Revenge, I’m Coming! - Bab 122 Nyonya Seperti Menang Dalam Sebuah Peperangan
Malam telah tiba, di halaman rumah tua Keluarga Shao, Ajudan dan Mitchell Shao sedang duduk di Gazebo.
Angin sepoi-sepoi, tercampur dengan suara Ajudan Xun,
“Sky berkata, Nyonya tiba ke rumah Keluarga Ye tidak lama, saat sebelum meninggalakan sana, Keluarga Ye tiba-tiba bertengkar, dalam rumahnya kacau balau, ia mengatakan bahwa sekeluarga saling berpukul.”
“Nyonya tidak terluka kan?”
“Tidak, meninggalkan rumah Ye dengan utuh, Sky berkata bahwa saat Nyonya keluar dari rumah Ye tersebut kelihatan seperti sangat semangat, seolah-olah menang dari sebuah peperangan, Keluarga Ye sana bertengkar dengan hebat, Sky sudah melaporkan masalah ini ke polisi saat ia meninggalkan rumah Ye, saat ini mungkin polisi sudah sampai disana.”
“Apakah kamu tahu Keluarga Ye menyuruh Nyonya ke sana karena apa?”
“Tidak perlu tanya ke anggota Keluarga Ye juga sudah dapat menebaknya, Barang-barang Thomas Ye baru-baru ini di sita oleh pihak Bea Cukai, sepertinya masalah ini sangat krusial, menimbulkan kerugian yang lumayan besar bagi perusahaan Thomas Ye, saya sudah bertanya pada pihak Bea Cukai, sebenarnya tidak ada masalah besar, hanya karena dia ingin mempercepat proses pengiriman barang, sehingga dia langsung melakukan pengiriman barang tanpa menaati prosedur administrasi, Pak Ketua, apakah kita perlu menyapa kepada pihak Bea Cukai? ”
“Tidak perlu, jika butuh bantuan, dia akan datang mencari saya.”
“Namun melihat sikap Nyonya terhadap Keluarga Ye, sepertinya ia tidak akan ikut campur dalam masalah ini.”
“Dia tidak akan ikut campur.”
Setelah mendegar kata-kata tersebut, Ajudan Xun mengerutkan kening dan berkata, “Pak Ketua, apakah Anda tidak merasa Nyonya sedikit tega terhadap keluarganya, bagaimana pun itu Ayahnya, walaupun ia tidak memperlakukannya Nyonya dengan baik, tetapi membuat mereka sampai tidak punya jalan keluar, sepertinya kurang baik juga.
“Anak itu sudah sangat tersiksa dari ia masih kecil, kamu tidak dapat merasakannya.”
Pembicaraan sedang berlangsung, terdengar suara mobil datang dari depan rumah.
Ajudan Xun dengan kesadaran diri berkata,
“Sepertinya Nyonya sudah pulang, kalu begitu saya pulang terlebih dahulu.”
Mitchell Shao menganggukkan kepala, menghabiskan teh dalam gelas, menikmati bulan dalam gazebo seolah-seolah seperti tidak terjadi apa-apa.
Caroline Ye memparkirkan mobil dan masuk ke dalam rumah, bertemu dengan Ajudan Xun, dengan sopan ia bersapa,
“Tuan Muda sedang menunggu Anda di dalam gazebo.”
“Dia menunggu aku? “Caroline Ye berjalan mengarah ke gazebo, ia melihat Mitchell Shao sedang duduk di sana.
Ini matahari terbit dari barat bukan sih?
Suasana hati Caroline Ye sangat baik, dia memainkan kunci yang di tangannya sambil berjalan ke arah gazebo, ia mendekatkan diri dari belakang Mitchell Shao, awalnya dia ingin membuat Mitchell Shao terkejut, namun baru mendekat saja, tiba-tiba terdengar suaranya, berkata,
“Kenapa pulangnya malam sekali, pergi kemana?”
“Kamu mengagetkan saya, “Caroline Ye mengelus dada, kunci mobil pun terjatuh karena kaget, baru menenangkan diri setelah menarik nafas dengan dalam.
Mitchell Shao membungkuk dan membantunya untuk mengambil kunci, “Pergi kemana?”
“Tadi aku pulang ke rumah.”
“Kenapa? Ada masalah apa?”
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Rumah harus bermasalah dulu saya baru pulang?”
“Kalau tidak, apa?”
“Tidak ada apa-apa, saya cuman pulang untuk lihat-lihat saja.”
Dia tidak pernah menceritakan tentang Keluarga Ye membutuhkan bantuannya, dan ini juga di dalam dugaan Mitchell Shao.
“Suasana hatimu sedang bagus ya, kok bisa nikmati pemandangan bulan di sini?”
“Nikmati angin sepoi-sepoi, udara di dalam ruangan kurang bagus.”
Mitchell Shao bukanlah orang yang menarik, tetapi Caroline Ye orangnya lebih cerewet, jadi selalu Caroline Ye yang mencari segala macem topik, angin malam sepoi sepoi, memang lebih nyaman dari pada berada di dalam ruangan.
“Coba kamu pikirkan, di kehidupan manusia ini, harus bagaimana agar tidak menyia-nyiakan hidup?”
Mitchell Shao menatapnya dari samping, melihat dia meletakkan kedua tangan di bawah dagu dan melihat ke bulan, tatapannya seperti sangat linglung.
“Menjadi orang yang jujur dan berhati nurani baik.”
“Terdengar sangat puitis, namun sangat bijak juga, “Caroline Ye kemudian menatapnya, “Tetapi bagaimana dengan orang yang dari sananya sudah jahat, jangakan berhati Nurani baik, pokoknya orang yang sangat buruk itu, bagaimana mereka menjalani kehidupannya?”
Mitchell Shao tidak menjawabnya, namun tatapannya kepadanya semakin mendalam.
Pertanyaan tentang kehidupan ini, ia sudah bukan pertama kali mendengarkannya dari Caroline Ye, dia sudah sering berbicara saat sedang bermimpi, sudah sering menangis dalam mimpi tersebut, berteriak memanggil Ayah dan Ibu, terkadang juga bisa meneriakkan perkataan seperti “Saya benci kamu,”
Mungki terdengar sangat dramatis, awalnya Mitchell Shao tidak pernah menyimpannya di dalam hati, namun mimpi buruk seperti itu sudah sering terulang-ulang dalam malamnya Caroline Ye.
Pernah suatu hari tangisannya sudah terlalu keras, Mitchell Shao tidak tega melihatnya menangis seperti itu, ia menepuk Caroline dengan pelan, Caroline seolah-olah seperti kucing kecil meringkuk ke dalam pelukkannya dan tidak ingin pergi.
“Gugugugu……”
Suara aneh tiba-tiba terdengar di dalam gazebo tersebut.
Mitchell Shao spontan melihat ke arahnya.
“Uhuk uhuk…..” Dengan kaku ia pura-pura batuk, “ini kan sudah alamiahnya manusia, saya kan belum kenyang langsung pulang ke rumah.”
Waktu itu sudah lewat jam makan malam Keluarga Shao, untungnya ada pembantu yang berganti shift kerja di dalam dapur, sedang memasak wonton untuk Caroline Ye.
“Bibi, tolong berikan saya cabe yang lebih banyak ya, saya suka yang pedas.”
“Baik.”
Caroline Ye duduk di meja makan, sering menatap ke dalam dapur, seolah-olah sudah tidak sabra ingin langsung menyantap sup wonton tersebut.
Masak wonton ini sangat cepat, tidak sampai 10 menit, pembantu sudah membawa semangkok wonton ke meja makan.
“Makasih Bibi.”
Mulut Caroline Ye sangat manis, tidak lama ia pindah ke rumah, pembantu di rumah sangat suka kepadanya.
“Sama-sama, kalau sudah siap makan nanti saya yang membereskannya saja, saya pamit dulu, Nyonya dan Tuan cepatlah beristirahat.”
“Iya, Baik.”
Setelah ia selesai berkata, Caroline Ye langsung mengambil wonton dengan sendok makan, kemudian meniupnya agar meredakan panasnya wonton tersebut, namun saat makan ia tetap kena panasnya wonton, ia terus menarik nafas “sss…huu..sss…huuu”, wajah kecilnya pun menjadi merah.
“Haha…..”
Dia kira dia sendiri salah mendengar, mengangkat kepala dan melihat Mitchell Shao yang duduk di depannya sedang tertawa, ia menjadi bingung saat itu.
Sejak dia masuk ke Keluarga Shao, dia hampir tidak pernah melihat Mitchell Shao tertawa, wajah tersebut selalu dengan ekspresi yang sama.
“Apa yang kamu tertawakan? “wajahnya pun jadi merah, “Apa yang lucu?”
Mitchell Shao mendorong kursi rodanya, mendekat ke meje makan, “Enak kah?”
“Tentu enak.”
Caroline Ye mengerutkan kening, mengamankan makanannya seperti ada yang ingin merebutnya, "Saya tidak makan malam tadi, kalau kamu mau, kamu minta tolong bibi buatkan kamu semangkok lagi, jangan harap bisa makan punya saya.”
“Kalau saya bilang saya ingin makan punya kamu? “Mitchell Shao tertawa sampai mengeluarkan air mata oleh sikapnya yang lucu ini.
Kemudian Caroline Ye menurunkan rasa kewaspadaannya terhadap semangkok wonton tersebut, ia mengambil sesendok wonton, awalnya ia ingin menghabiskan namun melihat Mitchell Shao yang memandang ia dari tadi, ia menjadi ragu, kemudian ia menyuapi wonton tersebut ke mulut Mitchell Shao.
“Sesuap ini saja, tidak boleh minta lagi.”
Tatapan Mitchell Shao menjadi bingung, tatapannya melihat cabe yang mengapung diatas sendok, dia merasa dirinya seperti terkena jampi telah makan wonton pedas tersebut.
Rasa pedas tersebut sampai naik ke tenggorokan dan matanya, ia mengangkat kepalanya dan melihat wajah Caroline Ye yang melihatnya dengan penuh harapan,
“Enak bukan?”
Ia mengerutkan kening dan berkata dengan jujur,
“Tidak enak.”
“Mana mungkin?”
Wajah Caroline terlihat tidak percaya dengan perkataannya, ia mencobanya lagi, “Enak kok, eh? Wajah mu kenapa merah sekali?”
Wajah Mitchell Shao sudah tidak tahan, dengan suara yang serak ia berkata,
“Cepat ambilkan minum untuk saya.”
Caroline Ye tertegun sebentar, melihat Mitchell Shao yang sudah hampir meneteskan air mata, tiba-tiba tersadar dan berkata, “Kamu tidak bisa makan makanan pedas ya.”
Ia cepat-cepat mengambil minum, ia melihat Mitchell Shao berminum dua gelas air dingin, namun wajahnya masih terlihat sama, merah seperti kebakaran api.
“Kamu ini, sudah tahu tidak bisa makan makanan pedas, kenapa masih melihat makanan saya?”
Caroline Ye dengan panik mondar mandir di dalam ruangan, akhirnya dia mengambil sepotong es batu,
“Buka mulut mu.”
Novel Terkait
Air Mata Cinta
Bella CiaoAnak Sultan Super
Tristan XuPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Marriage Journey
Hyon SongCinta Seorang CEO Arogan
MedellineDewa Perang Greget
Budi MaRevenge, I’m Coming!×
- Bab 1 “Terlahir Kembali”
- Bab 2 Gangguan Robert Shao
- Bab 3 Mitchell Shao Muncul !
- Bab 4 Kalau Begitu Dia Seharusnya Tidur Dimana?
- Bab 5 Kehidupan Masa Lalunya – Beatrice Gu
- Bab 6 Otak Saya Sudah Menjadi Bodoh
- Bab 7 Melihat Sebuah Adegan Yang Menggoda!
- Bab 8 Bantu Melayani Saya Mandi
- Bab 9 Trikmu Buruk Sekali
- Bab 10 Aku Mau Tidur Di Ranjangmu
- Bab 11 Pelayan Itu Adalah Pembantu Marry?
- Bab 12 Terima Kasih Bu
- Bab 13 Mari Kita Melakukan Transaksi
- Bab 14 Blake Lu, Kita Berjumpa Lagi
- Bab 15 Mencuri Gambar Beatrice Gu
- Bab 16 Ini Barang Palsu?
- Bab 17 Konflik
- Bab 18 Love Of The City
- Bab 19 Siapa Kamu sebenarnya?
- Bab 20 Cara Main Yang Menyenangkan Ini?
- Bab 21 Kalau Tidak Ingin Mati, Tutup Mulutmu
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (1)
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (2)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks?(1)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks? (2)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke (1)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke? (2)
- Bab 25 Apakah Bibir Ini Pernah Bercahaya (1)
- Bab 25 Apakak Bibir Ini Pernah bercahaya (2)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(1)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(2)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (1)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (2)
- Bab 28 Apakah Kamu Mengenali Beatrice Gu? (1)
- Bab 28 Apakah Kamu Kenal Dengan Beatrice Gu? (2)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (1)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (2)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (1)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (2)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang pun yang Baik (1)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang Pun Yang Baik (2)
- Bab 42 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (1)
- Bab 32 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (2)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (1)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (2)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Brengsek (1)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Bengsek (2)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (1)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (2)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(1)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(2)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa (1)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa(2)
- Bab 38 Kapan bisa Hamil? (1)
- Bab 32 Kapan bisa Hamil? (2)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (1)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (2)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (1)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (2)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (1)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (2)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (1)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (2)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(1)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(2)
- Bab 44 Orang Berkuasa Mengancam Orang Yang Lemah(1)
- Bab 44 Orang Berkuasa Menindas Orang Yang Lemah(2)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(1)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(2)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (1)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (2)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (1)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (2)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (1)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (2)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (1)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (2)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia(1)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia (2)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (1)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (2)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam(1)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam (2)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (1)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (2)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (1)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (2)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (1)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (2)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (1)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (2)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (1)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (2)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (1)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (2)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (1)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (2)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (1)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (2)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (1)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (2)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (1)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (2)
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya (2)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan(1)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan (2)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (1)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (2)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (1)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (2)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(1)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(2)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (1)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (2)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (1)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (2)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun (1)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun(2)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (1)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (2)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (1)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (2)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (1)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (2)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (1)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (2)
- Bab 75 Aku bisa membantu kamu (1)
- Bab 75 Aku bisa bantu kamu (2)
- Bab 76 Kamu selalu membohongiku (1)
- Bab 76 Kamu Selalu Membohongiku(2)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Dengan Maksimal (1)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Maksimal (2)
- Bab 78 Jujur Sedikit, Kakak Ipar (1)
- Bab 78 Jangan Bermacam-macam, Kakak Ipar (2)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa(1)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa (2)
- Bab 80 Aku Yang Menemani Dia Pergi (1)
- Bab 80 Aku Temani Dia Pergi (2)
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapiku
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapi Aku (2)
- Bab 82 Apa yang akan Kamu Lakukan?
- Bab 83 Suami Istri yang Sehati
- Bab 84 Bentuk Badan Pria Club Lebih Bagus dari Aku?
- Bab 85: Apakah Pacar Masa Kecil?
- Bab 86 Dia Telah Kehilangan Banyak Berat Badan
- Bab 87 Aku Tidak Begitu Bodoh
- Bab 88 Tapi Dia Pernah Dipenjara
- Bab 89 Kaki dia baik-baik saja
- Bab 90 Kamu Sudah Gila?
- Bab 91 Tinggalkan, Jangan Dibereskan
- Bab 92 Saya Tidak Tertarik Untuk Mengetahui Hal-hal Ini
- Bab 93 Tengah Malam Seperti Ini Kamu Ingin Menakuti Aku
- Bab 94 Seharusnya Tidak Beracun
- Bab 95 Apakah Saya Datang Dalam Waktu Yang Tidak Tepat
- Bab 96 Saya Biasanya Suka Menyimpan Senjata Terakhir
- Bab 97 Ular dan Tikus dalam Satu Kandang yang Sama
- Bab 98 Dasar Kamu Pemfitnah
- Bab 99 CEO Lu, Apakah Kamu Pernah Membunuh Orang?
- Bab 100 Tuan Muda Bermalam di Sana
- Chapter 101 Rasa Penasaran Bisa Membunuh Diri Sendiri.
- Chapter 102 Aku Mengira Kamu Tidak Bisa Tertawa Lagi
- Chapter 103 Memiliki Kebiasaan Memeluk Sewaktu Tidur
- Chapter 104 Halaman Belakang Pasti Terbakar
- Bab 105 Kamu Tahu Apa Yang Paling Penting Bagiku
- Bab 106 Sepertinya Aku Tidak Terlalu Pantas Untuk Pergi
- Bab 107 Kamu Sebenarnya Bukanlah Caroline Ye
- Chapter 108 Seberapa besar pun pengorbanan itu sangat layak
- Chapter 109 Kamu Tidak Perlu Untuk Berakting Lagi
- Chapter 110 Apakah Terasa Panas
- Chapter 111 Harus Melakukan Kewajiban Mu Sebagai Seorang Istri
- Chapter 112 Demi Melindungi Keluarga Nya Itu
- Bab 113 Terlihat Mesum Dari Mana-mana
- Bab 114 Beri Kamu Kelas Tambahan Tidak Perlu Menyalakan Lampu
- Bab 115 Pertama Kalinya Membawa Kakak Ipar Kemari
- Bab 116 Bertemu Dengan Teman Sekelas
- Bab 117 Giok Punya Manfaat Baik Untuk Seseorang, Sangat Cocok Dengan Mu
- Bab 118 Aku Benar-Benar Tidak Mengenalmu
- Bab 119 Hati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu
- Bab 120 Atas Dasar Apa Aku Harus Membantumu
- Bab 121 Semuanya Adalah Si Egois
- Bab 122 Nyonya Seperti Menang Dalam Sebuah Peperangan
- Bab 123 Biarkan Es Batunya di Mulutmu
- Chapter 124 Sudah Lama Melihatnya Dan Sudah Terbiasa
- Chapter 125 Untungnya Masih Ada Yang Peduli
- Chapter 126 Apakah Kamu Sedang Jatuh Cinta?
- Chapter 127 Wanita Seperti Itu,Tidak Bisa Di Harapkan Lagi
- Chapter 128 Masih Belum Siap Untuk Memiliki Seorang Anak
- Chapter 129 Apakah Kamu Merindukan Dia Lagi
- Chapter 130 Pastinya,Pilihan Ku Sangatlah Bagus
- Bab 131 Aku Adalah Bajingan, Jika Aku Berbohong Kepadamu.
- Bab 132 Nafsu Tidak Membedakan Lelaki dan Wanita
- Bab 133 Keluarga Ini Sangat Mencurigakan
- Bab 134 Seseorang menginginkan hidupnya
- Bab 135 Aku tidak berani pergi denganmu.
- Bab 136 Tidak menjelaskan kebohongan?
- Bab 137 Pembunuhan yang Disengaja
- Bab 138 Apakah Kamu Berani Mengatakan Kalau Kamu Cinta Dia?
- Bab 139 Seperti orang asing
- Bab 140 Menyuruh Pembantu Perempuan Mandi Bersama?
- Bab 141 Aku Suka Lihat Kamu Cemburu
- Bab 142 Hati dan Orangnya, Aku Menginginkan Semuanya
- Bab 143 Lain Kali Tidak perlu Menyiapkan Obat
- Bab 144 Bagaimana Kalau Aku Menebak?
- Bab 145 Lebih Baik Anda Pulang Saja
- Bab 146 Mengeluarkan Uang Empat Miliar Dalam Tiga Hari
- Bab 147 Wanita Ini Adalah Orang Gila
- Bab 148 Masih Bisa Bersabar Dan Tidak Melakukan Apapun?
- Bab 149 Dia Tampak Seperti Mengetahui Segalanya
- Bab 150 Salah Memukul Orang
- Bab 151 Aku Tidak Percaya Dengan Hantu Dan Arwah
- Bab 152 Memangnya Kamu Ini Apa
- Bab 153 Caroline Ye, Kau Sudah Melewati Batas
- Bab 154 Kau Ingin Aku Tidur di Kamar Sebelah?
- Bab 155 Kemungkinan Seratus Persen
- Bab 156 Beribu-Ribu Macam Kesedihan
- Bab 157 Tuan Muda, Kabulkan Permintaanku Sekali ini Saja
- Bab 158 Kau Adalah Seorang Master Negosiasi
- Bab 159 Bersedia Tertipu
- Bab 160 Anak Kecil, Kau Mau Melawanku?
- Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi
- Bab 162 Kau Kira Semalam Kau Tidur dengan Siapa
- Bab 163 Beritahu Aku, Siapa Gerald Si?
- Bab 164 Kenapa Harus Pindah?
- Bab 165 Balas Dendam Ini Sangat Dalam
- Bab 166 Kamu Merasa Sangat Memalukan?
- Bab 167 Melihat Kejadian Itu Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 168 Keahlian Memasak Yang Buruk.
- Bab 169 Tolong.
- Bab 170 Takutnya Bukan Meragukan.
- bab 171 Di dunia ini apa benar benar ada hantu?
- Bab 172 Cuma tidak membenci saja
- Bab 173 Cuma menyisakan beberapa jalan saja
- Bab 174 Apakah Beatrice Gu sebenarnya tidak meninggal
- Bab 175 Kamu mengerjai orang lain
- Bab 176 Apakah pria bisa diandalkan?
- Bab 177 Masuk Perangkap
- Bab 178 Tuan, orang-orang sudah gila
- Bab 179 CEO Ye, CEO Ye, skandal mengenai Anda telah menjadi headline
- Bab 180 Jangan khawatir tentang itu?
- Bab 181 Apakah Kamu Sudah Gila?
- Bab 182 Ending