Revenge, I’m Coming! - Bab 100 Tuan Muda Bermalam di Sana

Blake Lu memang tumbuh bersama Mitchell Shao dari kecil, tetapi Mitchell Shao sebenarnya baru mulai mengenal Blake Lu ketika mereka sama-sama tinggal dalam kamp tentara. Saat itu, sejak baru bisa berjalan, Mitchell Shao langsung dimasukkan kakeknya ke sekolah tentara. Blake Lu tumbuh menjadi anak yang dimanja dan sering bolos latihan di sekolah itu. Setelah kakek meninggal, karena harus meneruskan bisnis kakek, Mitchell Shao keluar dari tentara.

Jadi hubungan Blake Lu dan Mitchell Shao tidak bisa dibilang terlalu akrab.

“Mitchell Shao, semua yang aku katakan adalah fakta. Kamu akan menyesal telah memercayai wanita ini.”

“Itu urusan keluarga Shao.” Wajah Mitchell Shao dingin, “Kejadian hari ini akan aku ceritakan sedetil-detilnya pada kakek. Aku akan beritahu dia bawah keluarga Lu tidak pernah mau berteman baik dengan keluarga Shao, jadi kita tidak perlu memaksakan pertemanan.”

“Mitchell Shao......”

“Kenapa diam saja?” Mitchell Shao memotong kata-kata Blake Lu, ia menatap Caroline Ye dan bertanya, “Kamu mau diam saja menunggu dicekik orang sampai mati?”

Blake Lu ternganga diam.

Caroline Ye melepaskan cengkeramannya dari kerah Black Lu. Meskipun ia tidak mengucapkan sepatah kata apa pun, tetapi ia tetap menatap pria itu dengan tajam. Tatapan ini sangat garang, bahkan lebih garang dari tatapannya yang biasa.

Hari sudah malam. Ketika masuk mobil, Mitchell Shao langsung menyuruh supir mengantar mereka ke rumah sakit.

“Tidak perlu.” Caroline Ye melambaikan tangan tanda menolak, suaranya serak, “Nanti pulang pakaikan obat tidak apa-apa kok, ini tidak parah.”

Ajudan Xun menunggu jawaban dari Mitchell Shao. Setelah mendapat persetujuan pria itu, ia langsung berkata pada supir, “Tidak perlu ke rumah sakit, antar Tuan dan Nyonya pulang.”

Di luar mobil lampu gedung-gedung pencakar langit berkelap-kelip. Suasana di dalam mobil agak tegang. Caroline Ye menatap Mitchell Shao, “Kamu bagaimana bisa tiba-tiba datang tadi?”

Ia tahu Mitchell Shao selalu berhati-hati kalau keluar rumah. Pria itu sangat jarang pergi ke tempat yang ramai.

Mitchell Shao memberi jawaban yang tidak berhubungan, “Kalau aku tidak datang kamu memang mau bagaimana?”

“Hah?” Caroline Ye berpikir keras, “Harusnya, harusnya akan ada pekerja yang mendengar teriakanku dan mendatangiku. Mungkin ia akan sedikit terlambat dan tidak segesit kamu, tetapi ia tetap akan menyelamatkanku.”

“Kalau tidak ada yang mendengar?”

“Ya aku mati sajalah.”

Caroline Ye mengedipkan sebelah mata. Ia mengucapkan kalimat tadi dengan sangat santai. Ia menyandarkan punggungnya ke jok mobil, lalu dengan puas berkata, “Kalau Blake Lu benar-benar membunuhku, ia tidak akan bisa kabur. Aku akan menukar nyawanya dengan nyawaku, itu cukup sebanding.”

Ia pernah mati sekali. Meskipun ia menghargai nyawanya, tetapi ia selalu ingat apa yang sebenarnya ingin ia lakukan. Ketika momennya tiba, ia akan membuat Blake Lu mati untuk membalaskan dendam ayahnya.

“Tidak sebanding.” Dua kata ini terdengar lembut namun penuh amarah. Suasana mobil kini seperti membeku.

Caroline Ye menatap Mitchell Shao bingung, “Apa kamu bilang?”

“Aku bilang tidak sebanding.” Mitchell Shao menundukkan kepala, “Nyawa Blake Lu ditukar nyawamu, menurutku itu tidak sebanding.”

Caroline Ye tercengang cukup lama. Ia kemudian berkata, “Kamu tenang saja, aku sangat menghargai nyawaku. Aku tadi hanya asal bicara saking dendamnya. Kalau pun aku mengorbankan nyawaku untuk menukarnya dengan nyawa Blake Lu, hubungan kerjasama kita tidak akan terhenti hanya gara-gara itu.”

Dua kalimat pertama sebenarnya sudah membuat Mitchell Shao tenang, tetapi kalimat terakhir membuat wajahnya kembali masam layaknya hujan petir yang datang tiba-tiba.

Caroline Ye tidak berpikir macam-macam. Ia larut dalam pikirannya sambil melihat pemandangan luar.

Blake Lu kini sudah tahu dirinya sengaja berseberangan dengannya. Lain kali, ketika mereka bertemu, pria itu pasti tidak akan menunjukkan belas kasihan sedikit pun.

Tetapi ia tidak terlalu khawatir, toh kekacauan yang ada di depan mata Blake Lu sudah cukup menghabiskan waktu dan tenaganya.

Tengah malam.

Di kompleks vila Kota Nan, sebuah mobil BMW hitam berhenti di depan bangunan vila bergaya Barat.

Seorang pria berkarisma masuk ke dalam vila. Sebelum sempat ganti sepatu, ia langsung bertanya, “Jacqueline He mana?”

Asisten rumah tangga menjawab gugup, “Nona He langsung naik ke atas dan istirahat setibanya di rumah tadi. Raut wajahnya terlihat tidak begitu baik.”

“Raut wajahnya tidak baik? Menurut saya hatinya yang tidak baik, sampai saya ingin mempermainkannya.”

Blake Lu melempar sebuah vas bunga ke lantai, lalu menginjak pecahan-pecahannya dan naik ke lantai atas.

Lampu kamar lantai dua remang-remang. Mendengar langkah kaki, wanita yang ada di kamar itu langsung buru-buru turun dari ranjang dan mengurai rambutnya hingga ke bahu. Ia kemudian melepaskan sendal dan dengan kaki telanjang masuk ke kamar mandi. Ia mengubah penampilannya seperti orang yang baru selesai mandi.

Pintu terbuka, wanita itu berpura-pura panik, “CEO Lu?”

Tubuh wanita itu hanya dilapisi handuk putih. Bahunya yang halus dan kakinya yang panjang terlihat jelas.

Blake Lu melirik sekilas tubuh itu. Kemarahan di wajahnya agak pudar, tetapi ia tetap bersikap dingin: “Kamu ternyata pulang lebih awal. Aku baru berbicara sebentar dengan orang-orang, namun kamu sudah tidak ada.”

“Mereka memfitnahku dengan begitu sadis, untuk apa aku tetap diam di sana?” Wajah Jacqueline He merasa bersalah, matanya merah dan berkaca-kaca, “CEO Lu, kamu percaya dengan karakterku kan?”

Jacqueline He kemudian maju beberapa langkah, lalu kakinya tiba-tiba tersandung. Ia jatuh ke dada Blake Lu, dan handuk yang menutupi tubuhnya kini jatuh ke lantai.

“Ah......” Ia sibuk menahan pinggang Blake Lu, “Jangan lihat.”

Menghadapi serangan aroma tubuh yang wangi dan cantik, semua pria tidak akan bisa melawan. Blake Lu selalu masuk ke jaringnya, jadi ia hampir pasti selalu menang dengan strategi ini.

Raut wajah Blake Lu seketika berubah. Ia mendorong wanita itu ke atas ranjang.

Seorang wanita cantik dengan lekukan tubuh yang indah seperti ombak tersipu malu, siapa yang bisa tahan dengan ini semua?

Blake Lu melepas ikat pinggang, lalu membaringkan tubuhnya di atas Jacqueline He. Nada bicaranya masih agak emosi, tetapi nafsu birahi telah menguasai dirinya. Ia bertanya, “Kamu pakai cara ini untuk menggodaku, memang kamu tidak takut aku terpancing?”

Jacqueline He merangkul leher Blake Lu. Matanya nakal, “Aku takut, wanita di sekitarmu sangat banyak, aku takut suatu hari kamu akan melupakanku karena aku tidak berusaha sebaik mungkin mempercantik diri.”

Semua pria tinggi hati. Ketika menghadapi wanita yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan dirinya, pria itu di luar pasti menyalahkan wanita itu, tetapi sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa bahagia dan bangga, khususnya Blake Lu yang sangat peduli dengan nama besarnya itu. Jadi, ketika Jacqueline He mengucapkan kata-kata ini, ia sebenarnya sudah memaafkan wanita itu. Kekesalan yang masih tersisa sedikit di dalam hatinya akan ia lampiaskan di ranjang.

Ia memegang pinggang Jacqueline He, membuka selangkangannya, lalu memasukan penisnya ke dalam vagina wanita itu. Ketika wanita itu berteriak kesakitan, ia mencapai puncak kepuasaannya.

“CEO Lu, aku benar-benar salah. Aku mohon lepaskan aku, aku benar-benar tidak tahan......”

“......”

Vila Blake Lu hanya berjarak satu jalan dengan villa yang sangat sejuk ini.

Evelyn An sedang menggerakan ayunan berisi anaknya yang sedang tertidur dengan satu tangannya, sementara satu tangannya yang lain sedang memegang ponsel. Ia menonton ulang siaran langsung hari itu. Ketika melihat topik “Jacqueline He melakukan penjiplakan” di bagian pencarian, ia tersenyum dingin. Wajahnya terlihat seperti sedang mencemooh.

Nampaknya serigala itu hanya alat. Ia tidak percaya setelah kejadian memalukan ini Blake Lu akan tetap mau berada di samping serigala itu.

Tidak lama kemudian, pintu rumah diketuk kencang. Seorang pembantu rumah tangga datang dengan wajah panik, “Nyonya, Tuan Muda...... Tuan Muda bermalam di sana.”

“Apa?”

Evelyn An dengan kasar bangkit berdiri. Ia hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu