Revenge, I’m Coming! - Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi
Caroline tak bisa melihat dengan jelas, pinggangnya terasa berat, beberapa saat kemudian barulah ia sadar kalau ada orang yang menggendongnya, lalu setelah itu, baru ia mendorong orang itu,
"Apa yang kau lakukan? Siapa kau? Lepaskan aku."
Aroma alkohol dari mulut Caroline itu membuat Mitchell mengerutkan keningnya,
"Kau minum sebanyak apa?"
"Tidak banyak, cuma......" katanya sambil merentangkan kelima jarinya, "Lima gelas Long Island Iced Tea."
"Untuk apa kau minum alkohol sebanyak itu?"
"Aku tidak minum alkohol kok!" kata Caroline sambil tersenyum, wajahnya memerah, "Kata Gerald, itu adalah teh, bukan alkohol, lucu tidak?"
"Gerald?" Mitchell mengingat nama itu baik-baik, wajahnya sangat muram.
"Lepaskan aku," kata Caroline sambil bersendawa, bau alkoholnya tersebar sampai ke mana-mana, ia berusaha melepaskan pelukan Mitchell, namun tenaganya terlalu kecil, ia tak bisa melepaskannya,
"Apa yang kau lakukan? Aku mau makan anggur."
Mitchell mengerutkan kening, "Anggur apa? Ayo cepat tidur."
"Tidak, tidak, aku mau makan anggur."
Tiba-tiba, ia terlepas dari pelukan Mitchell, lalu terjatuh di lantai, tangan kakinya memeluk sumur itu erat-erat dan tak mau melepaskannya.
Melihat kejadian itu, Mitchell pun ternganga.
Orang macam apa dia ini?
"Pergi atau tidak?"
"Tidak."
Setelah bertengkar beberapa saat, Mitchell pun akhirnya melihat-lihat sekitarnya, lalu menunjuk ke arah rak anggur di halaman itu dan berkata, "Yang di situ itu kan, akan kupetikkan untukmu, setelah itu kau harus kembali ke kamar dan tidur."
"Bukan yang itu!" Caroline mulai menendang-nendang dengan wajah kesal, "Yang ini, yang ini."
"Mana?"
"Ini!" Caroline menunjuk ke sumur itu, seluruh lengannya masuk ke dalam sumur, "Di dalam."
Mitchell pun pasrah melihat kelakuan Caroline yang marah-marah dengan manja seperti anak kecil, ia pun mengambil ember kayu berisi anggur yang didinginkan di dalam sumur itu.
Dalam ember itu ada dua tangkai anggur yang sedang didinginkan.
"Boleh pergi kan sekarang?"
"Aku mau makan anggur."
"Makan di kamar."
Kemudian Mitchell mengangkat Caroline ke pundaknya, tangan sebelahnya membawa ember kayu itu, ia berjalan ke lantai atas sambil memukul pantat Caroline keras-keras,
"Tak boleh minum alkohol lagi."
Sesampainya di kamar, Mitchell menurunkan Caroline, ia meletakkannya di atas ranjang dengan hati-hati, sepertinya ia sudah lupa dengan anggurnya, ia memejamkan matanya sambil menggerak-gerakkan mulutnya, seperti bermimpi sedang mengunyah sesuatu.
Melihat kelakuan Caroline itu, Mitchell sungguh tidak tahan ingin mengangkatnya lalu memukulinya, menjengkelkan sekali.
Susah payah dirinya datang ke Miyun untuk mencarinya, tapi Caroline malah mabuk-mabukan sampai tidak mengenalinya, sia-sia ia menanggung resiko terlihat oleh orang lain.
"Anggur......"
Kata seseorang sambil cemberut.
Bermimpi pun tak lupa dengan anggur-anggurnya, Mitchell tak bisa berkata apa-apa, ia pun mengambil ember kayu yang ada di sebelah ranjang, lalu memetik sebuah anggur dan meletakkannya di bibir Caroline.
Dengan cepat, Caroline pun menjilat-jilat bibirnya, lalu bibirnya mulai maju ke depan, berusaha untuk memasukkan anggur itu ke dalam mulutnya, tapi tak sengaja, ia malah mengenai jari Mitchell, sentuhan yang hangat itu sungguh mengguncang hati Mitchell.
Mitchell tercengang, lalu ia pun membungkukkan badannya dan mencium bibir Caroline.
Anggur yang dingin itu mengeluarkan air yang asam dan manis, belum sampai Caroline menikmati rasanya, anggur itu sudah habis dalam mulut Mitchell.
"Uh......" Caroline membuka matanya dengan kesal, ia memeluk leher Mitchell, dan mencium Mitchell.
Anggur itu terus mondar-mandir di antara bibir dan gigi mereka, sampai akhirnya lenyap tak bersisa.
Lampu di kamar itu belum menyala, seisi kamar hanya diterangi dengan sinar rembulan yang memancar dari luar jendela, di luar terdengar suara-suara serangga dan katak yang berkeliaran, ditambah dengan suara kasur bambu yang terus berdecit.
Mitchell tak dapat menahan nafsunya lagi, ia menelanjangi wanita yang ada di bawahnya itu dengan cepat, lalu memenuhi sekujur tubuhnya dengan ciuman dan cupang, tubuh Caroline yang putih bersih dan indah tampak seperti ukiran yang sempurna, sangat menggairahkan.
Seketika Mitchell mendorong masuk ke dalamnya, Caroline pun menggigit bibirnya, lalu menangis sedih,
"Ah...... Huhuhu...... Anggruku."
Mitchell memegangi pinggangnya, lalu berkata dengan lembut, "Sayang, nanti akan kuberikan padamu ya."
Suara decitan ranjang itu bertambah keras, awalnya terasa sangat sakit, Caroline pun menangis kesakitan, kuku-kukunya mencengkrami pundak Mitchell dengan keras, berusaha mundur sekuat tenaga,
"Ah...... Sakit, sakit."
Mana mungkin Mitchell mau melepaskannya, ia menekannya keras-keras agar Caroline tidak bergerak, sekali dua kali selalu berteriak kesakitan, oleh karena itu ia harus terus latihan, lama kelamaan sudah tidaka akn sakit lagi.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun memasuki alam surga, meski Mitchell melepaskan tangannya, Caroline juga tidak menghindar lagi, tubuhnya yang lembut itu terasa seperti menyambut dorongan Mitchell dengan ramah, setelah menemukan posisi yang nyaman, ia pun mengeluarkan suara pelan yang sangat menggoda, Mitchell tak dapat menahannya lagi, ia pun melahap habis tubuh wanita itu malam ini.
Serangga dan katak terus bernyanyi, seperti sedang melengkapi suara goyangan kasur bambu dalam kamar itu, suaranya terdengar sangat menggoda.
Saat itu pula, di depan kamar Hotel Miyun ——
Emily memandangi plat nomor pintu kamar hotel di depannya itu, lalu memasukkan kata sandi yang dikirimkan oleh Caroline, sambil berbicara,
"Kamar yang ini kan."
Setelah memasukkan kata sandi, pintu kamar itu pun terbuka, lalu ia mendorong pintu itu dengan senang dan masuk ke dalam.
Baru berjalan dua langkah, dia tiba-tiba mencium bau alkohol yang sangat menyengat, di atas ranjang ada sebuah 'gunung' yang menjulang tinggi, Emily pun berceloteh kesal sambil menyilangkan tangannya.
"Kau benar-benar pergi disko? Minum berapa banyak kau, kenapa tidak mengajakku."
Orang yang ada di atas ranjang itu tidak membalasnya, Emily pun kesal,
"Hey, Caroline, aku ini datang untuk main denganmu, kau ini benar-benar mabuk ya? AKu baru saja datang, aku masih belum makan,"
Sambil berbicara, ia membuka selimut yang menutupi orang itu, "Pokoknya kau harus menemaniku makan......"
Kata "malam" pun segera ditelannya mentah-mentah, ia berteriak keras dan mundur beberapa langkah, dan langsung terjatuh ke lantai.
"Ya Tuhan...... Gerald?" Ia tak percaya apa yang dilihatnya.
Gerald seorang pria yang tingginya seratus delapan puluh lima senti itu kedua tangannya diikat erat-erat dengan tali jubah mandi, sekujur tubuhnya terbaring di atas ranjang seperti udang yang mati kekeringan, mulutnya juga disumbat dengan kaos kaki.
"Kenapa kau di sini?"
"Huhuhu......" mata Gerald yang memerah memandangi Emily.
Emily pun tersadar, lalu mengambil kaos kaki yang membungkam mulut Gerald itu, "Katakanlah,"
"Satu gelas lagi."
Bau alkohol yang tercium ke hidung Emily membuat Emilu marah, ingin rasanya dia mengembalikan kaos kaki itu pada mulutnya, "Kau minum seberapa banyak hah?"
Jelas Gerald sedang mabuk berat, ia tak bisa mengenali Emily, dan memintanya minum satu gelas lagi, Emily akhirnya membuka ikatan tangannya, tapi Gerald malah bermain suit dengan dirinya sendiri.
"Dam dam suit......"
"Suit suit kepalamu peyang?" Emily membawa sebuah handuk hangat dari kamar mandi, lalu membasuh wajah Gerald dengan paksa, "Kotor sekali, menjijikkan sekali kau ini...... Aku sudah pernah bilang jangan pergi ke diskotik sembarangan, kau kira kau ini hebat dalam merayu wanita, kalau kau bertemu dengan yang lebih hebat, kau pasti akan......"
Gerald memandanginya sambil mengedip-kedipkan matanya.
"Kenapa memandangiku seperti itu?"
Tiba-tiba, sebuah tangan yang besar menekan kepala Emily dari belakang, tubuhnya terdorong ke bawah, lalu bibirnya tepat mengenai bibir Gerald.
Seketika, Emily pun tercengang.
Novel Terkait
After Met You
AmardaDiamond Lover
LenaLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieIstri Yang Sombong
JessicaPria Misteriusku
LylyCantik Terlihat Jelek
SherinRevenge, I’m Coming!×
- Bab 1 “Terlahir Kembali”
- Bab 2 Gangguan Robert Shao
- Bab 3 Mitchell Shao Muncul !
- Bab 4 Kalau Begitu Dia Seharusnya Tidur Dimana?
- Bab 5 Kehidupan Masa Lalunya – Beatrice Gu
- Bab 6 Otak Saya Sudah Menjadi Bodoh
- Bab 7 Melihat Sebuah Adegan Yang Menggoda!
- Bab 8 Bantu Melayani Saya Mandi
- Bab 9 Trikmu Buruk Sekali
- Bab 10 Aku Mau Tidur Di Ranjangmu
- Bab 11 Pelayan Itu Adalah Pembantu Marry?
- Bab 12 Terima Kasih Bu
- Bab 13 Mari Kita Melakukan Transaksi
- Bab 14 Blake Lu, Kita Berjumpa Lagi
- Bab 15 Mencuri Gambar Beatrice Gu
- Bab 16 Ini Barang Palsu?
- Bab 17 Konflik
- Bab 18 Love Of The City
- Bab 19 Siapa Kamu sebenarnya?
- Bab 20 Cara Main Yang Menyenangkan Ini?
- Bab 21 Kalau Tidak Ingin Mati, Tutup Mulutmu
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (1)
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (2)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks?(1)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks? (2)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke (1)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke? (2)
- Bab 25 Apakah Bibir Ini Pernah Bercahaya (1)
- Bab 25 Apakak Bibir Ini Pernah bercahaya (2)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(1)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(2)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (1)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (2)
- Bab 28 Apakah Kamu Mengenali Beatrice Gu? (1)
- Bab 28 Apakah Kamu Kenal Dengan Beatrice Gu? (2)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (1)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (2)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (1)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (2)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang pun yang Baik (1)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang Pun Yang Baik (2)
- Bab 42 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (1)
- Bab 32 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (2)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (1)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (2)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Brengsek (1)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Bengsek (2)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (1)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (2)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(1)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(2)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa (1)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa(2)
- Bab 38 Kapan bisa Hamil? (1)
- Bab 32 Kapan bisa Hamil? (2)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (1)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (2)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (1)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (2)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (1)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (2)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (1)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (2)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(1)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(2)
- Bab 44 Orang Berkuasa Mengancam Orang Yang Lemah(1)
- Bab 44 Orang Berkuasa Menindas Orang Yang Lemah(2)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(1)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(2)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (1)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (2)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (1)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (2)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (1)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (2)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (1)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (2)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia(1)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia (2)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (1)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (2)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam(1)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam (2)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (1)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (2)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (1)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (2)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (1)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (2)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (1)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (2)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (1)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (2)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (1)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (2)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (1)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (2)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (1)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (2)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (1)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (2)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (1)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (2)
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya (2)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan(1)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan (2)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (1)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (2)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (1)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (2)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(1)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(2)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (1)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (2)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (1)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (2)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun (1)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun(2)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (1)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (2)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (1)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (2)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (1)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (2)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (1)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (2)
- Bab 75 Aku bisa membantu kamu (1)
- Bab 75 Aku bisa bantu kamu (2)
- Bab 76 Kamu selalu membohongiku (1)
- Bab 76 Kamu Selalu Membohongiku(2)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Dengan Maksimal (1)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Maksimal (2)
- Bab 78 Jujur Sedikit, Kakak Ipar (1)
- Bab 78 Jangan Bermacam-macam, Kakak Ipar (2)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa(1)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa (2)
- Bab 80 Aku Yang Menemani Dia Pergi (1)
- Bab 80 Aku Temani Dia Pergi (2)
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapiku
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapi Aku (2)
- Bab 82 Apa yang akan Kamu Lakukan?
- Bab 83 Suami Istri yang Sehati
- Bab 84 Bentuk Badan Pria Club Lebih Bagus dari Aku?
- Bab 85: Apakah Pacar Masa Kecil?
- Bab 86 Dia Telah Kehilangan Banyak Berat Badan
- Bab 87 Aku Tidak Begitu Bodoh
- Bab 88 Tapi Dia Pernah Dipenjara
- Bab 89 Kaki dia baik-baik saja
- Bab 90 Kamu Sudah Gila?
- Bab 91 Tinggalkan, Jangan Dibereskan
- Bab 92 Saya Tidak Tertarik Untuk Mengetahui Hal-hal Ini
- Bab 93 Tengah Malam Seperti Ini Kamu Ingin Menakuti Aku
- Bab 94 Seharusnya Tidak Beracun
- Bab 95 Apakah Saya Datang Dalam Waktu Yang Tidak Tepat
- Bab 96 Saya Biasanya Suka Menyimpan Senjata Terakhir
- Bab 97 Ular dan Tikus dalam Satu Kandang yang Sama
- Bab 98 Dasar Kamu Pemfitnah
- Bab 99 CEO Lu, Apakah Kamu Pernah Membunuh Orang?
- Bab 100 Tuan Muda Bermalam di Sana
- Chapter 101 Rasa Penasaran Bisa Membunuh Diri Sendiri.
- Chapter 102 Aku Mengira Kamu Tidak Bisa Tertawa Lagi
- Chapter 103 Memiliki Kebiasaan Memeluk Sewaktu Tidur
- Chapter 104 Halaman Belakang Pasti Terbakar
- Bab 105 Kamu Tahu Apa Yang Paling Penting Bagiku
- Bab 106 Sepertinya Aku Tidak Terlalu Pantas Untuk Pergi
- Bab 107 Kamu Sebenarnya Bukanlah Caroline Ye
- Chapter 108 Seberapa besar pun pengorbanan itu sangat layak
- Chapter 109 Kamu Tidak Perlu Untuk Berakting Lagi
- Chapter 110 Apakah Terasa Panas
- Chapter 111 Harus Melakukan Kewajiban Mu Sebagai Seorang Istri
- Chapter 112 Demi Melindungi Keluarga Nya Itu
- Bab 113 Terlihat Mesum Dari Mana-mana
- Bab 114 Beri Kamu Kelas Tambahan Tidak Perlu Menyalakan Lampu
- Bab 115 Pertama Kalinya Membawa Kakak Ipar Kemari
- Bab 116 Bertemu Dengan Teman Sekelas
- Bab 117 Giok Punya Manfaat Baik Untuk Seseorang, Sangat Cocok Dengan Mu
- Bab 118 Aku Benar-Benar Tidak Mengenalmu
- Bab 119 Hati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu
- Bab 120 Atas Dasar Apa Aku Harus Membantumu
- Bab 121 Semuanya Adalah Si Egois
- Bab 122 Nyonya Seperti Menang Dalam Sebuah Peperangan
- Bab 123 Biarkan Es Batunya di Mulutmu
- Chapter 124 Sudah Lama Melihatnya Dan Sudah Terbiasa
- Chapter 125 Untungnya Masih Ada Yang Peduli
- Chapter 126 Apakah Kamu Sedang Jatuh Cinta?
- Chapter 127 Wanita Seperti Itu,Tidak Bisa Di Harapkan Lagi
- Chapter 128 Masih Belum Siap Untuk Memiliki Seorang Anak
- Chapter 129 Apakah Kamu Merindukan Dia Lagi
- Chapter 130 Pastinya,Pilihan Ku Sangatlah Bagus
- Bab 131 Aku Adalah Bajingan, Jika Aku Berbohong Kepadamu.
- Bab 132 Nafsu Tidak Membedakan Lelaki dan Wanita
- Bab 133 Keluarga Ini Sangat Mencurigakan
- Bab 134 Seseorang menginginkan hidupnya
- Bab 135 Aku tidak berani pergi denganmu.
- Bab 136 Tidak menjelaskan kebohongan?
- Bab 137 Pembunuhan yang Disengaja
- Bab 138 Apakah Kamu Berani Mengatakan Kalau Kamu Cinta Dia?
- Bab 139 Seperti orang asing
- Bab 140 Menyuruh Pembantu Perempuan Mandi Bersama?
- Bab 141 Aku Suka Lihat Kamu Cemburu
- Bab 142 Hati dan Orangnya, Aku Menginginkan Semuanya
- Bab 143 Lain Kali Tidak perlu Menyiapkan Obat
- Bab 144 Bagaimana Kalau Aku Menebak?
- Bab 145 Lebih Baik Anda Pulang Saja
- Bab 146 Mengeluarkan Uang Empat Miliar Dalam Tiga Hari
- Bab 147 Wanita Ini Adalah Orang Gila
- Bab 148 Masih Bisa Bersabar Dan Tidak Melakukan Apapun?
- Bab 149 Dia Tampak Seperti Mengetahui Segalanya
- Bab 150 Salah Memukul Orang
- Bab 151 Aku Tidak Percaya Dengan Hantu Dan Arwah
- Bab 152 Memangnya Kamu Ini Apa
- Bab 153 Caroline Ye, Kau Sudah Melewati Batas
- Bab 154 Kau Ingin Aku Tidur di Kamar Sebelah?
- Bab 155 Kemungkinan Seratus Persen
- Bab 156 Beribu-Ribu Macam Kesedihan
- Bab 157 Tuan Muda, Kabulkan Permintaanku Sekali ini Saja
- Bab 158 Kau Adalah Seorang Master Negosiasi
- Bab 159 Bersedia Tertipu
- Bab 160 Anak Kecil, Kau Mau Melawanku?
- Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi
- Bab 162 Kau Kira Semalam Kau Tidur dengan Siapa
- Bab 163 Beritahu Aku, Siapa Gerald Si?
- Bab 164 Kenapa Harus Pindah?
- Bab 165 Balas Dendam Ini Sangat Dalam
- Bab 166 Kamu Merasa Sangat Memalukan?
- Bab 167 Melihat Kejadian Itu Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 168 Keahlian Memasak Yang Buruk.
- Bab 169 Tolong.
- Bab 170 Takutnya Bukan Meragukan.
- bab 171 Di dunia ini apa benar benar ada hantu?
- Bab 172 Cuma tidak membenci saja
- Bab 173 Cuma menyisakan beberapa jalan saja
- Bab 174 Apakah Beatrice Gu sebenarnya tidak meninggal
- Bab 175 Kamu mengerjai orang lain
- Bab 176 Apakah pria bisa diandalkan?
- Bab 177 Masuk Perangkap
- Bab 178 Tuan, orang-orang sudah gila
- Bab 179 CEO Ye, CEO Ye, skandal mengenai Anda telah menjadi headline
- Bab 180 Jangan khawatir tentang itu?
- Bab 181 Apakah Kamu Sudah Gila?
- Bab 182 Ending