Revenge, I’m Coming! - Bab 162 Kau Kira Semalam Kau Tidur dengan Siapa

Emily sering bekerjasama dengan para actor saat syuting, adegan-adegan yang dewasa juga tak jarang ia lakukan, ini juga bukan ciuman pertamanya, tapi ini adalah ciuman pertama yang sama sekali di luar dugaannya.

Dengan refleks, Emily pun berusaha untuk melepaskan ciuman itu, tapi Gerald yang mabuk berat itu jauh lebih menjengkelkan dari dia yang biasanya, ia tak mau melepaskannya, bahkan Gerald pun membuka baju Emily dengan kasar, lalu menindih badannya, dan menciuminya dengan penuh hawa nafsu.

Emily dapat merasakan tangan Gerald yang berjalan-jalan di tubuhnya, namun dirinya tak dapat melawan, malam ini Gerald tidak terlihat jalang seperti biasanya, kedua matanya yang sangat polos dan tidak bersalah membuat Emily sulit untuk menolaknya.

Dan tak lama kemudian, kamar itu pun dipenuhi dengan suara teriakan Emily yang begitu keras,

“Gerald, dasar kau brengsek, sakit tahum sakit! Cepat keluar……”

“……”

Keesokan harinya, saat Caroline terbangun, kepalanya terasa mau pecah.

Ia membuka matanya, suara burung-burung yang sedang berkicau terdengar dari luar, baru saja ia menggerakkan badannya, rasa sakit dan lelah pun mulai menyerang di sekujur tubuh.

Tunggu sebentar, otak Caroline membeku.

Rasa sakit yang seperti ini? Rasanya dulu pernah ia rasakan?

Matanya menoleh ke bawah, ia melihat pundaknya yang terpapar jelas tanpa busana, tak usah melihat ke dalam selimut pun ia sudah bisa merasakan ketidakenakkannya saat telanjang, dan yang paling penting, ada suara percikan air terdengar dari dalam kamar mandi.

Tak usah dibayangkan pun ia tahu apa yang terjadi tadi malam!

Ya Tuhan, ia mencengkrami selimutnya, wajahnya memucat, ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam, Gerald mengajaknya minum di diskotik, mencoba untuk membuatnya mabuk, tapi akhirnya malah Gerald yang dibuatnya mabuk.

Bukan, bukan, kedua orang itu sama-sama mabuk.

Lalu?

Kepalanya kosong.

Tak mungkin Gerald dan dirinya……

Tak mungkin! Tak mungkin!

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sekuat tenaga, mencoba untuk membuang jauh-jauh pikiran itu, tapi selain bersama Gerald tadi malam ia bersama siapa lagi? Rasanya tidak ada kemungkinan lain.

Ia tak bisa menghadapi kejadian seperti ini, oleh karena itu, ia memutuskan untuk memakai pakaiannya cepat-cepat lalu kabur.

Setelah selesai mandi, Mitchell pun keluar dari kamar mandi, ia melihat selimut di atas ranjang itu sudah terbuka, tak ada orang sama sekali, yang ada hanyalah secarik kertas yang diletakkan di tepi ranjang, tulisan di atas kertas itu sangat jelek hampir tak bisa terbaca, seperti tulisan yang sengaja ditulis untuk menutupi tulisan aslinya.

Mitchell membacanya sejenak, lalu kepalanya pun terasa hampir meledak.

“Kita kan sudah sama-sama dewasa, jadi anggap saja kesalahan yang terjadi karena mabuk itu tidak ada ya – Semoga Kita Tidak Bertemu Kembali.”

Kertas itu diremas-remas oleh Mitchell, ia menggenggamnya erat dalam tangannya, seketika, pandangan matanya berubah sangat menakutkan.

Caroline Ye, kau kira kau semalam kau tidur dengan siapa?

Setelah keluar dari tempat penginapan, Caroline berlari sekencang-kencangnya, baru saja ia berlari dengan membawa kopernya sampai di pintu gerbang desa, ia tak sengaja menabrak seseorang, kedua orang itu pun jatuh, koper mereka juga terlepas dari tangan masing-masing.

“Ah……”

“Maaf.”

“Tidak apa-apa, aku juga tidak melihat jalan.”

Setelah saling meminta maaf, kedua orang itu pun melepas kacamata hitam masing-masing bersamaan, lalu saling menatap satu sama lain,

“Caroline?”

“Emily?”

Kedua orang itu memakai topi, menutupi wajahnya dengan syal tipis dan berkacamata hitam, di seluruh desa, mereka berdualah yang paling menarik perhatian, berlagak seperti orang yang ketakutan identitasnya terbongkar.

Setelah naik ke dalam mobil Caroline yang parker di depan pintu gerbang desa, kedua orang itu pun menghela nafas tenang.

“Kenapa kau di sini?”

“Aku yang seharusnya bertanya padamu, ” kata Emily sambil memelototinya, “Bukankah kau bilang kau tinggal di Hotel Miyun? Pergi ke mana kau semalam?”

“Hotel Miyun?” Caroline tercengang, lalu mencoba menjelaskan dengan bingung, “Aku merasa hotel itu tidak terlalu bagus, makanya aku memesan kamar di tempat penginapan lain.”

“Kalau begitu kenapa kau tidak memberitahuku, gara-gara kau aku……”

Tiba-tiba Emily menggigit bibirnya, matanya terbuka lebar.

“Kenapa?” Caroline bingung, “Gara-gara aku kau kenapa?”

“Gara…… Gara-gara kau aku mencarimu semalaman,”

“Kalau begitu akhirnya kau tidur di mana? Hotel Miyun?”

Emily memandanginya sejenak,

“Tentu saja tidak, aku, aku mencari hotel lain.”

Mengingat Emily yang datang jauh-jauh ke Miyun untuk mencari dirinya, hati Caroline pun berdebar kencang, ia bertanya dengan hati-hati,

“Kalau begitu, apa kau masih ingin berlibur di sini?”

“Ah?” Emily tercengang, lalu berkata dengan terbata-bata, “Aku tiba-tiba teringat, aku harus segera kembali ke lokasi syuting, aku harus menghafal skripku, kalau tidak kali ini, batal saja?”

Caroline pun lega, lalu melanjutkan,

“Benar, menghafal skrip lebih penting, tak perlu buru-buru liburan, lain kali saja kalau ada waktu.”

Jelas-jelas keuda orang itu terlihat capek, bohong saja tidak tuntas, tapi karena mereka memiliki perasaan bersalah masing-masing, mereka pun tidak saling menanyakan apa yang sebenarnya terjadi semalam, mereka hanya membiarkannya berlalu begitu saja seperti tak terjadi apa-apa.

Setelah kembali ke Kota Nan, Caroline mengantarkan Emily pulang, lalu segera pulang ke rumahnya sendiri, mandi dan mengganti pakaiannya, ia menggumpalkan baju yang ia kenakan kemarin, lalu ia buang di tempat sampah yang paling jauh, ia ingin menghapus semua bekas-bekas yang tersisa dari kejadian semalam.

Ia benar-benar tak ingat kejadian tadi malam, sama sekali tak ingat, tapi yang pasti tadi malam ia sudah tidur dengan seseorang, ia tak bisa membayangkan siapa lagi yang bisa tidur dengannya selain Gerald, saat ini pun ia tak tahu mana yang lebih buruk, tidur dengan sahabat kecilnya sendiri, atau melakukan cinta satu malam dengan pria tak dikenal.

Dipikir-pikir, bagaimanapun tubuhnya ini sudah selingkuh, tiap kali ia teringat pada Mitchell, dirinya pun selalu merasa berdosa.

Menjelang petang, terdengar suara pembantu yang sedang berbicara di bawah, Mitchell sudah pulang.

Mendegar ada suara dari luar, Caroline pun tiba-tiba menjadi tegang, ia menegakkan telinganya untuk mendengar jelas suara yang ada di luar.

‘Ting’ terdengar suara pintu lift terbuka, suara roda dari kursi roda yang bergesekan dengan lantai, dan suara pintu terbuka.

Dia pun masuk ke kamar.

“Kau sudah pulang? Se… Selamat malam.”

“Bagaimana dinasmu?” tanya Mitchell dengan datar sambil mendorong kursi rodanya masuk ke dalam.

“Lumayan, tak ada masalah apa-apa.”

“Miyun itu cantik dan indah, apa kau pergi main di sana?”

“Tidak.”

“Oh ya? Tempat itu adalah sebuah desa kuno, apa kau tidak keliling-keliling?”

“Tidak…… Desa kuno kan ya kurang lebih sama, kurasa tak ada yang menarik.”

Mitchell tidak bertanya lagi, ia melihat ke arah ruang ganti dan berkata dengan datar,

“Bantu aku ganti baju, sebentar lagi akan makan malam.”

“Oh, baik.”

Karena merasa bersalah, Caroline pun lupa kalau kaki Mitchell sebenarnya tidak lumpuh, ia benar-benar tidak sadar kalau Mitchell bisa pergi ke ruang ganti sendiri.

“Yang ini bagaimana?”

“Ya sudah, yang ini saja.” Kata Mitchell sambil berdiri dari kursi rodanya, lalu melihat Caroline.

Caroline tersadar, ia segera membalikkan tubuhnya lalu mengunci pintu ruang ganti itu agar tak ada orang yang masuk.

Saat mengganti bajunya, Caroline membalikkan badannya, ia hanya mendengar suara grusak-grusuk dari belakangnya saja.

“Apa kau minum alkohol?”

Caroline memegangi baju Mitchell yang baru ia lepaskan, ia mencium baju alkohol yang sangat menyengat, wajahnya pun berubah bingung.

“Aku tak minum alkohol, hanya makan anggur saja.”

Anggur? Caroline tercengang.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu