Revenge, I’m Coming! - Bab 156 Beribu-Ribu Macam Kesedihan
"Tak kusangka dua kali pertemuan dengan Nona Ye selalu diawali dengan kejadian yang buruk, aku sungguh minta maaf."
Meskipun Simon adalah orang berkulit hitam, tapi dia lahir di Perancism dia memiliki sifat gentleman dan romantis seperti para pria Perancis pada umumnya, oleh karena itu ia sangat merasa bersalah sudah menyalahkan Caroline dua kali ini.
"Tidak apa-apa, tak ada yang perlu disalahkan." Caroline tersenyum, lalu menuangkan teh chrysan yang ada di depannya ke sebuah cangkir lalu menyuguhkannya pada Simon, "Pemilik rumah yang membuat teh chrysan ini, cobalah, ini minuman khas Miyun."
"Terima kasih."
"Sama-sama, apa Tuan Simon juga datang ke Miyun untuk menghadiri Pameran Yubei?"
Mata Simon bersinar cerah,
"Jadi Nona Ye juga datang untuk menghadiri pameran perhiasan?"
"Iya, sekarang ini bukan waktuku untuk beristirahat, kalau bukan untuk pameran, aku juga tidak punya waktu untuk datang liburan kemari, aku tidak lebih santai dari Tuan Simon."
Setelah mengucapkan perkataan tadi, Caroline melihat ke arah Simon lagi, dari wajah Simon bisa dilihat kalau sekarang dia sungguh percaya kalau dirinya bukan datang untuk bertemu dengan Simon.
Bagaimanapin Pameran Perhiasan Yubei ini juga pasti mengundang banyak sekali desainer, meskipun sangat kebetulan bisa bertemu di sini, tapi juga bukan tidak mungkin.
Setelah mengantarkan semangka dingin yang segar itu, awalnya sang pemilik rumah hendak pergi, namun dipanggil oleh Caroline,
"Nyonya hanya menyuguhkan semangka saja ya untuk kami, pelit sekali."
"Buah yang paling khas di Miyun kan memang semangka, lagipula semangka bisa menghilangkan rasa panas di musim panas seperti ini, apa Nona Ye tidak suka?"
"Perkataan Nyonya ini katakan saja pada orang lain, aku kelihatan kok, dia atas rak anggur itu, banyak anggur-anggur yang bagus, kenapa tak mau memotongnya sedikit untuk kami?"
Mendengar perkataan Caroline itu, sang pemilik rumah melihat ke arah rak anggur di halaman,
"Mata Nona Ye tajam sekali, anggur-anggurku ini dari mulai musim panas tahun ini masih belum pernah kupetik, ada seorang temanku yang bilang kalau dia ingin memetiknya sendiri saat dia datang."
Lalu, sang pemilik rumah tiba-tiba terdiam, tak tahu apa yang sedang dipikirkannya,
"Karena Nona Ye sudah melihatnya, aku ambilkan gunting, Nona Ye mau yang mana, langsung gunting saja."
Sang pemilik rumah masuk ke dalam untuk mengambil gunting, lalu Simon pun bertanya,
"Kalian tak membicarakan apa? Apa ada hubungannya dengan anggur yang ada di rak itu?"
"Aku menyuruh pemilik rumah untuk memberi kita sedikit anggur, kalau Tuan Simon tertarik, ayo ikut memotong beberapa tangkai, anggur-anggur ini sang pemilik rumah yang menanamnya sendiri, sudah ditanam beberapa tahun, tiap tahun buahnya sangat manis."
"Nona Ye sangat mengenal tempat ini, apa kau sering datang?"
"Bisa dibilang."
Pemilik rumah pun keluar dengan membawa guntingnya, Simon badannya tinggi, gunting itu langsung diberikan padanya, kedua wanita itu beridiri di bawah rak anggur sambil mengarahkan Simon anggur mana yang ingin diguntung.
"Yang itu, yang itu buahnya besar."
"Gunting lagi yang di sana itu, yang itu buahnya warnanya gelap, sudah terlalu matang, kalau langsung di makan mungkin akan terlalu manis, harus didinginkan dulu."
"Gunting yang itu lagi, kita kan tiga orang."
Akhirnya mereka memotong tiga tangkai anggur, Caroline mengangkat dua tangkai dan memberikannya pada pemilik rumah, "Nyonya, tolong buka sumur di sana, letakkan dua tangkai anggur ini di sana untuk didinginkan."
Mendengar ucapan Caroline, sang pemilik rumah pun tercengang,
"Kenapa Nona Ye juga tahu tentang sumur kami? Apa Anda pernah datang?"
"Tentu saja pernah, anggur-anggur ini kan kita yang menanamnya dulu, kenapa Nyonya bisa lupa?"
"Anggur ini ditanam sepuluh tahun lalu, orang yang waktu itu datang...... Aku benar-benar sudah lupa." Sang pemilik rumah pun tersenyum malu, "Nona Ye pasti belakangan ini tak pernah datang lagi, kalau tidak pasti aku masih ingat."
Simon sangat penasaran bagaimana caranya mendinginkan buah dalam sumur, ia pun berteriak, "Ajaib", sambil membawa sebuah perekam video untuk mengabadikan momen itu, ia merekam Caroline yang sedang menggunakan tali untuk menurunkan ember kayu yang berisi semangka dan anggur ke dalam sumur.
"Mungkin ini adalah kulkas kuno." kata Simon sambil melihat ke dalam sumur itu.
Sisa setangkai anggur, sang pemilik rumah pun mencucinya dengan air sumur itu.
Lalu, sang pemilik rumah pergi mengambil oume sake yang dibuatnya sendiri, tiga orang itu meminum sake itu dengan girang.
Simon berkata,
"Seandainya aku bisa mengenal Nona Ye lebih awal, kejadian di Shao's Corp. hari itu benar-benar sayang sekali."
"Apanya yang sayang sekali?" pemilik rumah itu tidak terlalu bisa minum arak, baru minum sedikit wajahnya sudah mulai memerah, ia memandangi Simon sambil tersenyum, ia berbicara dengan bahasa Perancis yang dicampur dengan sepatah dua patah kata-kata bahasa Indonesia.
"Kau harus tahu, di dunia ini yang paling berharga adalah takdir, kalian bisa bertemu di sini, berarti kalian ini sudah bertakdir."
Simon yang mendengarnya sedikit mengerti dan sedikit tidak mengerti, ia hanya bisa meminta pertolongan dari Caroline.
"Dia sudah mabuk," Caroline melihat ke arah jam tangannya, "Sudah larut, Tuan Simon tolong bantu aku untuk membawa Nyonya masuk ke kamarnya."
Simon pun menggendong pemilik rumah yang sudah mabuk itu kembali ke kamarnya, lalu ia pun keluar, dan bertanya pada Caroline,
"Sepertinya pemilik rumah agak sedikit tidak senang? Dia tadi terus menyebutkan sebuah nama, apa itu adalah nama orang yang dicintainya?"
"Iya," Caroline sedikit bingung, "Panjang cerita, apa Tuan Simon ingin mendengarkan ceritaku?"
Simon terlihat sangat tertarik.
Ibu Caroline adalah orang Miyun, oleh karena itu dari kecil ia sering datang kemari bersama ayah ibunya, hampir semua orang di desa ini ia kenal, latar belakang orang-orang di sini, apa yang terjadi di sini, siapa yang menikah dengan siapa, ia sudah mendengar semua itu dari kecil.
Pemilik penginapan itu, Lanny Su, adalah orang desa Miyun asli, ia laihr dan besar di sini, waktu dia berumur lima belas tahun, ia meninggalkan desa ini untuk bersekolah di luar, katanya ia sangat pintar, ia juga bersekolah di luar negeri, selama sepuluh tahun ia hanya pernah kembali satu kali saja saat ibunya meninggal, pada akhirnya orang-orang di sini mengatakan kalau Lanny Su tak akan pernah kembali ke desa ini lagi, karena sudah tidak ada lagi alasan dirinya untuk kembali.
Tapi siapa tahu, saat berumur dua puluh lima tahun, dia tiba-tiba kembali, lalu merubah rumahnya sendiri menjadi sebuah tempat penginapan, ia menyambut banyak turis yang datang, orang-orang bertanya mengapa ia kembali, dia hanya mengatakan kalau dia sangat suka dengan keindahan alam dan keramahan orang-orang di sini, dia ingin hidup di sini selamanya.
Orang-orang di desa Miyun sangat ramah, mereka mengenalkan banyak pria padanya, tapi ia selalu menolaknya.
Sampai di situ, Simon pun mengangguk-anggukkan kepalanya,
"Dia sama sepertiku, jombloisme, kehidupan rumah tangga terlalu memusingkan."
Caroline melihat ke arah Simon sejenak, "Apa kau ini sudah menganut jombloisme dari lahir?"
Simon terdiam.
"Aku pernah mendengar, kalau pemilik rumah pernah bertemu dengan seseorang saat dia sekolah di luar negeri, seorang pria, akhirnya karena sakit hati, makanya dia kembali."
Caroline mengangkat cangkir putihnya yang berisi oume sake, wajahnya terlihat sedih, "Kebahagiaan dalam suatu cerita cinta hanya ada sejenis kebahagiaan, tapi kesedihan dalam cerita itu ada beribu-ribu macam."
Sang pemilik rumah sudah berumur tiga puluh lima tahun, sudah sampai pada usia yang terlalu sulit untuk menikah, tapi ia masih terlihat sangat cantik, apalagi auranya itu yang sangat elegan dan kewanitaan, tak sedikit turis-turis yang jatuh cinta padanya, Caroline hanya tahu kalau kamar yang berada di paling ujung barat di penginapan ini selalu disediakan untuk satu orang tamu, tamu itu sudah tinggal di sini selama enam tahun lebih.
Setelah selesai bercerita, Caroline menghela nafas panjang, lalu berkata,
"Sudah larut, besok kita masih harus mengunjungi pameran perhiasan, Tuan Simon, saya tidur dulu ya."
Simon pun bangkit berdiri,
"Nona Ye, kalau kau tidak keberatan, kita berdua berangkat bersama saja besok."
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_Cintaku Pada Presdir
NingsiYour Ignorance
YayaCinta Yang Tak Biasa
WennieRahasia Istriku
MahardikaRevenge, I’m Coming!×
- Bab 1 “Terlahir Kembali”
- Bab 2 Gangguan Robert Shao
- Bab 3 Mitchell Shao Muncul !
- Bab 4 Kalau Begitu Dia Seharusnya Tidur Dimana?
- Bab 5 Kehidupan Masa Lalunya – Beatrice Gu
- Bab 6 Otak Saya Sudah Menjadi Bodoh
- Bab 7 Melihat Sebuah Adegan Yang Menggoda!
- Bab 8 Bantu Melayani Saya Mandi
- Bab 9 Trikmu Buruk Sekali
- Bab 10 Aku Mau Tidur Di Ranjangmu
- Bab 11 Pelayan Itu Adalah Pembantu Marry?
- Bab 12 Terima Kasih Bu
- Bab 13 Mari Kita Melakukan Transaksi
- Bab 14 Blake Lu, Kita Berjumpa Lagi
- Bab 15 Mencuri Gambar Beatrice Gu
- Bab 16 Ini Barang Palsu?
- Bab 17 Konflik
- Bab 18 Love Of The City
- Bab 19 Siapa Kamu sebenarnya?
- Bab 20 Cara Main Yang Menyenangkan Ini?
- Bab 21 Kalau Tidak Ingin Mati, Tutup Mulutmu
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (1)
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (2)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks?(1)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks? (2)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke (1)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke? (2)
- Bab 25 Apakah Bibir Ini Pernah Bercahaya (1)
- Bab 25 Apakak Bibir Ini Pernah bercahaya (2)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(1)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(2)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (1)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (2)
- Bab 28 Apakah Kamu Mengenali Beatrice Gu? (1)
- Bab 28 Apakah Kamu Kenal Dengan Beatrice Gu? (2)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (1)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (2)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (1)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (2)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang pun yang Baik (1)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang Pun Yang Baik (2)
- Bab 42 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (1)
- Bab 32 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (2)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (1)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (2)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Brengsek (1)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Bengsek (2)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (1)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (2)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(1)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(2)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa (1)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa(2)
- Bab 38 Kapan bisa Hamil? (1)
- Bab 32 Kapan bisa Hamil? (2)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (1)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (2)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (1)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (2)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (1)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (2)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (1)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (2)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(1)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(2)
- Bab 44 Orang Berkuasa Mengancam Orang Yang Lemah(1)
- Bab 44 Orang Berkuasa Menindas Orang Yang Lemah(2)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(1)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(2)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (1)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (2)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (1)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (2)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (1)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (2)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (1)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (2)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia(1)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia (2)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (1)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (2)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam(1)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam (2)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (1)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (2)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (1)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (2)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (1)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (2)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (1)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (2)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (1)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (2)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (1)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (2)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (1)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (2)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (1)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (2)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (1)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (2)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (1)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (2)
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya (2)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan(1)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan (2)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (1)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (2)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (1)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (2)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(1)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(2)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (1)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (2)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (1)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (2)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun (1)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun(2)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (1)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (2)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (1)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (2)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (1)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (2)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (1)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (2)
- Bab 75 Aku bisa membantu kamu (1)
- Bab 75 Aku bisa bantu kamu (2)
- Bab 76 Kamu selalu membohongiku (1)
- Bab 76 Kamu Selalu Membohongiku(2)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Dengan Maksimal (1)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Maksimal (2)
- Bab 78 Jujur Sedikit, Kakak Ipar (1)
- Bab 78 Jangan Bermacam-macam, Kakak Ipar (2)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa(1)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa (2)
- Bab 80 Aku Yang Menemani Dia Pergi (1)
- Bab 80 Aku Temani Dia Pergi (2)
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapiku
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapi Aku (2)
- Bab 82 Apa yang akan Kamu Lakukan?
- Bab 83 Suami Istri yang Sehati
- Bab 84 Bentuk Badan Pria Club Lebih Bagus dari Aku?
- Bab 85: Apakah Pacar Masa Kecil?
- Bab 86 Dia Telah Kehilangan Banyak Berat Badan
- Bab 87 Aku Tidak Begitu Bodoh
- Bab 88 Tapi Dia Pernah Dipenjara
- Bab 89 Kaki dia baik-baik saja
- Bab 90 Kamu Sudah Gila?
- Bab 91 Tinggalkan, Jangan Dibereskan
- Bab 92 Saya Tidak Tertarik Untuk Mengetahui Hal-hal Ini
- Bab 93 Tengah Malam Seperti Ini Kamu Ingin Menakuti Aku
- Bab 94 Seharusnya Tidak Beracun
- Bab 95 Apakah Saya Datang Dalam Waktu Yang Tidak Tepat
- Bab 96 Saya Biasanya Suka Menyimpan Senjata Terakhir
- Bab 97 Ular dan Tikus dalam Satu Kandang yang Sama
- Bab 98 Dasar Kamu Pemfitnah
- Bab 99 CEO Lu, Apakah Kamu Pernah Membunuh Orang?
- Bab 100 Tuan Muda Bermalam di Sana
- Chapter 101 Rasa Penasaran Bisa Membunuh Diri Sendiri.
- Chapter 102 Aku Mengira Kamu Tidak Bisa Tertawa Lagi
- Chapter 103 Memiliki Kebiasaan Memeluk Sewaktu Tidur
- Chapter 104 Halaman Belakang Pasti Terbakar
- Bab 105 Kamu Tahu Apa Yang Paling Penting Bagiku
- Bab 106 Sepertinya Aku Tidak Terlalu Pantas Untuk Pergi
- Bab 107 Kamu Sebenarnya Bukanlah Caroline Ye
- Chapter 108 Seberapa besar pun pengorbanan itu sangat layak
- Chapter 109 Kamu Tidak Perlu Untuk Berakting Lagi
- Chapter 110 Apakah Terasa Panas
- Chapter 111 Harus Melakukan Kewajiban Mu Sebagai Seorang Istri
- Chapter 112 Demi Melindungi Keluarga Nya Itu
- Bab 113 Terlihat Mesum Dari Mana-mana
- Bab 114 Beri Kamu Kelas Tambahan Tidak Perlu Menyalakan Lampu
- Bab 115 Pertama Kalinya Membawa Kakak Ipar Kemari
- Bab 116 Bertemu Dengan Teman Sekelas
- Bab 117 Giok Punya Manfaat Baik Untuk Seseorang, Sangat Cocok Dengan Mu
- Bab 118 Aku Benar-Benar Tidak Mengenalmu
- Bab 119 Hati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu
- Bab 120 Atas Dasar Apa Aku Harus Membantumu
- Bab 121 Semuanya Adalah Si Egois
- Bab 122 Nyonya Seperti Menang Dalam Sebuah Peperangan
- Bab 123 Biarkan Es Batunya di Mulutmu
- Chapter 124 Sudah Lama Melihatnya Dan Sudah Terbiasa
- Chapter 125 Untungnya Masih Ada Yang Peduli
- Chapter 126 Apakah Kamu Sedang Jatuh Cinta?
- Chapter 127 Wanita Seperti Itu,Tidak Bisa Di Harapkan Lagi
- Chapter 128 Masih Belum Siap Untuk Memiliki Seorang Anak
- Chapter 129 Apakah Kamu Merindukan Dia Lagi
- Chapter 130 Pastinya,Pilihan Ku Sangatlah Bagus
- Bab 131 Aku Adalah Bajingan, Jika Aku Berbohong Kepadamu.
- Bab 132 Nafsu Tidak Membedakan Lelaki dan Wanita
- Bab 133 Keluarga Ini Sangat Mencurigakan
- Bab 134 Seseorang menginginkan hidupnya
- Bab 135 Aku tidak berani pergi denganmu.
- Bab 136 Tidak menjelaskan kebohongan?
- Bab 137 Pembunuhan yang Disengaja
- Bab 138 Apakah Kamu Berani Mengatakan Kalau Kamu Cinta Dia?
- Bab 139 Seperti orang asing
- Bab 140 Menyuruh Pembantu Perempuan Mandi Bersama?
- Bab 141 Aku Suka Lihat Kamu Cemburu
- Bab 142 Hati dan Orangnya, Aku Menginginkan Semuanya
- Bab 143 Lain Kali Tidak perlu Menyiapkan Obat
- Bab 144 Bagaimana Kalau Aku Menebak?
- Bab 145 Lebih Baik Anda Pulang Saja
- Bab 146 Mengeluarkan Uang Empat Miliar Dalam Tiga Hari
- Bab 147 Wanita Ini Adalah Orang Gila
- Bab 148 Masih Bisa Bersabar Dan Tidak Melakukan Apapun?
- Bab 149 Dia Tampak Seperti Mengetahui Segalanya
- Bab 150 Salah Memukul Orang
- Bab 151 Aku Tidak Percaya Dengan Hantu Dan Arwah
- Bab 152 Memangnya Kamu Ini Apa
- Bab 153 Caroline Ye, Kau Sudah Melewati Batas
- Bab 154 Kau Ingin Aku Tidur di Kamar Sebelah?
- Bab 155 Kemungkinan Seratus Persen
- Bab 156 Beribu-Ribu Macam Kesedihan
- Bab 157 Tuan Muda, Kabulkan Permintaanku Sekali ini Saja
- Bab 158 Kau Adalah Seorang Master Negosiasi
- Bab 159 Bersedia Tertipu
- Bab 160 Anak Kecil, Kau Mau Melawanku?
- Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi
- Bab 162 Kau Kira Semalam Kau Tidur dengan Siapa
- Bab 163 Beritahu Aku, Siapa Gerald Si?
- Bab 164 Kenapa Harus Pindah?
- Bab 165 Balas Dendam Ini Sangat Dalam
- Bab 166 Kamu Merasa Sangat Memalukan?
- Bab 167 Melihat Kejadian Itu Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 168 Keahlian Memasak Yang Buruk.
- Bab 169 Tolong.
- Bab 170 Takutnya Bukan Meragukan.
- bab 171 Di dunia ini apa benar benar ada hantu?
- Bab 172 Cuma tidak membenci saja
- Bab 173 Cuma menyisakan beberapa jalan saja
- Bab 174 Apakah Beatrice Gu sebenarnya tidak meninggal
- Bab 175 Kamu mengerjai orang lain
- Bab 176 Apakah pria bisa diandalkan?
- Bab 177 Masuk Perangkap
- Bab 178 Tuan, orang-orang sudah gila
- Bab 179 CEO Ye, CEO Ye, skandal mengenai Anda telah menjadi headline
- Bab 180 Jangan khawatir tentang itu?
- Bab 181 Apakah Kamu Sudah Gila?
- Bab 182 Ending