Love From Arrogant CEO - Bab 330 Menunjukkan Rasa Terima Kasih

Mata Lavenia Luo berkedip dengan ragu, dia sudah lama mempertimbangkan hal ini, kira-kira bulan enam atau tujuh dia sudah harus ke rumah sakit.

"Tunggu pamerannya selesai." sedikit mengerutkan alisnya, sedikit kesal dan berkata: "Aku masih harus mengamati Laura Luo untuk sesaat, memastikan bahwa dia takkan menyebabkan masalah pada perusahaan, kalau tidak aku takkan tenang meski berdiam di rumah."

Terlebih Perusahaan Luo adalah peninggalan ayahnya, bagaimana pun dia ingin melindunginya, tak ingin dirusak oleh siapapun.

Mengungkit namanya, Charlie Xi mengerutkan alisnya, matanya mengernyit tak senang, tanpa sungkan memberi usul: "Kalau kamu tak tenang meninggalkannya di Perusahaan Luo, tendang dia keluar saja."

Mendengar caranya yang simpel dan kasar itu, menatapnya dengan tak berdaya: "Dia dibawa ke Perusahaan Luo oleh kakek secara pribadi, terlebih dia masih ada 25% saham di tangannya. Tak mudah untuk mengeluarkannya dari Perusahaan Luo."

Ada secercah cahaya terlintas di matanya, Charlie Xi berkata dengan dingin: "Kalau begitu pikirkan cara agar dia sendiri yang keluar dari Perusahaan Luo, kalau tidak ambil alih saham dari tangannya."

Kalau dia tak ada saham, mengeluarkannya adalah hal yang sangat gampang.

"Aku masih perlu merundingkan masalah ini." Lavenia Luo mengerutkan alisnya, berpikir sevata mendalam. Dia sudah sepenuhnya kecewa atas segala perubatan yang dilakukan Laura Luo, namun kalau dia memiliki kemampuan untuk mengelola departemen periklanan dengan baik, Lavenia tak masalah untuk membiarkannya menetap di Perusahaan Luo.

Lagipula Laura Luo adalah bagian dari keluarganya, selama Kakek Luo masih ada, dia tak mungkin menghancurkan perusahaan, dengan begitu dia juga bisa sedikit lebih tenang dengan menetap di rumah.

"Baik, kalau begitu kamu sendiri yang memutuskannya." melihat dia yang begitu ragu, Charlie Xi juga hanya bisa menyerahkan keputusan kepadanya, Charlie percaya dia pasti akan membuat keputusan yang baik.

Di tengah perbincangan, pintu kamar rawat mendadak diketuk, lalu Felicia masuk ke dalam.

Dengan hormat bertutur sapa: "Direktur Luo, Direktur Xi."

"Kalian ngobrol dulu, aku mau lanjut menurus dokumen." berkata demikian, pandangan Charlie Xi kembali beralih ke layar komputernya.

Pandangan Lavenia Luo jatuh pada Felicia, menaikkan alisnya dan bertanya: "Bagaimana kondisi perusahaan beberapa hari ini?"

"Kondisi perusahaan sangat baik, berjalan seperti biasanya. Namun Perusahaan Bai sudah sepenuhnya runtuh." Felicia berkata dengan tamak.

"Bagaimana Perusahaan Bai?" Lavenia Luo sedikit tertarik.

Beberapa hari ini dia sama sekali tidak memperhatikan tren di internet, juga tidak memperhatikan kondisi mengenai Perusahaan Bai.

Dengan semangat Felicia melaporkan: "Setelah konferensi pers, berbagai media besar berkompetisi untuk melaporkan berita negatif mengenai Perusahaan Bai, menyebabkan serangkaian reaksi, namun sekarang kondisinya kian memburuk, sepertinya berjalan mengarah bangkrut??"

Ujung bibir sedikit terangkat, mata Lavenia Luo tak kuasa terlintas secercah kelegaan.

Mengalihkan pandangannya kepada Charlie Xi, dengan matanya yang berbinar itu mengungkapkan rasa terima kasih: "Charlie, terima kasih. Kalau bukan karena kehadiranmu saat konferensi pers dan mengungkap semua perbuatan Harley Bai, mungkin semua ini tak mudah untuk dicapai."

Dia baru teringat, beberapa hari setelah kejadian itu dia langsung dirawat, tanpa diduga lupa berterima kasih kepadanya.

Pergerakannya terhenti sesaat, Charlie Xi mengalihkan pandangannya kepada Lavenia, ujung bibirnya terangkat dengan nakal: "Bukankah kamu seharusnya menunjukkan sesuatu?"

Terbengong sesaat, Lavenia Luo kembali bertanya dengan curiga: "Menunjukkan apa?"

Tersenyum nakal, Charlie Xi menunjuk-nunjuk bibir tebalnya sendiri: "Secara inisiatif memberiku ciuman, menunjukkan rasa terima kasihmu."

Seketika, pipinya merah merona. Lavenia Luo melototinya sekilas dengan malu: "Kamu jangan buat masalah."

Felicia masih berada di sini, kenapa dia bisa berkata seperti itu?

"Aku tidak membuat masalah, memangnya kamu lupa kalau kemarin pagi kamu.." Charlie Xi menatapnya dengan polos, baru mau mengatakan bahwa inisiatifnya kemarin, mulutnya malah mendadak ditutup rapat oleh sepasang tangan yang lembut.

"Diam! Tidak boleh bilang lagi!" Lavenia Luo melototinya dengan marah, pipinya merona, sangat malu. Pria ini kenapa bisa mengatakan hal seperti itu di hadapan orang lain?

Akibat keromantisan yang mendadak ini membuat mata Felicia hampir buta, mendapat serangan seperti ini, dia masihlah single, memangnya tak bisa menutupinya sedikit?

"Direktur Luo, aku sudah selesai melaporkan, kalau begitu aku keluar dulu." Felicia menutupi matanya dengan putus asa, dengan cepat membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar rawat.

Tak disangka baru keluar dari kamar rawat, langsung bertabrakan dengan Sekertaris Yin dan hampir terjatuh ke belakang.

Dengan tangan yang panjang, Sekertaris Yin menariknya dan jatuh pada pelukannya.

Merasakan dadanya yang kokoh, wajah Felicia memerah: "Terima kasih."

"Tak apa. Namun, kenapa kamu lari?" Sekertaris Yin tersenyum hangat, bertanya dengan curiga.

Dia biasanya orang yang tampak tenang.

Teringat akan adegan barusan, wajah Felicia semakin malu, namun masih memperingatinya: "Sekarang adalah saat yang kritis, lebih baik kamu jangan masuk mengganggu."

Sekertaris Yin menaikkan alisnya: "Baiklah, kebetulan aku ada kerja sama yang berhubungan dengan Perusahaan Luo, mari kita membahasnya bersama."

"Baik." Felicia menjawab dengan senang, dua orang itu pergi bersama.

Saat ini, dalam kamar rawat.

Melihat Felicia yang kabur seperti itu, Lavenia Luo menatap Charlie Xi dengan tak berdaya, menyalahinya: "Salah kamu."

Ini memalukan.

Tertawa kecil, Charlie Xi memberi kecupan di tangan Lavenia.

Suhu yang sangat panas sepertinya hampir membakar telapak tangannya, dan tanpa sadar dia menariknya kembali, menatapnya dengan marah.

Charlie Xi menjulurkan tangannya dan menaikkan dagu Lavenia, menatapnya secara mendalam, dengan tatapan yang membara: "Bukankah kamu seharusnya berterima kasih kepadaku secara inisiatif?"

Melihat bibirnya yang tebal itu, Lavenia Luo tak kuasa menelan ludanya, jantungnya tak kuasa berdetak cepat, dengan gugup berdegup kencang, tak bisa ditahan lagi, Lavenia Luo sangat ingin kabur.

Kemarin pagi sudah memalukan saat dia mencuri-curi cium kepadanya, sekarang tanpa diduga Charlie masih ingin menyuruh Lavenia menciumnya, dia benar-benar tak sanggup melakukannya.

Baru satu langkah, tangannya mendadak ditahan, langsung menariknya dalam pelukannya. Charlie Xi memeluknya dengan erat, tatapannya penuh akan kelembutan.

"Cepat lepaskan aku." Lavenia Luo malu, wajahnya memerah.

Menatap telinga Lavenia yang memerah itu, Charlie Xi menggigitnya dengan lembut. Merasakn tubuh orang yang ada dipelukannya itu mengkaku, tatapannya semakin mendalam.

"Kita sudah mau menikah, kamu mau malu sampai kapan?" berkata dmeikian, Charlie Xi mendaratkan sebuah senyuman di pipinya, berhasil mencuri aromanya.

Merasakan kelembutan pipinya, Lavenia Luo menatapnya dan memarahinya: "Nakal."

Charlie Xi menaikkan alisnya, dengan puas berkata: "Aku hanya seperti itu kepadamu seorang."

Berkata demikian, tidak menunggu responnya, langsung menaruhnya ke atas sofa, memberinya sebuah ciuman panas, tak hentinya menggodanya.

Di bawah serangannya yang kuat, Lavenia Luo tidak punya pilihan lain selain mengalah, pada akhirnya menampilkan perutnya.

Temperatur di sekitar kian meningkat, memancarkan keambiguan??

Mentari bersinar, angin bertiup.

Angin bertiup di pinggir jalan.

Di pagi hari Lavenia Luo telah melakukan pengecekan seluruh tubuh. Charlie Xi secara khusus membawa Lavenia makan di luar kemudian membawanya kembali ke Istana Malige.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu