Revenge, I’m Coming! - Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi

Caroline tak bisa melihat dengan jelas, pinggangnya terasa berat, beberapa saat kemudian barulah ia sadar kalau ada orang yang menggendongnya, lalu setelah itu, baru ia mendorong orang itu,

"Apa yang kau lakukan? Siapa kau? Lepaskan aku."

Aroma alkohol dari mulut Caroline itu membuat Mitchell mengerutkan keningnya,

"Kau minum sebanyak apa?"

"Tidak banyak, cuma......" katanya sambil merentangkan kelima jarinya, "Lima gelas Long Island Iced Tea."

"Untuk apa kau minum alkohol sebanyak itu?"

"Aku tidak minum alkohol kok!" kata Caroline sambil tersenyum, wajahnya memerah, "Kata Gerald, itu adalah teh, bukan alkohol, lucu tidak?"

"Gerald?" Mitchell mengingat nama itu baik-baik, wajahnya sangat muram.

"Lepaskan aku," kata Caroline sambil bersendawa, bau alkoholnya tersebar sampai ke mana-mana, ia berusaha melepaskan pelukan Mitchell, namun tenaganya terlalu kecil, ia tak bisa melepaskannya,

"Apa yang kau lakukan? Aku mau makan anggur."

Mitchell mengerutkan kening, "Anggur apa? Ayo cepat tidur."

"Tidak, tidak, aku mau makan anggur."

Tiba-tiba, ia terlepas dari pelukan Mitchell, lalu terjatuh di lantai, tangan kakinya memeluk sumur itu erat-erat dan tak mau melepaskannya.

Melihat kejadian itu, Mitchell pun ternganga.

Orang macam apa dia ini?

"Pergi atau tidak?"

"Tidak."

Setelah bertengkar beberapa saat, Mitchell pun akhirnya melihat-lihat sekitarnya, lalu menunjuk ke arah rak anggur di halaman itu dan berkata, "Yang di situ itu kan, akan kupetikkan untukmu, setelah itu kau harus kembali ke kamar dan tidur."

"Bukan yang itu!" Caroline mulai menendang-nendang dengan wajah kesal, "Yang ini, yang ini."

"Mana?"

"Ini!" Caroline menunjuk ke sumur itu, seluruh lengannya masuk ke dalam sumur, "Di dalam."

Mitchell pun pasrah melihat kelakuan Caroline yang marah-marah dengan manja seperti anak kecil, ia pun mengambil ember kayu berisi anggur yang didinginkan di dalam sumur itu.

Dalam ember itu ada dua tangkai anggur yang sedang didinginkan.

"Boleh pergi kan sekarang?"

"Aku mau makan anggur."

"Makan di kamar."

Kemudian Mitchell mengangkat Caroline ke pundaknya, tangan sebelahnya membawa ember kayu itu, ia berjalan ke lantai atas sambil memukul pantat Caroline keras-keras,

"Tak boleh minum alkohol lagi."

Sesampainya di kamar, Mitchell menurunkan Caroline, ia meletakkannya di atas ranjang dengan hati-hati, sepertinya ia sudah lupa dengan anggurnya, ia memejamkan matanya sambil menggerak-gerakkan mulutnya, seperti bermimpi sedang mengunyah sesuatu.

Melihat kelakuan Caroline itu, Mitchell sungguh tidak tahan ingin mengangkatnya lalu memukulinya, menjengkelkan sekali.

Susah payah dirinya datang ke Miyun untuk mencarinya, tapi Caroline malah mabuk-mabukan sampai tidak mengenalinya, sia-sia ia menanggung resiko terlihat oleh orang lain.

"Anggur......"

Kata seseorang sambil cemberut.

Bermimpi pun tak lupa dengan anggur-anggurnya, Mitchell tak bisa berkata apa-apa, ia pun mengambil ember kayu yang ada di sebelah ranjang, lalu memetik sebuah anggur dan meletakkannya di bibir Caroline.

Dengan cepat, Caroline pun menjilat-jilat bibirnya, lalu bibirnya mulai maju ke depan, berusaha untuk memasukkan anggur itu ke dalam mulutnya, tapi tak sengaja, ia malah mengenai jari Mitchell, sentuhan yang hangat itu sungguh mengguncang hati Mitchell.

Mitchell tercengang, lalu ia pun membungkukkan badannya dan mencium bibir Caroline.

Anggur yang dingin itu mengeluarkan air yang asam dan manis, belum sampai Caroline menikmati rasanya, anggur itu sudah habis dalam mulut Mitchell.

"Uh......" Caroline membuka matanya dengan kesal, ia memeluk leher Mitchell, dan mencium Mitchell.

Anggur itu terus mondar-mandir di antara bibir dan gigi mereka, sampai akhirnya lenyap tak bersisa.

Lampu di kamar itu belum menyala, seisi kamar hanya diterangi dengan sinar rembulan yang memancar dari luar jendela, di luar terdengar suara-suara serangga dan katak yang berkeliaran, ditambah dengan suara kasur bambu yang terus berdecit.

Mitchell tak dapat menahan nafsunya lagi, ia menelanjangi wanita yang ada di bawahnya itu dengan cepat, lalu memenuhi sekujur tubuhnya dengan ciuman dan cupang, tubuh Caroline yang putih bersih dan indah tampak seperti ukiran yang sempurna, sangat menggairahkan.

Seketika Mitchell mendorong masuk ke dalamnya, Caroline pun menggigit bibirnya, lalu menangis sedih,

"Ah...... Huhuhu...... Anggruku."

Mitchell memegangi pinggangnya, lalu berkata dengan lembut, "Sayang, nanti akan kuberikan padamu ya."

Suara decitan ranjang itu bertambah keras, awalnya terasa sangat sakit, Caroline pun menangis kesakitan, kuku-kukunya mencengkrami pundak Mitchell dengan keras, berusaha mundur sekuat tenaga,

"Ah...... Sakit, sakit."

Mana mungkin Mitchell mau melepaskannya, ia menekannya keras-keras agar Caroline tidak bergerak, sekali dua kali selalu berteriak kesakitan, oleh karena itu ia harus terus latihan, lama kelamaan sudah tidaka akn sakit lagi.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun memasuki alam surga, meski Mitchell melepaskan tangannya, Caroline juga tidak menghindar lagi, tubuhnya yang lembut itu terasa seperti menyambut dorongan Mitchell dengan ramah, setelah menemukan posisi yang nyaman, ia pun mengeluarkan suara pelan yang sangat menggoda, Mitchell tak dapat menahannya lagi, ia pun melahap habis tubuh wanita itu malam ini.

Serangga dan katak terus bernyanyi, seperti sedang melengkapi suara goyangan kasur bambu dalam kamar itu, suaranya terdengar sangat menggoda.

Saat itu pula, di depan kamar Hotel Miyun ——

Emily memandangi plat nomor pintu kamar hotel di depannya itu, lalu memasukkan kata sandi yang dikirimkan oleh Caroline, sambil berbicara,

"Kamar yang ini kan."

Setelah memasukkan kata sandi, pintu kamar itu pun terbuka, lalu ia mendorong pintu itu dengan senang dan masuk ke dalam.

Baru berjalan dua langkah, dia tiba-tiba mencium bau alkohol yang sangat menyengat, di atas ranjang ada sebuah 'gunung' yang menjulang tinggi, Emily pun berceloteh kesal sambil menyilangkan tangannya.

"Kau benar-benar pergi disko? Minum berapa banyak kau, kenapa tidak mengajakku."

Orang yang ada di atas ranjang itu tidak membalasnya, Emily pun kesal,

"Hey, Caroline, aku ini datang untuk main denganmu, kau ini benar-benar mabuk ya? AKu baru saja datang, aku masih belum makan,"

Sambil berbicara, ia membuka selimut yang menutupi orang itu, "Pokoknya kau harus menemaniku makan......"

Kata "malam" pun segera ditelannya mentah-mentah, ia berteriak keras dan mundur beberapa langkah, dan langsung terjatuh ke lantai.

"Ya Tuhan...... Gerald?" Ia tak percaya apa yang dilihatnya.

Gerald seorang pria yang tingginya seratus delapan puluh lima senti itu kedua tangannya diikat erat-erat dengan tali jubah mandi, sekujur tubuhnya terbaring di atas ranjang seperti udang yang mati kekeringan, mulutnya juga disumbat dengan kaos kaki.

"Kenapa kau di sini?"

"Huhuhu......" mata Gerald yang memerah memandangi Emily.

Emily pun tersadar, lalu mengambil kaos kaki yang membungkam mulut Gerald itu, "Katakanlah,"

"Satu gelas lagi."

Bau alkohol yang tercium ke hidung Emily membuat Emilu marah, ingin rasanya dia mengembalikan kaos kaki itu pada mulutnya, "Kau minum seberapa banyak hah?"

Jelas Gerald sedang mabuk berat, ia tak bisa mengenali Emily, dan memintanya minum satu gelas lagi, Emily akhirnya membuka ikatan tangannya, tapi Gerald malah bermain suit dengan dirinya sendiri.

"Dam dam suit......"

"Suit suit kepalamu peyang?" Emily membawa sebuah handuk hangat dari kamar mandi, lalu membasuh wajah Gerald dengan paksa, "Kotor sekali, menjijikkan sekali kau ini...... Aku sudah pernah bilang jangan pergi ke diskotik sembarangan, kau kira kau ini hebat dalam merayu wanita, kalau kau bertemu dengan yang lebih hebat, kau pasti akan......"

Gerald memandanginya sambil mengedip-kedipkan matanya.

"Kenapa memandangiku seperti itu?"

Tiba-tiba, sebuah tangan yang besar menekan kepala Emily dari belakang, tubuhnya terdorong ke bawah, lalu bibirnya tepat mengenai bibir Gerald.

Seketika, Emily pun tercengang.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu