Love From Arrogant CEO - Bab 352 Rileks Sepenuhnya

Keraguan tampak di matanya, apa sebenarnya maksud dari Alex Luo? Jelas-jelas bukankah dia berada di pihak Laura Luo?

Sudahlah, lagipula cepat atau lambat hal ini akan diketahui, tak perlu banyak berpikir.

Setelah merenung sejenak, tatapan Lavenia Luo menggelap dan memberi arahan: "Selama periode ini, kamu perhatikan dengan baik arah Perusahaan Luo, begitu ada masalah, langsung beli saham Perusahaan Luo dengan harga rendah."

"Baik." Felicia langsung mengangguk, diam-diam menantikan dia untuk kembali.

"Sebenarnya hari ini aku mau menyerahkan pekerjaan kepadamu, namun begini juga bagus, selama periode ini kamu juga bisa beristirahat dengan baik." Lavenia berkata sambil tersenyum.

Saat Felicia hendak bertanya sesuatu, pandangannya jatuh pada perut Lavenia yang menonjol itu: "Apakah kamu akan merawat bayimu di rumah?"

Dengan lembut mengelus perutnya, Lavenia Luo sedikit mengangguk: "Benar, pas aku juga bisa beristirahat sepenuhnya selama beberapa waktu."

Beberapa periode ini cukup menegangkan, benar-benar sedikit lelah.

"Kamu perlu beristirahat dengan baik." Felicia menyetujuinya sambil mengangguk. Biasanya Lavenia Luo begitu memperhatikan Perusahaan Luo, seluruh jerih payahnya pun dilihat jelas olehnya.

"Oh ya, kamu kabari Direktur Zhou, biar dia sedikit tenang." seketika teringat akan adegan dia yang mempertahakannya di ruang rapat itu, Lavenia tersenyum dan mengungkitnya.

"Baik." Felicia merespon. Teringat akan sesuatu, dengan wajah serius dan berkata: "Oh ya, Direktur Luo, kemarin malam aku telah mengirimkan permintaan maaf kamu, sekarang bukankah memudahkan Laura Luo?"

Teringat akan hal itu dengan kesal, kalau tahu lebih awal akan tiba masalah hari ini, dia takkan mengirimkannya kemarin.

"Tidak masalah, takkan memudahkan mereka, toh orang yang mendesain adalah diriku." Lavenia Luo berkata secara terus terang, sama sekali tak mengkhawatirkannya.

Yang mereka inginkan adalah gambaran desain yang istimewa, namun bila Perusahaan Luo ingin mencari desainer yang persis dengan dirinya, sangat sulit.

Mendengar itu, seketika mempertimbangkannya, Felicia langsung mengerti, meski mau melakukan kerja sama, mereka juga akan mencari Lavenia Luo, hatinya seketika lega.

Setelah berpikir beberapa saat, Lavenia Luo berkata dengan pelan: "Kalau ada orang yang mencarimu, katakanlah yang sebenarnya."

Bahkan jika benar-benar mau melakukan kerja sama, juga perlu menunggu dia yang kembali ke Perusahaan Luo.

"Aku mengerti."

Di tengah pembicaraan, mobil sudah berhenti di depan pintu Istana Malige.

"Aku pulang dulu, kamu hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa hubungi aku." Lavenia Luo tak kuasa memberikan arahan sebelum turun dari mobil.

"Baik." Felicia tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Lavenia Luo. Setelah melihat dia yang telah masuk ke dalam Istana Malige, Felicia baru mengendarai mobilnya dan beranjak pergi.

Sepulangnya ke Istana Malige, seketika Lavenia Luo bersandar di atas sofa dengan malas. Membuka TV, dengan rileks meraba perutnya, tatapannya pun melembut.

Sekarang dia telah meliburkan diri secara resmi. Lavenia Luo teringat akan tanggal pernikahannya dengan Charlie Xi yang akan telah mendekat. Sekarang pas dia telah beristirahat, bisa mengaturnya sendiri. Lagian saat pertunangan dan pra-pernikahan, Dewi Lu lah yang membantu mereka mengurusnya. Dia juga perlu melakukan sesuatu.

Mendadak teringat masih ada banyak barang pernikahan yang belum dibeli. Dewi Lu akan membiarkan dia sendiri memilih barang yang disukainya, bagaimana kalau besok?

Setelah berpikir-pikir, Lavenia Luo mengeluarkan ponselnya dan menelepon Emilyn. Ada sedikit kelicikan tampak di matanya. Dia tentu takkan bisa pergi berbelanja sendiri, akan lebih baik untuk menarik seorang kuli.

Terlebih sudah lama mereka tak berjalan-jalan berdua.

Telepon yang tersambung, terdengar suara Emilyn yang mempesona. Dengan sedikit menggoda: "Yow! Kok hari ini ada waktu meneleponku?"

Dengan sedikit ketidakberdayaan di matanya, Lavenia Luo berkata sambil tertawa: "Mau mengajakmu pergi jalan-jalan denganku besok, mau ga?"

"Aduh! Apakah suamimu rela membiarkanmu keluar?" Emilyn mendadak tertarik, sengaja mengejeknya.

Pipinya sedikit memerah, Lavenia Luo berkata dengan termangu-mangu: "Aku hanya keluar, apanya yang rela atau tidak."

"Apakah kamu sudah memberitahunya? Kalau dia tak mengizinkannya, aku tak berani pergi denganmu." Emilyn berkata dengan dingin, dia tak berani asal membawanya keluar rumah.

Tatapan dingin Charlie Xi itu, dia tak tahan.

Mengangkat-angkat bahunya dengan tak berdaya, Lavenia Luo menaikkan alisnya dan berkata: "Aku akan memberitahunya saat dia kembali nanti. Aku mau pergi melihat perlengkapan pernikahan, terus makan."

"Tak masalah." Emilyn menyetujuinya, namun masih risau dan memerintahkannya: "Kamu harus mengatakannya dengan jelas kepada Tuan Xi, kalau tidak aku takut."

Tak kuasa menaikkan ujung bibirnya, Lavenia Luo merespon: "Baik, aku tahu."

"Ok, sampai besok." nada Emilyn bercampur dengan sukacita. Dia sudah lama ingin keluar jalan-jalan dengannya, sayangnya??

"Sampai besok."

Menutup telepon, Lavenia Luo tanpa sengaja melirik ke TV dan mendapati bahwa dia secara tidak sengaja menekan saluran hukum, dan menyiarkan sebuah berita: "Polisi mengepung pengedar narkoba, tiga mati dua cedera!"

Melihat pengantar berita, pengedar itu berada di Negara A, terlebih lokasinya tanpa diduga tak jauh dari Istana Malige. Tak menyangka bahaya begitu dekat dengan dirinya.

Melihat seragam yang dikenakan polisi, tak kuasa Lavenia Luo teringat akan Adeline Xi. Dia ingat sebelumnya saat bertemu dengannya, Adeline berkata bahwa dia sedang menangkap seorang pembunuh berantai, juga tak jelas apakah sekarang telah ditangkap atau belum.

Setelah berpikir beberapa saat, dia teringat, selain bertemu Adeline Xi di rumah sakit, sepertinya dia hampir tak mendengar kabar darinya.

Mencari nomor Adeline Xi, meneleponnya untuk menanyai keadaannya, namun tanpa diduga tak dapat tersambung.

Kemudian Lavenia kembali menelepon beberapa kali, namun tetap hanya terdengar suara operator yang dingin.

Mungkin sedang bertugas. Sudahlah, beberapa hari lagi baru menghubunginya lagi.

Berpikir, Lavenia Luo tak lagi memikirkannya. Menaruh ponsel di sampingnya, dengan malas mengambil sekaleng kecil permen dan memakannya dengan perlahan.

Setelah bersantai untuk beberapa saat, dia masih sedikit tidak terbiasa. Pandangannya jatuh pada kertas gambar yang ada di atas meja, merasa lebih baik mengambil kesempatan ini untuk banyak menggambar desain. Nanti saat kembali ke Perusahaan Luo, tentu akan ada tak sedikit permintaan.

Dia melakukan apa yang dikatakannya. Seketika dia meletakkan kaleng permen itu di samping. Memutarkan pensilnya diantara jarinya, kemudian dia mulai menggambar. Tiap kali menggambar, dia merasa sangat rileks juga sangat bahagia.

Waktu perlahan berlalu, saat dia tersadar, langit di luar telah menjadi gelap, malam tiba, mentari terbenam dengan indah.

Melihat sekilas jam, sudah jam lima lewat, Charlie Xi juga akan segera pulang.

Menyimpan perlengkapan gambarnya, meletakkan gambaran desainnya di samping.

Baru selesai membereskannya, pintu Istana Malige dibuka, sosok yang tinggi dan besar Charlie Xi muncul di hadapannya dan berjalan ke arahnya.

Mengalihkan pandangannya, seketika melihatnya, Lavenia Luo tersenyum, senyumannya yang lembut itu menghangatkan hati.

Duduk di sampingnya, Charlie Xi mencium keningnya dan menatapnya dengan lembut: "Kok tidak gambar lagi?"

"Sudah waktunya makan, tidak gambar lagi." Lavenia Luo menggenggam tangannya yang besar itu, kedua orang itu berjalan ke dapur secara bersamaan.

Makan malam yang harum telah tertata di atas meja makan. Saat ini Lavenia Luo baru menyadari bahwa dirinya benar-benar sudah sedikit lapat. Sebelumnya terpaku dalam menggambar, tanpa diduga tidak menyadarinya.

Kedua orang itu duduk berhadapan, suasana yang ada di sekeliling dipenuhi akan kehangatan.

"Apakah sudah menyerahkan pekerjaan?" Charlie Xi menyodorkan ayam goreng ke hadapannya, bertanya dengan alisnya yang diangkat, terlintas antisipasi di matanya.

Memperhatikan emosi yang tampak di matanya, ujung bibir Lavenia Luo tak kuasa terangkat, sengaja menggelengkan kepalanya: "Tidak berhasil."

Mendengar itu, Charlie Xi mengerutkan alisnya, matanya tampak tak senang: "Apa yang terjadi?"

Melihat ekspresinya yang berubah menjadi serius, Lavenia luo tak kuasa tersenyum: "Bercanda, besok aku akan pergi jalan-jalan dengan Emilyn, sudah tidak pergi ke perusahaan. Untuk sementara perusahaan diserahkan kepada Laura Luo."

Menyipitkan sepasang matanya, Charlie Xi mengangkat tangannya dan mengusap hidungnya, dengan sedikit tak berdaya dan berkata: "Beraninya kamu membohongi suami, dasar nakal."

Pipinya memerah, Lavenia Luo melototinya sekilas dengan malu.

"Bukankannya kamu akan membiarkan Felicia untuk mengambil alih perusahaan untuk sementara? Kenapa jadi Laura Luo?" Charlie Xi bertanya dengan bingung.

Lavenia Luo mengangkat-angkat bahunya dengan terus terang, mengatakan hal yang terjadi saat rapat tadi.

"Lagian untuk sementara biar dia yang mengurus Perusahaan Luo, tak menggangguku dalam mengasuh bayiku."

Mata Charlie Xi menggelap, tak ada sedikitpun kehangatan pada tatapannya: "Mereka sangat berani melakukan hal seperti itu. Besok aku akan menyuruh Sekertaris Yin untuk menarik kembali modal Perusahaan Luo."

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu