Revenge, I’m Coming! - Bab 30 Jangan Saling Membongkar (1)

Edison menatap Caroline dengan dalam.

Walapun dirinya dan menantu ini tidak banyak berkomunikasi, tapi dalam ingatannya, jelas-jelas menantu dari anak tertuanya ini adalah orang yang nyalinya kecil, tapi entah dilihat dari ia 'kebetulan' bertemu dengan Nyonya Song dan berbincang denganya, atau dari sikapnya yang meminta pada dirinya langsung untuk bekerja di luar, menyebutnya bernyali kecil sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia.

"Departemen desain?" kata Edison yang langsung menangkap hal aneh dari pernyataan Caroline itu, "Mengapa departemen desain."

Hati Caroline berdebar, wajahnya menjadi kaku, sampai lupa kata-kata yang sudah ia persiapkan.

"Ayah, kalau dia ingin ke departemen desain, ya sudah biarkan saja."

Bretta tiba-tiba memotong pembicaraan mereka, "Kau saja tidak mau membelikanku mobil yang waktu itu aku taksir, untuk apa membelikannya untuk dia, apa dia punya SIM? Apa dia berani menyetir? Dan lagi, rumah itu kau belikan untuk ditinggalinya kah?"

Edison dari dulu selalu memanjakan anak perempuannya yang satu ini, kepalanya pun selalu pusing dibuatnya.

Namun Marry malah memperkeruh suasana, "Kalau Caroline memang ingin bekerja di perusahaan, ya sudah biarkan saja, bukankah kau menyuruhnya untuk berhubungan baik dengan Nyonya Song? Kalau Nyonya Song tahu dia bekerja di perusahaan, bukankah malah lebih mudah?"

Perkataannya ini sebenarnya hanyalah perkataan basa-basi saja, tapi malah langsung masuk dan mengenai hati Edison, dan ia pun tersadar, "Benar juga."

Memikirkan hal itu, ia pun setuju,

"Begini, kalau kau ingin pergi, pergilah, tapi asisten departemen desain sangat melelahkan, kapan kalau kau sudah tak sanggup lagi, kau masih bisa kembali."

Caroline pun gembira,

"Terima kasih, Ayah."

Pas sekali, Kakek (Tuan Besar) pulang, makanan pun sudah disiapkan di dapur, seisi rumah berjalan menuju ruang makan.

Karena masalah bisnis mereka sudah ada harapan, jarang-jarang Edison hari ini mengikuti semua perkataan Tuan Besar, tak peduli bagaimana pun Tuan Besar memperhitungkan masalah bisnis dengan galak, ia menjawabnya dengan sabar dari awal sampai akhir, jarang sekali suasana makan malam seakrab dan sedamai ini.

Larut malam ——

Di atas ranjang, Caroline dan Mitchell berbaring di sisi satu sama lain, kedua orang itu menarik selimutnya masing-masing, tapi sama sekali tidak mengantuk, mereka sedang memikirkan masalahnya masing-masing.

Beberapa saat kemudian, setelah Caroline membolak-balikkan badannya untuk yang ke sekian kalinya, Michell bertanya,

"Sebenarnya kau ini mau apa?"

Caroline tercengang, "Aku hanya membalikkan badan saja, kenapa kau urusi?"

Mitchell memandanginya,

"Maksudku itu perkataanmu pada ayah yang bilang kau ingin bekerja di perusahaan sebelum makan."

Mendengar itu, pandangan mata Caroline pun mendalam,

"Bukankah aku sudah bilang, aku bosan sekali di rumah, aku ingin mengerjakan sesuatu."

"Perkataanmu ini, bahkan ayah saja hampir tidak percaya."

Caroline membalikkan badannya dan sorotan matanya tepat menatap pada mata Mitchell yang kebingungan. lalu hatinya pun berdebar.

Orang ini sangat pintar dan logis, mencari alasan dan berbohong seperti apapun pasti akan ketahuan olehnya, Caroline pun menatapi mata Mitchell dengan dalam,

"Aku tidak akan menggigit kalau tidak digigit duluan, aku hanya ingin mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku saja, aku berjanji aku tidak akan merugikan keuntungan Keluarga Shao, jadi kau juga tidak usah membuang waktumu untuk mencari tahu apa penyebabnya."

"Mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikmu?"

Mitchell bertambah bingung, "Ada hubungannya dengan Keluarga Gu?"

Caroline pun gugup.

Ia tidak menyangka pemikiran Mitchell sangat cepat dan logis, ia tidak melakukan banyak hal yang besar, tapi Mitchell tetap bisa menyambungkan hubungan antara Caroline dengan Keluarga Gu.

"Apa hubunganmu dengan Keluarga Gu?"

"Kau berpikir terlalu jauh, Keluarga Gu apa," Caroline menghindari pandangannya, mencoba untuk memungkiri, "Aku dan Keluarga Gu apa itu, bisa ada hubungan apa."

"Caroline Ye."

Mitchell memanggil namanya, namun seperti berbicara dengan orang lain, "Sejak dari kau pulang, kau selalu berakting di depan semua orang, apa yang sedang kau lakukan?"

Tidak ada orang yang begitu mudahnya percaya bahwa di kehidupan ini ada "hidup kembali", jadi dengan jalan pikiran Mitchell yang logis itu, dia juga tidak bisa membayangkan apa kebenaran di balik sebuah wajah dengan dua kepribadian itu.

Caroline menenangkan dirinya,

"Kehidupan yang sesungguhnya itu bak panggung drama, semua orang pun berakting, memangnya kau tidak?"

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu