab 98 Dasar mesum
- Bab 99 Senyuman manis Vickie Chu
- Bab 100 Kartu hitam
- Bab 101 Penghinaan
- Bab 102 Gedung New World
- Bab 103 Kalian saling kenal?
- Bab 104 Konser musik
- Bab 105 Keterlaluan
- Bab 106 Harga diri
- Bab 107 Royall Wynn Hotel
- Bab 108 Aku telah merekam video
- Bab 109 Dikeluarkan dari sekolah
- Bab 110 Dikeluarkan dari sekolah
- Bab 111Ingin membeli tanah
- Bab 112 Pembangunan
- Bab 113 Minum
- Bab 114 Tidak tahu malu
- Bab 115 Kartu VIP
- Bab 116 Enyah dari hadapanku
- Bab 117 Mengapa kamu menangis?
- Bab 118 Pengalaman hidup
- Bab 119 Editan foto
- Bab 120 Universitas Nanda
- Bab 121Gedung Linxi Group
- Bab 122 Kartu Undangan
- Bab 123 Kenapa kamu datang kesini?
- Bab 124 Kenapa kamu ada disini?
- Bab 125 Departemen keuangan
- Bab 126 Merusak laporannya
- Bab 127 Memeriksanya lagi
- Bab 128 Apa hubungan mereka?
- Bab 129 Aku pergi melihatnya
- Bab 130 Pertunangan
- Bab 131
- Bab 132
- Bab 133
- Bab 134
- Bab 135
- Bab 136
- Bab 137
- Bab 138
- Bab 139
- Bab 140
- Bab 141
- Bab 142
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148
- Bab 149
- Bab 150
- Bab 151
- Bab 152
- Bab 153
- Bab 154
- Bab 155
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162
- Bab 163
- Bab 164
- Bab 165
- Bab 166
- Bab 167
- Bab 168
- Bab 169
- Bab 170
- Bab 171
- Bab 172
- Bab 173
- Bab 174
- Bab 175
- Bab 176
- Bab 177
- Bab 178
- Bab 179
- Bab 180
- Bab 181
- Bab 182
- Bab 183
- Bab 184
- Bab 185
- Bab 186
- Bab 187
- Bab 188
- Bab 189
- Bab 190
- Bab 191
- Bab 192
- Bab 193
- Bab 194
- Bab 195
- Bab 196
- Bab 197
- Bab 198
- Bab 199
- Bab 200