The Campus Life of a Wealthy Son - Bab 98 Dasar mesum

“Tiano, kamu mesum, tidak tahu diri! Cepat bangun, aku akan membunuhmu!”

Terdengar suara teriakan perempuan, diikuti pintu kamar terbuka karena tendangan, Elisia Chen muncul di hadapan Tiano dengan amarah menggebu-gebu.

“Dasar mesum, tidak tahu diri!”

Mata indah Elisia seolah akan membunuh orang, menatap wajah Tiano setajam mata pisau.

Tiano yang baru saja terbangun sama sekali tidak sadar, hanya menatap Elisia sambil berkata, “Ada apa?”

“Cepat bangun!”

Tangan Elisia bertolak pada pinggang, kedua matanya merah total, hingga hampir mengeluarkan percikan api.

Tiano pun duduk dengan terheran-heran.

Elisia yang berdiri di depannya juga terlihat baru bangun tidur.

Rambut terurai acak di bahu, mengenakan pakaian tidur lengan panjang warna putih.

Meski kain katun berkualitas tinggi itu telah menutupi sebagian besar dari tubuhnya, tetapi leher yang ramping dan tulang selangka yang indah itu tetap sama membuat orang berpikiran kemana-mana.

Tiano mengucek mata dengan pelan, diam-diam mengintip dari celah-celah jarinya, satu kali, dua kali….berkali-kali.

Tentu saja, semua tingkah Tiano seperti itu terlihat di mata Elisia, semakin membuat hatinya yang dariawal sudah tidak nyaman menjadi meledak.

“Katakan, apa saja yang kamu lakukan tadi malam!” Wajah Elisia Chen putih pucat, terlihat penuh gelisah.

“Emm…… hanya membawamu pulang untuk tidur, lalu aku juga tidur.” Tiano menjelaskan dengan sangat serius.

“Sialan! Kamu benar-benar sialan!”

Suara Elisia seolah akan membunuh orang, di tengah emosi yang meluap-luap, dia mengangkat telapak tangannya yang indah seperti giok, lalu menghempaskannya ke arah Tiano.

Phiaa!!

Tiano benar-benar tercengang.

Dia belum sepenuhnya sadar dari dunia mimpi, tamparan itulah yang langsung menyadarkan dirinya.

“Waduh, kamu gila ya! Kemarin malam aku sudah bersusah payah menggendongmu pulang ke rumahmu, lalu kembali lagi ke rumahku, tengah malam keringat membasahi pakaianku, kini tanpa mengucapkan kata terima kasih, kamu malah menamparku??”

Tiano memegangi wajah sendiri sambil melihat Elisia dengan kesal.

Memang seperti itu kok, tadi malam, selain tidak sengaja membuat kancing bajunya terbuka, lalu di saat menggendongnya pulang, merangkul pinggang dan mengangkat kakinya adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari, rasanya ini bisa saja diterima, kenapa harus memukuli orang?

“Menggendongku pulang?” Elisia tertawa dingin, lanjut berkata, “Jika memang menggendongku pulang, lalu kenapa pagi ini aku bisa muncul di rumahmu!”

“Tidak ada orang di rumahmu, jika tidak membawa pulang ke rumahku, mungkinkah aku membuangmu di tepi jalan?” Tiano benar-benar kehabisan kata-kata.

“Tidak ada orang? Bagaimana mungkin tidak ada orang? Sekalipun Ayah dan Kakakku tidak di rumah, bagaimanapun tetap ada pembantuku disana, bagaimana mungkin tidak ada seorangpun. Tiano, kamu jangan melakukan pembelaan lagi, aku rasa kamu benar-benar berniat jahat, sungguh menyesal aku telah berencana berteman denganmu. Tiano, kamu membuatku kecewa!”

Semakin lama berbicara, Elisia merasa semakin emosi, hingga pada akhirnya kedua mata memerah, terlihat akan segera menangis.

Tiano juga sangat kewalahan, yang menjadi orang baik adalah aku, yang dipukuli juga aku, kenapa malah kamu yang menangis..

Tiano menghela nafas secara perlahan, pada akhirnya bertanya, “Kamu jangan nangis dulu, memangnya kenapa jika kamu bermalam di rumahku, apakah aku sudah melakukan sesuatu padamu? Tidak kan? Aku tidak berani melakukan apapun, juga telah menyibukkan diri semalaman, bagaimana bisa dikatakan sebagai mesum?”

“Sial! Jika kamu memang tidak melakukan apapun, lalu dimana pakaianku, siapa yang menggantikan pakaian tidur ini, selain kamu, tidak ada orang lain lagi di villa ini, apalagi yang bisa kamu katakan!” Elisia lanjut berteriak.

Sebenarnya, inilah yang paling membuatnya emosi.

Teringat dirinya yang masih suci dan bersih, begitu terbangun sudah berada di rumah laki-laki lain, semua jaket, pakaian, bahkan dalamannya tidak lagi ditemukan, digantikan dengan sepasang pakaian tidur berlengan pendek, sama sekali tidak perlu banyak berpikir, dia sudah bisa membayangkan apa yang terjadi semalam.

“Emm…. apakah Celestine tidak di rumah?”

Tiano menggaruk kepala, tetapi saat melihat badan Elisia yang semakin indah karena pakaian tidur itu, dia pun membasahi bibir dan berkata, “Dengan wujud mabukmu tadi malam, jika aku ingin melakukan kejahatan, melakukan sesuatu padamu, menurutmu apakah hari ini kamu masih bisa berdiri, dan berbicara seperti ini padaku?”

“Kamu? Memangnya bisa?”

Ekspresi wajah Elisia berubah, berkata dengan makna menyindir, “Tidak menyangka, kamu juga memiliki hobi menyombongkan diri?”

Tiano tercengang, dalam sekejap tidak mengerti makna perkataan Elisia.

Setelah mengerti makna sindiran terhadap harga dirinya sebagai laki-laki, Tiano pun marah, “Siapa yang kamu maksud tidak bisa?”

“Yang merasa saja.”

“Kamu boleh memukulku, tetapi jangan coba-coba memancing harga diriku sebagai seorang laki-laki!”

“Anak kecil sepertimu, juga mengerti kata harga diri?”

Berhadapan dengan tantangan Elisia yang datang bertubi-tubi, Tiano benar-benar tidak tahan lagi.

Dia berpura-pura seolah akan menyingkapkan selimut yang menutupi badannya, berkata dengan tidak terima, “Hehe, jika kamu berkata seperti itu, aku terpaksa membuktikannya sendiri.”

Sesuai logika, perempuan yang berhadapan dengan laki-laki berotak mesum pasti akan tersipu malu , menutupi wajah dengan tangan sambil terus berteriak tidak, sambil sesekali mengintip dari celah jari, kemudian meninggalkan kata ‘Menyebalkan’, terakhir melarikan diri.

Tetapi, reaksi perempuan itu sama sekali diluar dugaan Tiano Lin.

Dia hanya menyilangkan dua tangan ke depan dada, berdiri dengan sikap sombong dan cantik, menatap Tiano dengan tatapan penuh penantian.

“Tarik saja, kenapa tidak berani?” Elisia tersenyum dingin.

“Kamu! Kamu mesum!”

Tiano berteriak dengan malu, seperti seorang istri yang dihina dan diremehkan.

“Hehe, perlukah aku membantumu?” Elisia membungkukkan badan, menjulurkan tangan menarik ujung selimutnya.

“Pergi kamu!”

Tiano menahan kedua ujung selimut dengan panik, menyilangkan kaki dengan erat, menatap Elisia yang masih saja tersenyum dingin, merasa kesal sekaligus malu.

“Tuan Muda, kamu sudah bangun?”

Di saat inilah terdengar suara langkah kaki pelan dari balik pintu, disertai sapaan pagi yang sangat ramah.

Diikuti dengan munculkan Celestine Gu yang berpakaian perawat berdiri di depan pintu kamar, terheran-heran melihat dua orang dalam kamar.

“Atau kalau tidak, aku keluar dulu ya?” Celestine mencoba bertanya.

“Akhirnya kamu pulang juga!”

Tiano sangat heboh melihat kedatangannya, segera melompat turun dari ranjang.

Setelah itu, adalah keheningan kamar selama 1 menit.

“Mesum!”

Karena sangat kesal, Elisia kembali menghadiahkan sebuah tamparan! Kemudian berbalik badan pergi.

“Lumayan kan?”

Tiano menundukkan kepala melihatnya sekilas, bertanya pada Celestine yang berdiri di depan pintu.

Celestine bersandar di samping pintu, hanya menjawabnya dengan tawa.

……

Setelah suasana hati Tiano yang berantakan kembali tenang, saat keluar dari kamar, Elisia telah mengganti pakaian dan pergi meninggalkan rumahnya.

Celestine sudah menyiapkan sarapan pagi bergizi, tetapi Tiano malah merasa tidak nafsu.

“Apakah sangat biasa?”

Setelah mempertimbangkan cukup lama, Tiano pun mengangkat kepala dan bertanya.

“Sebenarnya masih bisa dikatakan lumayan kok.” Celestine menjawab sambil tersenyum.

“Dapat nilai berapa?” Tiano masih merasa tidak terima.

Celestine berpikir sesaat, wajahnya tiba-tiba memerah, meninggalkan kata ‘mesum’, lalu berbalik badan pergi ke dapur.

“Hm….reaksi seperti itu jelas-jelas mengartikan masih lumayan.”

Tiano mengangguk, mulai menikmati sarapan di depan mata.

Saat hari menjelang siang, Tiano meminta Celestine menyiapkan satu porsi makanan siang, dan dibungkus bawa ke rumah sakit.

Kesehatan Vickie Chu berangsur membaik, sudah bisa turun berjalan, serta memakan beberapa jenis makanan lembut.

Hanya saja untuk pulih total dan kembali bekerja normal, mungkin masih memerlukan waktu yang cukup lama.

Hari ini tidak ada urusan seharian, Tiano berencana menemani Vickie disana.

Hanya saja, saat hari menjelang sore, dia mendapat telepon dari Paman Liu, bahwa ada sebuah konser musik di Kota Nandu, dan Rossy Tsu telah memesan tempat sejak awal, tetapi karena hari ini harus menemani orangtua Tiano, dia pun tidak sempat pergi, jadi menawarkan Tiano.

Reaksi pertama Tiano adalah menolak mentah-mentah.

Acara seperti konser musik sama sekali tidak dia pahami.

Tetapi sesuatu tiba-tiba terlintas dalam benaknya, segera berkata, “Apakah dalam konser musik ini ada penampilan dari mahasiswa Universitas Musik Nandu?“

Paman Liu membaca sekilas daftar acara yang sedang dipegang, lalu menjawab, “Benar, ada paduan suara, ada tarian juga.”

“Baiklah jika begitu, mohon Paman Liu kirimkan data waktu dan tempatnya, tiba saatnya nanti aku akan kesana.” Tiano berkata.

“Baiklah.”

Setelah menutup telepon, Tiano melihat Vickie dan bertanya, “Bukankah baru saja kamu berkata ingin sekali jalan-jalan, bagaimana jika aku bawa kamu menonton konser musik saja?”

Mata Vickie Chu terbelalak, berkata dengan gembira: “Boleh, boleh, sejak pulang aku sudah lama sekali tidak menonton konser musik secara langsung, terima kasih Tiano.”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu