Revenge, I’m Coming! - Bab 160 Anak Kecil, Kau Mau Melawanku?

Emily menelepon Caroline ribuan kali, dan setelah akhirnya tersambung, suara di seberang sana malah terdengar sangat rebut dan menusuk telinga,

“Kau di mana? Kenapa seribut ini?”

Suara dari seberang sana tidak terdengar jelas, “Aku di……”

Belum selesai bicara, telepon itu langsung mati.

“Apa yang terjadi?” Emilu memandangi handphonenya dengan bingung, “Baru jam berapa ini? Jam segini sudah berdisko ria?”

Mendengar perkataan itu, manajer Emily yang ada di mobil itu pun melompat kaget,

“Disko? Kalau kau berani pergi disko aku akan bunuh diri di hadapanmu sekarang, wartawan-wartawan itu terus mengikuti kita dari tadi, dan sekarang setelah susah payah kabur dari mereka, kau mau pergi ke diskotik dan menyerahkan diri, besok kau pasti akan masuk dalam berita.”

“Aku tidak pergi disko!” kata Emily, “Aku hanya sembarangan bicara saja, aku mau pergi ke Miyun, ke desa tua, disko apanya? Sampai di depan pintu desa langsung turunkan aku saja, di dalam ada banyak turis, kalau mobil ini kau bawa masuk pasti sangat menarik perhatian, kalau aku sendirian yang masuk ke sana seharusnya tidak apa-apa.”

Manajernya itu pun merasa tenang,

“Aduh bosku, tolong jaga dirimu ya.”

“……”

Di seberang sana, Caroline memang benar-benar sedang berdisko.

Lampu warna-warni yang berkelap-kelip, suara music yang menusuk telinga jelas sangat berbeda dengan keadaan di luar sana.

Handphonenya jatuh ke tangan Gerald, Caroline pun mengerutkan alis, “Apa yang kau lakukan?”

"Dilarang main handphone saat main di luar, ini adalah peraturan, apa kau tidak pernah datang ke tempat seperti ini?” tanya Gerald tersenyum licik.

Melihat gayanya itu, Caroline tak bisa berkata apa-apa, ia membiarkan handphonenya diambil begitu saja, ia sangat mengenal Gerald, ia pasti tak akan bertindak yang macam-macam.

“Sejak kapan tempat ini membuka diskotik?”

Karena terlalu bising, Caroline terpaksa harus berteriak, “Bukankah dulu di sini hanya ada sebuah bar mini yang tenang?”

Gerald tersenyum bangga, "Aku yang membuka diskotik ini."

Huh, pamer.

Caroline tersenyum, "Kalau kau yang membukanya, berarti hari ini semua minumanku gratis kan?"

“Kalau pun bukan aku yang membukanya, hari ini aku yang membawamu kemari, mana mungkin aku membiarkanmu mengeluarkan uang?”

“Oke,” kata Caroline sambil mengacungkan jempolnya pada Gerald.

Dalam hatinya ia berkata, tadi waktu membeli buah manisan kau tak berkata begini!

“Mau minum apa?” tanya Gerald sambil memberi Caroline menu minuman.

Caroline melihatnya sejenak, “Aku tak mengerti nama-nama ini, kau saja yang memilihnya, aku tak bisa minum alkohol, apa ada jus buah atau semacamnya?”

“Jus buah tidak ada, tapi teh ada.”

“Boleh, teh juga boleh.”

Gerald mengangguk, lalu berkata pada barista, “Long Island Iced Tea satu.”

Caroline pun menundukkan kepalanya, memendam dalam-dalam keinginannya meninju kepala Gerald.

Long Island Iced Tea itu teh? Teh dari mananya?

Ada pepatah mengatakan, kalau seorang pria yang belum punya hubungan apa-apa denganmu mengajakmu minum ke bar, lalu memesankan segelas Long Island Iced Tea untukmu, kau boleh langsung menumpahkannya ke wajah pria itu lalu pergi.

Kalau ada orang yang bilang Long Island Iced Tea tidak begitu kuat, pasti dia punya tujuan lain yang tidak baik, kalau ada orang yang bilang Long Island Iced Tea itu the, orang itu pasti adalah seorang yang brengsek.

Kau mau membohongiku, Gerald, Gerald, berani sekali dirimu.

“Apa kau pernah minum semua alcohol yang ada di sini?” tanya Caroline sambil mengedip-kedipkan matanya, berpura-pura polos.

“Tentu saja.”

“Kalau begitu kalau aku menyuguhkan sesuatu di depanmu, apa kau akan langsung tahu nama minuman itu?”

“Tentu saja.”

“Kalau begitu ayo kita bermain.”

“Main apa?”

“Aku akan memesankan segelas minman untukmu, kalau kau bisa menyebutkan namanya, kita minum bersama, kalau kau tidak bisa, hanya kau yang harus meminum minuman yang kupesan itu sendiri, bagaimana?”

Gerald berpikir sejenak, lalu berpura-pura merasa tidak adil,

“Minumanmu kan hanya teh.”

“Aku kan pertama kali datang, kau harus mengalah sedikit padaku, lagipula bukankah kau bilang kau pasti bisa menjawabnya?”

“Tentu saja.”

Gerald sangat yakin kalau dirinya sendiri sangat mengenal nama-nama alkohol, ia sudah bergumul di diskotik sekian lama, alkohol apa yang belum pernah dia temui, alkohol apa yang belum pernah ia coba?

“Ayo saja.” Caroline memegang menu alkohol itu, lalu menunjuknya diam-diam kepada sang barista.

Barista itu tercengang sebentar, lalu tersenyum dan mulai membuat minuman itu,

“Bos, sepertinya mala mini Anda akan mabuk berat.”

Minuman pertama pun datang, dua belas gelas kecil sebesar jempol berjejer di atas meja, cairan di dalamnya terbelah menjadi dua, yang bawah transparan dan yang atas terlihat seperti susu.

Caroline berpura-pura polos, “Kok kelihatannya seperti milk tea, atasnya ada cheesenya…… apa ini Alkohol?”

“Hemm… Hemm…” sepertinya Gerald tersedang air ludahnya sendiri, lalu memandangi Caroline dengan bingung, “Ini namanya B52, nama lainnya bomber, alkohol ini keras sekali.”

Saat berbicara, sang barista pun menyalakan apinya, api biru dari dua belas gelas kecil itu pun mulai menyala-nyala, bagus sekali.

“Ah……” Caroline ‘terkejut’, lalu berkata dengan canggung, “Apa ini sangat keras? Kalau begitu tak usah minum saja.”

“Tidak bisa,” Gerald tak pernah mau kalah dalam hal minum alkohol, ia tak mau menanggung malu.

Minum.

Karena Gerald bisa menebaknya, sesuai peraturan, Caroline harus meminum Long Island Iced Tea nya, sedangkan Gerald harus meminum keduabelas gelas Bomber B52 itu.

“Lagi.”

Baru saja Caroline meneland minumannya, ia menunjuk sebuah minuman di buku menu lagi pada barista.

Barista itu hampir tertawa keras, ia menganggukkan kepalanya, tak berapa lama kemudian, sebuah gelas bir yang sangat besar disuguhkan ke hadapan Gerald, barista itu membawa sebuah gelas kecil, lalu mengisi gelas itu dengan minuman transparan, lalu memasukkannya ke dalam gelas bir itu.

“Deep water bomb……”

Minuman yang keras juga.

Dalam lima putaran, Caroline terus minum lima gelas Long Island Iced Tea, Gerald meminum lima gelas minuman keras yang berbeda-beda, Gerald pun memandanginya dengan pandangannya yang sedikit rabun, lalu bertanya,

“Kau…… Kau benar-benar pertama kali datang ke bar? Kau…… Jangan-jangan kau membohongiku ya?”

Caroline menjulurkan kelima jarinya di depan Gerald dan menggoyang-goyangkannya, lalu tersenyum

“Menurutmu?”

Gerald mengerutkan keningnya, ‘brak’ lalu jatuh di atas meja.

Caroline memukul jidat Gerald,

“Anak kecil, kau mau melawanku?”

Meskipun Gerald sudah kalah, tapi lima gelas Long Island Iced Tea miliknya itu juga tidak ringan, ia membawa Gerald ke kamar hotel dengan susah payah, namun baru saja ia merebahkan tubuh Gerald di atas ranjang, ia pun terjatuh di atas perutnya, kepalanya sangat pusing, juga tidak bisa berjalan.

Gerald berusaha melawan, ia berkata dengan tidak jelas,

“Katakan, apa hubunganmu dengan Beatrice?”

Caroline pun duduk, lalu memukul lengan Gerald, “Kau masih mau melawanku, dasar anak tengil, lihat bagaimana aku membereskanmu, kau kira Kak Beatrice ini tidak bisa marah.”

Caroline melihat-lihat sekelilingnya, ia melepas tali sabuk jubah mandi yang ada di kamar hotel itu, lalu mengikat kedua tangan Gerald dengan tali itu, dan menutup tubuh Gerald rapat-rapat dengan selimut.

Setelah itu, dia pun menepuk tangannya dengan bangga, lalu pergi.

Caroline berjalan kembali ke tempat penginapannya dengan mata yang hampir tertutup, halaman tempat penginapannya itu sangat tenang, sepertinya sang pemilik rumah tidak ada di sana, Simon juga sudah pergi, di halaman yang besar itu hanya ada dirinya seorang.

Ia berjalan di atas bebatuan yang bergelombang itu, tiba-tiba ia teringat kalau ada anggur yang didinginkan di dalam sumur, ia pun berjalan menuju sumur di halaman belakang.

Lalu membuka tutup sumur itu, dan menjulurkan tangannya ke dalam, seketika, ia kehilangan keseimbangannya, seluruh tubuhnya hampir terjatuh ke dalam sumur.

Seseorang yang sangat tinggi dan besar pun menarik pinggangnya, terdengar suara dari atas kepalanya dengan nada yang sangat marah.

"Caroline Ye, apa kau cari mati?"

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu