Revenge, I’m Coming! - Bab 154 Kau Ingin Aku Tidur di Kamar Sebelah?
Juru masak itu kebingungan, namun tak berani bertanya apa-apa, dan meninggalkan kamar itu.
Kamar kecil itu sudah lama tidak ditinggali orang, kalau ingin dibereskan memang sungguh sulit.
Setelah Caroline memutuskan untuk tidur seranjang dengan Mitchell, ia tak pernah berpikir untuk kembali ke kamar itu, bahkan agar Mitchell tidak mengusirnya, ia sengaja mengisi kamar itu dengan peralatan-peralatan menggambar seperti kanvas, cat dan sebagainya, tak disangka kelakuannya itu malah membuat dirinya sendiri kesusahan sekarang.
Ia pun melemparkan bantal dan selimutnya ke atas ranjang, lalu melihat sekelilingnya, ia menyadari kalau tempat untuknya berjalan saja tidak ada, dengan marah ia pun menendang kaleng cat yang ada di sebelahnya.
"Klontang" suara itu memenuhi seisi ruangan.
Kenapa? Kenapa dia yang harus tidur di tempat sekumuh ini?
Ia pun mengerutkan keningnya, dan memukul kepalanya sendiri, beberapa saat kemudian, ia pun membuka pintunya dan berjalan keluar, baru saja ia hendak mengajak Mitchell berdebat ulang lagi, ia pun bertambah emosi melihat kejadian yang sedang terjadi di depan matanya.
Orang itu sedang makan dengan enaknya di dalam kamar.
Seisi kamar dipenuhi dengan aroma ronde yang harum.
"Kau makan apa?" tanyanya.
"Ronde."
"Aku tahu! Itu punyaku."
"Punyamu?" Mitchell melihat ke arahnya, "Kenapa?"
"Aku yang meminta juru masak memasakkannya untukku, kenapa malah kau makan?"
Caroline melotot tajam, ia tak percaya rondenya sudah dihabiskan separuh oleh Mitchell, ia mengulurkan tangannya hendak merebut mangkuk ronde itu,
"Hei, sudah jangan makan lagi, itu punyaku."
Tangan Mitchell yang panjang itu berhasil menangkis tangan Caroline, namun Caroline kehilangan keseimbangannya, ia pun terjatuh ke atas tubuh Mitchell.
"Ah......"
Suara teriakan itu mengisi seluruh ruangan.
Wajah Caroline menabrak dada Mitchell, pipi kanannya mendarat tepat pada kancing metal di seragam tentaranya, sakit sekali rasanya, ia mencoba untuk berdiri, namun sepertinya tangannya menyentuh sesuatu yang tak seharusnya ia sentuh, tubuh Mitchell pun berubah kaku.
"Ma, maaf......"
Otak Caroline pun mendadak kosong, ia hanya ingin berdiri saja, dan tangannya menekan sesuatu itu dengan keras untuk menjadi tumpuannya berdiri.
"Uh......" terdengar suara keluhan dari atas kepalanya.
Tiba-tiba punggungnya ditekan dari belakang, suara pria yang sangat berat dan serak-serak basah pun terdengar di telinganya, seperti sedang memperingatkan,
"Jangan bergerak."
Kenapa tidak boleh bergerak? Dia jelas-jelas merasa telapak tangannya sedang menggesek sesuatu, tapi...... benar-benar bukan tangannya yang bergerak!
Tangan Mitchell yang menekan pinggang Caroline itu semakin mengerat, Caroline tak bisa lagi menjaga keseimbangannya, lalu jatuh lagi ke dalam pelukan Mitchell, tangannya tercepit di antara tubuh kedua orang itu, tersendat pada posisi yang sangat memalukan, ia tak berani bergerak.
Dirinya hampir menangis, "Bisakah kau mem...... membiarkanku berdiri?"
Nafas yang terasa di atas kepalanya semakin memberat, dia tak bisa melihat ekspresi wajah Mitchell, dia juga tidak bisa memikirkan hal-hal yang lain, dia hanya tahu kalau posisinya saat ini sangat tidak enak, tolong......
Berdiam dalam posisi yang seperti itu sekian lama, tangan Caroline pun menjadi kesemutan, dan barulah tenaga yang menekan pinggangnya itu menghilang perlahan-lahan, suara Mitchell pun kembali normal,
"Bangun."
"Aku......" Caroline hampir menangis, "Kakiku kesemutan."
Mitchell tercengang sejenak, lalu meletakkan tangannya di atas pinggang Caroline, lalu mengangkatnya berdiri, Caroline pun berteriak, "Aduh, ah, aduh duh duh....... Pelan-pelan, aku kesemutan......" Dan Mitchell pun membiarkannya jatuh ke lantai.
Caroline duduk di atas lantai membatu beberapa saat untuk menunggu rasa kesemutan di kakinya itu menghilang, tingkahnya itu sungguh membuat orang lain ingin tertawa.
Beberapa saat kemudian, setelah kakinya membaik, ia pun bertopang pada meja di sebelahnya untuk berdiri seperti orang tua, lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa, ia mengelus-elus kakinya dengan memelas, sambil berkata,
"Dasar pria brengsek."
Mitchell mengangkat separuh mangkuk ronde yang tersisa itu lagi seperti tak terjadi apa-apa, lalu melahapnya habis di depan Caroline.
Seseorang pun menelan air ludahnya kencang-kencang.
"Kau menghabiskannya?" ia melihat mangkuk kosong itu dengan terbelalak, "Kuahnya saja sudah habis tak tersisa, apa kau ini setan kelaparan?"
Mitchell memandanginya dengan tenang,
"Evelyn An ingin membunuhmu sembilan puluh persen karena mulutmu itu."
Caroline tak bisa melawannya, ronde miliknya pun juga sudah dimakan habis olehnya, malam ini dirinya benar-benar sial sekali, Caroline tak ingin berbicara dengannya lagi.
Mitchell memandanginya sejenak, "Kenapa tak bicara apa-apa lagi?"
Caroline menundukkan kepalanya, sengaja tak mempedulikannya.
"Apa kau sudah tak ingin makan ronde?"
"Mana ada ronde? Ronde dari......"
Kata 'jidatmu' itu pun ditelannya lagi setelah melihat Mitchell mengeluarkan semangkuk ronde yang sama persis dari bawah meja seperti sulap.
Melihat ronde itu, Caroline pun menelan kata-kata terakhir yang hampir diucapkannya itu, kemarahan di wajahnya tiba-tiba menghilang, ia pun mengambil sendok dan mulai menyantapnya, setelah menggigit ronde itu dan merasakan isi wijen hitamnya yang mengalir dalam mulutnya, wajahnya berubah cerah.
Mitchell tak pernah mengira akan ada orang yang bisa sebahagia ini karena semangkuk ronde saja.
Di dalam pikirannya, manusia sangat susah untuk merasa puas, entah itu besar atau kecil, apa yang dimilikinya tak akan pernah cukup untuk memuaskan diri sendiri.
Tapi wanita yang di depannya itu tak sama, jelas-jelas ia sangat ambisius untuk mengejar keadilannya, ia sangat ingin membalas semua orang yang mencelakainya, tapi setelah memakan semangkuk ronde itu, ia merasa sangat puas seperti memiliki seisi dunia.
"Karena ronde ini, kumaafkan dirimu yang menyalahkanku malam ini."
Caroline mengelap mulutnya dengan senang, lalu berkata,
"Tapi lain kali jangan begini lagi, aku tidak suka orang lain menyalahkanku, meskipun aku bukan bermarga Shao, tapi aku sudah menikah denganmu, bagaimanapun aku ini juga anggota dari Keluarga Shao, kau tidak boleh terus membela adikmu, lain kali jangan begini lagi."
"Maksudmu, malam ini kau tidak ingin tidur di kamar sebelah lagi?"
"Tidur di kamar sebelah apanya, aku sedang beres-beres saja tahu, kalau lain kali kau menyalahkanku lagi, kau yang akan tidur di sana."
"Kau ingin aku tidur di kamar sebelah?" Mitchell sedikit tidak percaya pada telinganya.
Caroline menebalkan mukanya, siapa yang tahu kenapa dia bisa berani berkata seperti itu pada Mitchell, lalu ia pun segera menambahkan,
"Maksudku kalau lain kali siapa yang bersalah di antara kita berdua, siapa yang tidur di kamar itu, begini kan lebih adil, tapi...... tapi hari ini sudah lupakan saja, hahaha, lupakan saja."
Ia sungguh tak ingin tidur di kamar kecil itu.
Setelah itu, ia pun pergi ke kamar mandi, berusaha keras untuk mengalihkan pembicaraan,
"Itu, aku sikat gigi dulu, lima menit kemudian baru kau mandi ya."
Melihat bayangan Caroline yang canggung itu, Mitchell pun menyipitkan matanya, lalu sebuah senyuman yang jarang muncul di wajahnya pun mulai muncul.
Novel Terkait
Adore You
ElinaIstri Pengkhianat
SubardiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlHusband Deeply Love
NaomiCinta Yang Dalam
Kim YongyiUnplanned Marriage
MargeryRevenge, I’m Coming!×
- Bab 1 “Terlahir Kembali”
- Bab 2 Gangguan Robert Shao
- Bab 3 Mitchell Shao Muncul !
- Bab 4 Kalau Begitu Dia Seharusnya Tidur Dimana?
- Bab 5 Kehidupan Masa Lalunya – Beatrice Gu
- Bab 6 Otak Saya Sudah Menjadi Bodoh
- Bab 7 Melihat Sebuah Adegan Yang Menggoda!
- Bab 8 Bantu Melayani Saya Mandi
- Bab 9 Trikmu Buruk Sekali
- Bab 10 Aku Mau Tidur Di Ranjangmu
- Bab 11 Pelayan Itu Adalah Pembantu Marry?
- Bab 12 Terima Kasih Bu
- Bab 13 Mari Kita Melakukan Transaksi
- Bab 14 Blake Lu, Kita Berjumpa Lagi
- Bab 15 Mencuri Gambar Beatrice Gu
- Bab 16 Ini Barang Palsu?
- Bab 17 Konflik
- Bab 18 Love Of The City
- Bab 19 Siapa Kamu sebenarnya?
- Bab 20 Cara Main Yang Menyenangkan Ini?
- Bab 21 Kalau Tidak Ingin Mati, Tutup Mulutmu
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (1)
- Bab 22 Aku Mohon Padamu, Bantulah Aku (2)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks?(1)
- Bab 23 Apakah Kamu Mengira Aku Haus Akan Seks? (2)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke (1)
- Bab 24 Apakah Kemanjuran Masih Oke? (2)
- Bab 25 Apakah Bibir Ini Pernah Bercahaya (1)
- Bab 25 Apakak Bibir Ini Pernah bercahaya (2)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(1)
- Bab 26 Mengapa Pergi Ke Acara Pelelangan(2)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (1)
- Bab 27 Bersikeras Berebut Denganku! (2)
- Bab 28 Apakah Kamu Mengenali Beatrice Gu? (1)
- Bab 28 Apakah Kamu Kenal Dengan Beatrice Gu? (2)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (1)
- Bab 29 Apa Yang Kau Inginkan? (2)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (1)
- Bab 30 Jangan Saling Membongkar (2)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang pun yang Baik (1)
- Bab 31 Tidak Ada Seorang Pun Yang Baik (2)
- Bab 42 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (1)
- Bab 32 Pengalaman Kamu Di Ranjang Terlalu Sedikit (2)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (1)
- Bab 33 Harus Maju Dan Mundur Bersama (2)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Brengsek (1)
- Bab 34 Tiga Pertanyaan Pria Bengsek (2)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (1)
- Bab 35 Akhirnya Keceplosan (2)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(1)
- Bab 36 Tidak Belajar Tentang Ini Ketika Belajar Kedokteran(2)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa (1)
- Bab 37 Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa(2)
- Bab 38 Kapan bisa Hamil? (1)
- Bab 32 Kapan bisa Hamil? (2)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (1)
- Bab 39 Panjang Umur Untuk Pertemanan Kita! (2)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (1)
- Bab 40 Ngapain Curi Lihat Surat Orang Lain (2)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (1)
- Bab 41 Melompat Ke Dalam Lubang Yang Digali Sendiri (2)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (1)
- Bab 42 Betul, Aku Menyukai Orang Lain (2)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(1)
- Bab 43 Bom Yang Tersembunyi(2)
- Bab 44 Orang Berkuasa Mengancam Orang Yang Lemah(1)
- Bab 44 Orang Berkuasa Menindas Orang Yang Lemah(2)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(1)
- Bab 45 Perubahan Apa Yang Bisa Terjadi Di Dalam Perut(2)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (1)
- Bab 46 Membujuk Orang Untuk Belajar Kedokteran Adalah Sesuatu Yang Sangat Mustahil (2)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (1)
- Bab 47 Apakah Kamu Menganggap Dirimu Adalah Dewa (2)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (1)
- Chapter 48 Benarkah? Sudah pasti dia? (2)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (1)
- Chapter 49 Hanya Beatrice Yang Tahu (2)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia(1)
- Chapter 50 Sepertinya Bukan Dia (2)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (1)
- Bab 51 Kamu Tidak Berencana Untuk Berterima Kasih Kepadaku (2)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam(1)
- Bab 52 Caramu Mengatasinya Cukup Cekat Dan Kejam (2)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (1)
- Bab 53 Untung Saja Kamu Melindungiku (2)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (1)
- Bab 54 Dari Kecil Dia Sudah Konyol (2)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (1)
- Bab 55 Bertindak sebagai Perantara (2)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (1)
- Bab 56 Jangan Salahkan Dia Membela Diri (2)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (1)
- Bab 57 Anggap Aku Tidak Pernah Mengatakannya (2)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (1)
- Chapter 58 Aku Telah Menjadi Mucikari? (2)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (1)
- Chapter 59 Pertanyaan Dari Para Tetua (2)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (1)
- Bab 60 Mari Kita Berdiskusi (2)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (1)
- Bab 61 Tidak Dapat Mencapai Kesepakatan (2)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (1)
- Bab 62 Tetapi Apakah Kamu Dapat Melakukannya? (2)
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya
- Bab 63 Ini Bukanlah Desain Saya (2)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan(1)
- Bab 64 Biarkan Dia Yang Menggantikanku Untuk Disalahkan (2)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (1)
- Bab 65 Bukan Aku Yang Membunuh Orang Itu (2)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (1)
- Bab 66 Aku Menunggu Panggilanmu Setiap Saat (2)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(1)
- Bab 67 Sup Kacang Hijau Ini Terasa Tidak Beres(2)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (1)
- Bab 68 Orang Meninggal Tidak Bisa Hidup Kembali (2)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (1)
- Bab 69 Naik Ke Atas, Ada Pertanyaan Yang Perlu Kutanyakan Padamu (2)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun (1)
- Bab 70 Pemberitahuan kematian hampir turun(2)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (1)
- Bab 71 Bagaimana Mungkin (2)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (1)
- Bab 72 Berharap Kamu Bisa Menyukainya (2)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (1)
- Bab 73 Awalnya, Aku Tidak Menganggapnya Serius (2)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (1)
- Bab 74 Kenapa kamu sangat melindunginya? (2)
- Bab 75 Aku bisa membantu kamu (1)
- Bab 75 Aku bisa bantu kamu (2)
- Bab 76 Kamu selalu membohongiku (1)
- Bab 76 Kamu Selalu Membohongiku(2)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Dengan Maksimal (1)
- Bab 77 Saya Akan Berusaha Maksimal (2)
- Bab 78 Jujur Sedikit, Kakak Ipar (1)
- Bab 78 Jangan Bermacam-macam, Kakak Ipar (2)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa(1)
- Bab 79 Aku Bilang, Dia Pasti Bisa (2)
- Bab 80 Aku Yang Menemani Dia Pergi (1)
- Bab 80 Aku Temani Dia Pergi (2)
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapiku
- Bab 81 Tidak Usah Memikirkan Cara Menghadapi Aku (2)
- Bab 82 Apa yang akan Kamu Lakukan?
- Bab 83 Suami Istri yang Sehati
- Bab 84 Bentuk Badan Pria Club Lebih Bagus dari Aku?
- Bab 85: Apakah Pacar Masa Kecil?
- Bab 86 Dia Telah Kehilangan Banyak Berat Badan
- Bab 87 Aku Tidak Begitu Bodoh
- Bab 88 Tapi Dia Pernah Dipenjara
- Bab 89 Kaki dia baik-baik saja
- Bab 90 Kamu Sudah Gila?
- Bab 91 Tinggalkan, Jangan Dibereskan
- Bab 92 Saya Tidak Tertarik Untuk Mengetahui Hal-hal Ini
- Bab 93 Tengah Malam Seperti Ini Kamu Ingin Menakuti Aku
- Bab 94 Seharusnya Tidak Beracun
- Bab 95 Apakah Saya Datang Dalam Waktu Yang Tidak Tepat
- Bab 96 Saya Biasanya Suka Menyimpan Senjata Terakhir
- Bab 97 Ular dan Tikus dalam Satu Kandang yang Sama
- Bab 98 Dasar Kamu Pemfitnah
- Bab 99 CEO Lu, Apakah Kamu Pernah Membunuh Orang?
- Bab 100 Tuan Muda Bermalam di Sana
- Chapter 101 Rasa Penasaran Bisa Membunuh Diri Sendiri.
- Chapter 102 Aku Mengira Kamu Tidak Bisa Tertawa Lagi
- Chapter 103 Memiliki Kebiasaan Memeluk Sewaktu Tidur
- Chapter 104 Halaman Belakang Pasti Terbakar
- Bab 105 Kamu Tahu Apa Yang Paling Penting Bagiku
- Bab 106 Sepertinya Aku Tidak Terlalu Pantas Untuk Pergi
- Bab 107 Kamu Sebenarnya Bukanlah Caroline Ye
- Chapter 108 Seberapa besar pun pengorbanan itu sangat layak
- Chapter 109 Kamu Tidak Perlu Untuk Berakting Lagi
- Chapter 110 Apakah Terasa Panas
- Chapter 111 Harus Melakukan Kewajiban Mu Sebagai Seorang Istri
- Chapter 112 Demi Melindungi Keluarga Nya Itu
- Bab 113 Terlihat Mesum Dari Mana-mana
- Bab 114 Beri Kamu Kelas Tambahan Tidak Perlu Menyalakan Lampu
- Bab 115 Pertama Kalinya Membawa Kakak Ipar Kemari
- Bab 116 Bertemu Dengan Teman Sekelas
- Bab 117 Giok Punya Manfaat Baik Untuk Seseorang, Sangat Cocok Dengan Mu
- Bab 118 Aku Benar-Benar Tidak Mengenalmu
- Bab 119 Hati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu
- Bab 120 Atas Dasar Apa Aku Harus Membantumu
- Bab 121 Semuanya Adalah Si Egois
- Bab 122 Nyonya Seperti Menang Dalam Sebuah Peperangan
- Bab 123 Biarkan Es Batunya di Mulutmu
- Chapter 124 Sudah Lama Melihatnya Dan Sudah Terbiasa
- Chapter 125 Untungnya Masih Ada Yang Peduli
- Chapter 126 Apakah Kamu Sedang Jatuh Cinta?
- Chapter 127 Wanita Seperti Itu,Tidak Bisa Di Harapkan Lagi
- Chapter 128 Masih Belum Siap Untuk Memiliki Seorang Anak
- Chapter 129 Apakah Kamu Merindukan Dia Lagi
- Chapter 130 Pastinya,Pilihan Ku Sangatlah Bagus
- Bab 131 Aku Adalah Bajingan, Jika Aku Berbohong Kepadamu.
- Bab 132 Nafsu Tidak Membedakan Lelaki dan Wanita
- Bab 133 Keluarga Ini Sangat Mencurigakan
- Bab 134 Seseorang menginginkan hidupnya
- Bab 135 Aku tidak berani pergi denganmu.
- Bab 136 Tidak menjelaskan kebohongan?
- Bab 137 Pembunuhan yang Disengaja
- Bab 138 Apakah Kamu Berani Mengatakan Kalau Kamu Cinta Dia?
- Bab 139 Seperti orang asing
- Bab 140 Menyuruh Pembantu Perempuan Mandi Bersama?
- Bab 141 Aku Suka Lihat Kamu Cemburu
- Bab 142 Hati dan Orangnya, Aku Menginginkan Semuanya
- Bab 143 Lain Kali Tidak perlu Menyiapkan Obat
- Bab 144 Bagaimana Kalau Aku Menebak?
- Bab 145 Lebih Baik Anda Pulang Saja
- Bab 146 Mengeluarkan Uang Empat Miliar Dalam Tiga Hari
- Bab 147 Wanita Ini Adalah Orang Gila
- Bab 148 Masih Bisa Bersabar Dan Tidak Melakukan Apapun?
- Bab 149 Dia Tampak Seperti Mengetahui Segalanya
- Bab 150 Salah Memukul Orang
- Bab 151 Aku Tidak Percaya Dengan Hantu Dan Arwah
- Bab 152 Memangnya Kamu Ini Apa
- Bab 153 Caroline Ye, Kau Sudah Melewati Batas
- Bab 154 Kau Ingin Aku Tidur di Kamar Sebelah?
- Bab 155 Kemungkinan Seratus Persen
- Bab 156 Beribu-Ribu Macam Kesedihan
- Bab 157 Tuan Muda, Kabulkan Permintaanku Sekali ini Saja
- Bab 158 Kau Adalah Seorang Master Negosiasi
- Bab 159 Bersedia Tertipu
- Bab 160 Anak Kecil, Kau Mau Melawanku?
- Bab 161 Tidak Boleh Minum Alkohol Lagi
- Bab 162 Kau Kira Semalam Kau Tidur dengan Siapa
- Bab 163 Beritahu Aku, Siapa Gerald Si?
- Bab 164 Kenapa Harus Pindah?
- Bab 165 Balas Dendam Ini Sangat Dalam
- Bab 166 Kamu Merasa Sangat Memalukan?
- Bab 167 Melihat Kejadian Itu Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 168 Keahlian Memasak Yang Buruk.
- Bab 169 Tolong.
- Bab 170 Takutnya Bukan Meragukan.
- bab 171 Di dunia ini apa benar benar ada hantu?
- Bab 172 Cuma tidak membenci saja
- Bab 173 Cuma menyisakan beberapa jalan saja
- Bab 174 Apakah Beatrice Gu sebenarnya tidak meninggal
- Bab 175 Kamu mengerjai orang lain
- Bab 176 Apakah pria bisa diandalkan?
- Bab 177 Masuk Perangkap
- Bab 178 Tuan, orang-orang sudah gila
- Bab 179 CEO Ye, CEO Ye, skandal mengenai Anda telah menjadi headline
- Bab 180 Jangan khawatir tentang itu?
- Bab 181 Apakah Kamu Sudah Gila?
- Bab 182 Ending