Love From Arrogant CEO - Bab 354 Tujuan Yang Direncanakan Laura Luo

Emilyn kembali duduk ke tempatnya, ekspresinya sangat buruk. Tatapannya yang rumit sedang mempersiapkan kata-kata, dia perlu berpikir bagaimana cara untuk memberitahunya.

Melihat ekspresinya yang seperti tidak terlalu beres, Lavenia Lho menatapnya dengan bingung, mengerutkan alisnya: "Apa yang terjadi?"

Jarang melihat ekspresi Emilyn yang begitu serius.

Mengerucutkan bibirnya, Emilyn berkata dengan serius: "Barusan..aku melihat Laura Luo dan Robin Xi. Mereka sedang makan, lalu aku menguping pembicaraan mereka??"

Mendengar itu, tangan Lavenia Luo terhenti, tatapannya seketika serius: "Apa yang telah kamu dengar?"

"Aku lihat mereka telah menandatangani kontrak kerjasama. Sepertinya suatu kerjasama yang sangat besar. Laura Luo sangat senang." Emilyn memijat-mijat pelipisnya, kemudian lanjut berkata: "Juga, aku dengar Robin Xi ingin merebut Perusahaan Aokang sebelum menikah, sama sekali bukan benar-benar ingin menikahi Laura Luo, ini hanya pernikahan palsu mereka."

"Apa?" Lavenia Luo melebarkan matanya dengan terkejut. Matanya tercengang, kembali mengkonfirmasi: "Kamu yakin tak salah dengar?"

"Tentu tidak, aku berbaring di depan pintu dan mendengarnya dengan jelas, tak kurang satu kata pun." Emilyn mengangguk dengan serius. Dia yakin bahwa dirinya tak salah mendengar satu kata pun.

Melihat itu, mata Lavenia Luo memancarkan cahaya redup. Meski sebelumnya sudah menebaknya, hubungan antara mereka itu mungkin tak seperti yang dibayangkannya.

Namun kenyataannya sudah berada di hadapannya, dimana membuatnya sedikit sulit untuk menerimanya.

"Kenapa Laura Luo setuju untuk menikah secara palsu dengan Robin Xi?" Dia tidak mengerti, dia sama sekali tak perlu melakukan hal seperti ini?

"Oh ya, aku dengar maksud mereka, Laura Luo setuju bahwa tujuan dari hal ini adalah demi membuat orang tua membencimu." Emilyn berkata dengan jijik: "Hanya dengan menjadi calon istri Robin Xi lah dia baru bisa layak masuk dalam Keluarga Xi."

Tak disangka Laura Luo yang dulunya polos tanpa diduga bisa berubah menjad berupaya dengan segala cara seperti itu, membuat orang muak.

Memperlakukan kakak sendiri dengan begitu busuk, hatinya benar-benar hitam.

Tatapannya mendingin, wajah Lavenia Luo juga berubah menjadi buruk: "Karena mereka pun sudah berbuat sampai ke tahap itu, aku juga tak bisa duduk diam, kalau tidak hari ini aku kembali ke rumah tua."

Dia sangat khawatir, Laura Luo akan mencelakai Dewi Lu, terlebih dia juga ingin membuatnya jelas, mereka berdua yang telah merencanakan pernikahan palsu, apa lagi yang ingin diperbuat mereka.

"Kalau begitu kamu perlu berhati-hati, lagian sekarang kamu bukanlah satu orang lagi, masih ada anakmu." Emilyn menatap perutnya, memperingati dengan khawatir.

Kalau dia hanya sendirian, dia juga takkan begitu khawatir, namun sekarang dalam perutnya masih ada anak.

Dengan lembut mengusap perutnya, tatapan Lavenia Luo melembut dan mengangguk kepala: "Tenang, aku akan melindungi diriku sendiri dan anakku dengan baik."

Saat mengatakan hal ini, masalah ini bukanlah masalah kecil, dia perlu memberitahu Charlie Xi.

"Kedepannya saat kamu bertemu dengan Laura Luo, harus berhati-hati. Dia seperti orang gila, sekarang sudah diluar nalarnya." Emilyn memperingati dengan tidak sneang, mampu melakukan hal seperti itu terhadap kakak kandungnya sendiri.

"Tenang, aku juga termasuk sudah dikelabui dia beberapa kali. Takkan kulupakan."

"Makan dulu, jangan terlalu mengkhawatirkan hal ini." Emilyn mengambilkan sushi ke piringnya.

Saat ini, perutnya keroncongan, Lavenia Luo mengangguk: "Makan dulu."

Nantinya dia perlu membeli barang-barang yang disukai Dewi Lu. Waktu itu karena Laura Luo, telah meninggalkan kesan yang tak terlalu bagus.

Selesai makan, Emilyn secara pribadi menemaninya memilih hadiah, semuanya dibungkus dan diangkutkan ke mobil.

"Aku antar. Naiklah." dia tak tenang untuk membiarkan Lavenia Luo memanggil taksi untuk pergi ke rumah tua.

"Baik." Lavenia Luo meresponnya kemudian naik ke dalam mobil.

Setelah naik ke dalam mobil, dia seperti merasakan adanya tatapan membuatnya tak nyaman. Mengerutkan alisnya dan melihat ke arah luar jendela, namun sama sekali tak melihat adanya orang yang mencurigakan.

"Kenapa?" Emilyn bertanya dengan curiga.

"Aku barusan merasa seperti ada yang memperhatikanku." sedikit mengerutkan alis, Lavenia Luo melihat sekeliling, namun masih tak menemukan apapun. Kemudian mengalihkan pandangannya: "Lupakan, mungkin hanya perasaanku saja. Ayo jalan."

"Hm." Emilyn merespon, mobil itu berjalan ke arah rumah tua.

Kira-kira setengah jam.

Bentley emas itu berhenti di depan pintu rumah tua. Emilyn memantunya menyerahkan hadiah itu kepada pelayan yang datang menyambutnya. Kemudian mengucap salam dengan Lavenia Luo: "Aku kembali dulu. Kalau ada apa-apa kabari aku."

"Baik, hati-hati di jalan."

"Tenang."

Setelah Emilyn pergi, Lavenia Luo baru balik dan masuk ke dalam rumah tua. Para pelayan rumah menyambutnya: "Nona Luo."

"Apakah nenek di rumah?"

"Nyonya sedang di ruang tamu." pelayan berkata dengan senyuman hangat.

Sesampainya di ruang tamu, seperti yang diduga Dewi Lu sedang duduk di atas sofa dengan elegan, tak tahu apa yang sedang dilakukannya.

"Nenek." Lavenia Luo menyapa dengan sopan, wajahnya menampilkan senyuman yang hangat. Pelayan yang berada di belakangnya juga meletakkan hadiah yang dibawanya ke atas meja, barangnya hampir penuh di atas meja.

Dewi Lu melihatnya, sedikit terkejut: "Lavenia, kamu kok datang hari ini?"

Awalnya mengira bahwa dia takkan bisa datang akhir-akhir ini, terlebih waktu itu ribut dengan Laura Luo juga baru beberapa hari.

Tersenyum, Lavenia Luo duduk di sampingnya: "Aku kangen, makanya datang menjengukmu. Hari ini aku membawakan barang-barang yang nenek perlukan akhir-akhir ini, ada juga barang-barang perawatan."

Dia dari awla telah mengetahui dan memahami kesukaan Dewi Lu, terlebih dia mungkin bisa menebak sampai sejauh mana produk gizinya digunakan.

Melihat sederet hadiah yang ada di atas meja, wajah Dewi Lu menghangat, dengan senyum dan berkata: "Barang-barang ini masih banyak di rumah, tak perlu kamu membelinya sendiri."

"Aku datang menjenguk nenek, tak mungkin tak membawa apapun." Lavenia Luo mendadak teringat akan sesuatu, bangkit dan mengeluarkan suatu kotak dari kumpulan hadiah itu, mengeluarkan penghangat lutut listrik keluar.

"Beberapa hari yang lalu aku memperhatikan bahwa lutut nenek sepertinya tidak terlalu nyaman. Hari ini saat berjalan-jalan kebetulan menemukan ini." berkata demikian, dia meletakkannya di lututnya, dengan cermat membaca petunjuknya.

Terlebih Dewi Lu juga sudah berumur, tiap bagian pun harus dilindungi dengan baik.

Melihat itu, hati Dewi Lu menghangat, masih bisa mengingat dirinya saat jalan-jalan, membuktikan bahwa dia benar-benar memperhatikan nenek ini.

Tanpa sadar ketidaknyamanan terhadap dia telah berkurang banyak, Dewi Lu sebenarnya sangat menyukai Lavenia Luo.

Rainie Yu melihat barang-barang yang dibawakannya ini, menyipitkan sepasang matanya. Menyenangkan orang tanpa sebab, apa yang ingin dilakukannya?

Merasakan tatapannya, Lavenia Luo mengeluarkan suatu riasan dengan tanpa memperdulikannya, kebetulan itu adalah yang biasa digunakannya: "Tante, ini aku membelikan untukmu secara pribadi."

Lagipula dia adalah ibu Charlie Xi, juga merupakan orang tuanya, tentu perlu beretika.

"Terima kasih." menerima kotak hadiah, Rainie Yu sedikit senang setelah menerima hadiah itu. Kebetulan alat riasannya juga hampir habis. Lavenia Luo ini benar-benar bisa membuat orang bahagia?

Saat berbincang, Lavenia Luo sengaja mengatakan hal-hal yang disenangi Dewi Lu, membuat orang tua tersebut tersenyum.

Tak berapa lama kemudian, Robin Xi juga membawa Laura Luo kembali.

"Nenek, aku kembali."

"Nenek." Seketika melihat Dewi Lu, wajah Laura Luo menampangkan senyuman manis. Saat melihat Lavenia Luo, senyuman yang ada di matanyanya itu hampir menghilang, kenapa dia di sini?

Saat ini Dewi Lu yang sedang berbahagia itu, mengalihkan pandangan dan menganggukkan kepala kepada kedua orang itu.

"Nenek, ini ginseng ratusan tahun yang sengaja kupilihkan untukmu, bagus untuk kesehatan." Laura Luo meletakkan kotak hadiah yang indah itu di atas meja.

"Baik sekali." Dewi Lu sedikit mengangguk, memanggil pelayan dan memerintahnya: "Simpan barang-barng yang dibawakan Lavenia dan Laura ini."

"Baik." pelayan merespon. Segera memanggil pembantu untuk membawa pergi barang-barang itu.

Laura Luo mengalihkan pandangannya. Senyuman yang ada di wajahnya mengkaku, barang-barang yang ada di atas meja semuanya barng-barang yang cocok untuk orang tua, terlebih ginseng yang dibawakannya itu, tak bisa menandinginya.

"Barang-barang ini apakah kakak yang membawakannya?" Laura Luo sangat tidak senang, namun wajahnya tak menampakkannya, bertanya dengan santai.

Melihatnya secara acuh tak acuh dengan sekilas, Lavenia Luo sedikit mengangguk: "Ya, aku yang membawakannya."

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu