The Campus Life of a Wealthy Son - Bab 107 Royall Wynn Hotel

Setelah meninggalkan ruang konser musik.

Paman Liu menelepon, mengatakan Davin Cheng telah menyiapkan pesta minum di Royall Wynn Hotel, bertanya apakah Tiano ingin hadir disana.

Tiano melihat ke sisi samping, menggenggam tangan Vickie Chu dengan erat, langsung menola tawaran dari ujung telepon.

Kesehatan Vickie baru saja pulih.

Tiano berencana menghabiskan lebih banyak waktu untuk menghiburnya.

Untuk sementara tidak ingin mengikuti terlalu banyak acara.

“Perlukah aku mengantar kalian?”

Di saat Tiano menggandeng Vickie bersiap-siap menyeberang, sebuah mobil Maserati warna ungu tiba-tiba muncul di hadapannya.

Kaca mobil samping supir terbuka separuh, menampakkan wajah cantik milik Sisca Cheng.

“Tidak perlu, terima kasih.” Tiano berkata sambil tersenyum.

“Hm.”

Sisca mengangguk, menutup kembali kaca jendela, mobil itu pun kembali melaju di jalan raya.

Tiano dan Vickie pun pulang ke rumah sakit dengan mobil Audi A8, saat berjalan di jalan setapak, Tiano tiba-tiba berjalan hingga posisi tempat Katelyn Guo melompat bunuh diri waktu itu, dalam hati menghela nafas dengan berat.

Kakak Adik Keluarga Guo, memiliki perbedaan yang sungguh besar…..

Keduanya berjalan di jalan setapak dalam taman dengan hati yang mengerti tetapi tidak perlu diungkapkan.

Hingga langit mulai gelap, rembulan perlahan menampakkan diri.

Angin berhembus, membawa rambut panjang Vickie terangkat, Tiano baru merasakan Kota Nandu saat ini sudah diselimuti hawa dingin, segera menarik tangan Vickie, berenana mengajaknya pulang.

“Cari tempat untuk duduk dulu saja?” Vickie Chu mengangkat kepala, kedua mata indahnya tiba-tiba berkedip.

Tiano mengangguk.

Keduanya pun duduk berhadapan di kursi rotan tepi danau.

Vickie Chu tidak memerhatikan Tiano yang duduk di hadapannya, pandangan selalu tertuju pada rembulan yang masih samar-samar di atas langit.

Tanpa perlu diragukan lagi, Vickie Chu memang sangat cantik.

Alis mata bagai lukisan, memancarkan wibawa tinggi.

Kecantikannya sama sekali tidak kalah dari Kathie dan Sisca yang selalu dijuluki sebagai bidadari itu.

Badan yang suci, dewasa, serta penuh menggoda, sungguh sesuai dengan bayangan Tiano terhadap cinta pertamanya.

Tetapi, perempuan itu malah hampir mati di tangan Ayah dan Ibu kandung sendiri.

Sebagai seorang laki-laki, Tiano merasa dirinya bertanggung jawab untuk menyelamatkan perempuan ini dari lubang magma, membuatnya bisa memulai hubungan lagi dengan dirinya…. phei… maksudnya memulai hidup yang indah.

“Setelah lulus kuliah, aku direkomendasikan pihak sekolah untuk masuk ke Universitas Edinburgh mempelajari keperawatan individu kelas atas.” Vickie tiba-tiba bersuara, memecahkan keheningan yang sudah berlangsung cukup lama itu.

“Hm, ini membuktikan kamu sangat hebat.” Tiano mengangguk sambil menambahkan.

“Saat awal-awal pergi ke London, hari-hari dilewati dengan sangat biasa, pola hidup dan kuliah pun tidak berbeda jauh dari sebelumnya, hanya saja di sela-sela pelajaran, aku harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja sampingan di toko-toko, mendapatkan sedikit penghasilan untuk biaya kuliah. Aku telah melihat matahari terbit di Kota Londong selama 2 tahun berturut-turut, meski sangat melelahkan, tetapi semuanya membuatku merasa berarti.”

Lalu, suasana kembali hening.

Raut wajah Vickie terlihat murung dan penuh kegelisahan, seolah roh dalam diri telah berpindah ke tempat lain, kembali pada ingatan yang mungkin indah, mungkin juga menyakitkan.

Tiano merasa, Vickie yang ada saat ini adalah dirinya yang sesungguhnya.

Pribadi Vickie yang selalu bersikap sopan pada semua orang, dan tersenyum manis saat berbicara dengan orang hanyalah sebuah pencitraan.

Hidup ini terlalu keras, tidak ada yang bisa hidup bahagia tanpa sedikitpun masalah.

“Apakah dia muncul di saat-saat itu?” Tiano bertanya dengan suara pelan.

“Hm, dia juga orang Kota Nandu, menekuni profesor ilmu biologi di Universitas Cambridge, dia juga Kakak Kelas saat aku kuliah. Saat berada di luar, semua orang pasti sangat mementingkan hubungan dengan orang dengan daerah asal yang sama, dan yang terpenting adalah, dia sangat berprestasi, juga bersikap baik padaku.”

Tiano mengangguk, hanya laki-laki seperti itu yang cocok untuk Vickie Chu.

“Dia adalah ketua asosiasi mahasiswa dari asal yang sama di Londong, sangat berwibawa, sangat sopan pada semua orang, saat kami berpacaran, dia tidak pernah mengajukan syarat apapun padaku, bahkan, kami tidak pernah bergandengan tangan, dia bagai pahlawan ramah di Londong, semua tugas dilakukan dengan sempurna. Justru karena itu, aku merasa dia adalah laki-laki yang pantas diandalkan seumur hidup.”

“Lalu, apa yang terjadi?” Tanya Tiano.

“Aku terlalu polos.” Vickie Chu menggelengkan kepala dengan wajah pucat: “Saat itu, aku beruntung mendapatkan dua lembar tiket musik simfoni Simon Rattle, tadinya berencana memberikan dia sebuah kejutan, saat dia selesai kuliah, aku melihat dia mengemudikan sebuah mobil putih yang tidak pernah terlihat sebelumnya, pergi membawa seorang perempuan Paris. Perempuan itu cukup terkenal dalam kalangan mahasiswa pendatang di London, bisa dikatakan sebagai primadona kampus tingkat internasional. Aku mengikuti mereka dari belakang, masuk ke sebuah restoran pasangan, mereka duduk bersandar di sebuah kursi, lalu berciuman….”

Tiano pun mengangguk tanda mengerti, “Jadi kamu mulai membenci laki-laki, atau mungki, lebih tepatnya laki-laki yang kaya?”

“Tidak sepenuhnya begitu, yang paling membuat hatiku sakit adalah, kalimat yang diberitahunya pada perempuan itu.”

“Kalimat apa.”

“Dia membagi perempuan menjadi beberapa jenis, dan aku adalah salah satu jenis yang sangat mewakili.”

“Daridulu tidak pernah berpacaran, lebih mementingkan kebutuhan emosional daripada kebutuhan fisik, menginginkan cinta yang terindah seperti yang dikatakan Plato.”

“Dia berkata perempuan seperti itu memiliki standar yang tinggi, merasa pernah bertemu dengan berbagai jenis laki-laki, selalu membanggakan diri. Berhadapan dengan perempuan seperti itu, yang harus dilakukan adalah mewujudkan apa yang dibayangkan, melakukan apapun yang dia katakan, setelah membuatnya tergila-gila dengan kata-kata dan tatapan, baru memberitahunya dengan serius, sayang, aku tidak ingin hanya mendapatkan jiwamu, aku juga menginginkan badanmu. Tiba di saat itu, dia pun tidak lagi menganut kata batasan, bisa dipermainkan seperti apapun.”

“Aku masih ingat saat membicarakan semua ini dengan perempuan itu, wajahnya terlihat sangat bangga, seolah baru mencapai sebuah kemenangan besar, seolah-olah aku bukanlah manusia, melainkan benda yang bisa dimainkan sesuka hati, setelah selesai akan mendapatkan penghargaan, hanya itu saja.”

“Jadi kamu merasa, laki-laki yang terlihat sangat baik, dengan latar belakang yang sempurna, selalu berhati hitam, tidak mudah ditebak?” Tiano bertanya.

“Benar, mereka memiliki penampilan dan latar belakang yang sempurna, tidak pernah kekurangan sanjungan dan rayuan para perempuan, bagi mereka, cinta hanyalah sebuah mainan yang bisa dibeli dengan uang, di mata mereka, setiap orang bisa ditempelkan label harga, begitu pula dengan kata cinta.”

“Lalu, menurutmu bagaimana diriku?” Tiano menegakkan badan, agar Vickie bisa melihat ketampanannya dengan mudah.

“Kamu……kamu mesum.” Vickie Chu menatap Tiano, mengungkapkan isi hatinya.

Saat bertemu tadi, sepasang mata Tiano selalu menatap kakinya, lalu dia juga menemukan segumpal tisu bekas di dalam kamar pasien. Setiap kali bertemu, mata laki-laki itu tidak pernah bisa diatur, sekalipun saat berbicara dengan serius seperti sekarang, tetap saja seperti itu…

Tetapi, teringat kata seorang perawat, saat dirinya melompat dari gedung, Tiano tidak tidur selama semalaman, hal pertama yang dilakukan adalah meminta dokter paling ahli dalam rumah sakit untuk kembali menjalankan operasi, juga mendatangkan Profesor John dari Jerman, bahkan hingga akhirnya, memecat orang, menangkap orang….

Dia tidak seperti orang jahat pada umumnya.

“Hari-hari buruk sudah berlalu, hari indah baru saja dimulai. Orang-orang selalu berkata, setelah hujan pasti ada pelangi yang indah, bahayanya lompat gedung yang kamu lakukan kali ini juga memberikan keuntungan, mungkin saja di sisa hidup ini kamu ingin menikmati hidup sebaik mungkin.” Tiano berkata sambil tersenyum.

Melihat raut wajah senang milik Tiano, Vickie Chu merapatkan bibir, setelah itu ikut tersenyum.

Sebenarnya sejak awal Tiano sudah bisa menerka, jika bukan karena perasaan yang terluka, siapa juga yang akan menolak orang-orang sekitar, menutupi ekspresi wajah sepanjang hari, perempuan yang jelas-jelas bersifat periang, bagaimana mungkin memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan lompat gedung.

Terutama saat dia memberitahu Vickie untuk pergi menghadiri konser musik, kegelisahan dalam mata perempuan itu, tidak pernah pudar hingga konser selesai.

Tiano melihat ke sekeliling, lalu berkata: “Lebih baik kita kembali ke rumah sakit saja, angin di luar sangat dingin, jangan sampai masuk angin.”

“Baiklah.” Vickie mendengarkan perkataan Tiano, ikut pulang ke rumah sakit dengannya.

Malam itu, Tiano juga menginap di rumah sakit, hanya saja Vickie Chu masih harus dirawat dalam ruang ICU.

Keesokan harinya, karena ada kelas, Tiano pun bangun cukup pagi untuk berangkat kuliah.

Namun sebelum tiba di rumah sakit, dia menerima pesan singkat yang dikirim Vickie.

“Ingat sarapan.”

Dua huruf yang singkat, membuat suasana hati Tiano langsung membaik.

Berjalan memasuki gerbang kampus, Tiano langsung melihat banyak orang yang berkumpul di depan papan pengumuman sambil menunjuk-nunjuk.

Di antaranya ada Cedric Lee dan Sony Song.

Tiano berjalan menghampirinya dengan membawa rasa penasaran, berdiri dari jauh sambil menatap papan di depan mata.

< Pengumuman dikeluarkannya Tiano Lin dari jurusan komputer>

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu