Revenge, I’m Coming! - Bab 168 Keahlian Memasak Yang Buruk.

"Kakak ipar dapat memotong sayur dengan sangat indah, keterampilan memasaknya kakak ipar pasti tidak buruk,"

Robert Shao mengatakan kata-kata mematikan, setara dengan mengikat Caroline Ye pada tempat yang tinggi, bahkan jika dia ingin menyangkalnya, sudah terlambat.

Setelah mengenakan celemek, Caroline Ye sedikit kewalahan di dapur.

Biasanya semua kerjaan ini dilakukan oleh Mitchell Shao, dia hanya melihat secara garis besar, jika benar-benar melakukannya, apakah betapa mudah?

Buka gas dulu atau masukkan minyak ke panci dulu?

Harusnya memasukan minyak dulu, jika tidak ada apa-apa di panci bagaimana mau memasak?

Caroline Ye merasa bahwa dia penuh dengan logika. Setelah memasukan minyak kemudian membuka kompor gas, sama sekali tidak memperhatikan mata Mitchell Shao memperhatikannya dari ruang tamu dengan ekspresi rumit.

Hasil dari meletakkan minyak dulu adalah uap air yang masih ada di kuali bercampur dengan minyak panas menghasilkan ledakan di kuali, Plak Plak meledak dengan sangat hebat, Caroline Ye sambil berteriak sambil memegang tutup kuali mundur ke tembok belakang, menunggu panci untuk tenang. Dia memandang kedepan ke arah Robert Shao yang sedang memandang nya dengan curiga.

"Hari ini ... Kuali ini sedikit bermasalah hari ini?"

"Lain kali aku datang, aku akan membawa kuali yang bagus untuk kakak ipar," Robert Shao menyusun papan catur di ruang tamu. "Kakak, papan catur sudah disusun, mari kita lanjutkan."

Carolune Ye memegang tutup kuali, melihat keluar dan tidak menemukan orang yang akan membantunya. Setelah beberapa saat dia menyelinap mengeluarkan ponselnya keluar dan mencari resep sayur.

Jika mengikuti resep, makanan yang di hasilkan jika tidak enak, tapi setidaknya tidak jauh berbeda dari resepkan.

Namun faktanya adalah,

Takarannya?

Berapa takarannya?

Sesuai dengan selera orang apa maksudnya?

Apa itu air amilum?

Setelah setengah jam berlalu, Caroline Ye duduk di sebelah sisi Mitchell Shao, dengan sungkan dan 'merendahkan diri'.

"Masakanku ini baru ku pelajari. Jika tidak terlalu baik, tidak terlalu enak, kamu makan sedikit saja."

Robert Shao melihat hidangan yang menggiurkan di atas meja, sedikit tersenyum.

"Kakak terlalu merendahkan diri, jika cara memotong saja bagus, maka keahlian memasak juga pasti tidak buruk."

Setelah berkata demikian, dia mengambil sepotong timun yang di masak dengan telur kemudian memasukannya ke mulut, senyum di wajahnya berangsur-angsur membeku.

“Bagaimana?” Caroline Ye memegang sumpit dan melihatnya dengan penuh harap.

Ekspresi wajah Robert Shao terlihat rumit, dengan sangat susah menelannya, "Berapa banyak garam yang kamu masukkan?"

"Hanya sedikit," Caroline Ye mengedipkan matanya, "Selera mulutmu tidak menjadi tawarkan?"

"Selera mulutku jadi tawar? Mungkin begitu." Robert Shao ekspresinya menjadi kaku, dan mencicipi hidangan lainnya, iga babi asam manis.

Iga babi asam manis yang dipanggang oleh bawang cincang berwarna menarik dan terlihat sangat menggugah selera.

"Bagaimana?"

Robert Shao dengan ekspresi rumit mengigitnya, sambil mengunyah sambil bertanya-tanya ketika, "Kenapa rasanya aneh?"

"Ya, kenapa kamu berdarah?"

Carolien Ye berseru dan menunjuk ke bibir Robert Shao.

Dia melihat ke bawah, dan tampak terkejut saat ini juga.

Darimana darah dirinya sendiri, itu adalah darah dari daging iganya yang belum matang.

Robert Shao segera pergi ke kamar mandi untuk berkumur, Ketika dia kembali, dia menatap Caroline Ye, sambil menimbang-nimbang dan berkata.

"Kakak ipar, keterampilan mu memasak, sayur-sayur ini aku ragu kamu yang memotongnya, kamu bukannya tidak ingin membiarkan aku makan di sini, sehingga sengaja menyembunyikan keterampilan memasakmu kan?"

“Siapa yang menyembunyikan keterampilan memasakku?” Caroline Ye sudah lelah dari tadi menyiapkan makanan ini. Ketika dia melihat ekspresi muka Robert Shao yang tidak puas. Alisnya menjadi segaris, dengan tidak sungkan berkata.

"Siapa yang menentukan bahwa jika dapat memotong sayuran dengan baik maka keterampilan memasaknya juga baik. Kami tidak tahu apa yang dulu kulakukan?"

Caroline Ye dulu adalah seorang dokter klinik, dan tekniknya cukup baik dalam membedah berbagai jenis hewan, keahlian tangannya sangat baik.

Wajah Robert Shao lebih jelek lagi, beberapa, matanya beralih ke arah lain.

"Bukannya aku tidak berbicara kata-kata yang buruk, tapi Kakakku kondisi badannya sedang tidak baik. tidak bisa sering memakan ini."

Dia berhenti sejenak, "Kalau tidak aku bisa membantu kalian mencari juru masak wanita, dan juga seorang asisten rumah tangga, sehingga kakak ipar bisa memiliki waktu untuk bersantai, lagi pula kamu menikah dengan anggota keluarga kami bukan menjadi pelayan."

"Tidak perlu," Mitchell Shao sudah lama tidak berbicara, nada bicaranya tenang. "Aku tidak terlalu memperhatikan makanku, jika di rumah orang dikit maka rumah akan lebih bersih."

"Kakak, bisakah kamu makan hidangan yang di buat oleh kakak ipar? Sampai-sampai kamu tidak mau mempekerjakan seorang pelayan," Robert Shao tertawa ringan, sengaja bertanya dengan santai.

"Kamu tidak memiliki sesuatu yang tidak ingin di ketahui orang luar bukan?"

Mitchell Shao melihatnya sebentar, mengambil sepotong telur memasukkannya ke mulut, ekspresinya tidak berubah sama sekali.

Tidak peduli Robert Shao, atau bahkan Caroline Ye mewakili dia berkeringat.

Dia tahu betapa asinnya makanan itu. Lagipula, lagi pula itu adalah hidangan yang dibuatnya sendiri. Dia bahkan mencicipinya dua kali sebelum dia hidangkan. Dia tidak bermaksud membiarkan Mitchell Shao memakannya, tapi dia ingin membalas dendam pada Robert Shao.

Siapa yang tahu saat dia makan dia tidak mengubah ekspresinya? Ini membuatnya bertanya-tanya apakah makanannya tidak seburuk itu

Dari ekspresi Mitchell Shao tidak ada tanda-tanda ingin memuntahkan makanan tersebut. Mata Robert Shao jatuh pada Caroline Ye. tapi dia bereaksi dengan sangat cepat, "Aku sedang diet, jadi akhir-akhir ini tidak makan banyak. Kalian kakak beradik makanlah lebih banyak."

Robert Shao tidak bisa berkata-kata lagi, dan tidak mengungkit pembicara mengenai pelayan lagi.

Setelah makan siang, Robert Shao mengusulkan untuk pergi memancing didanau terdekat.

"Kakak dan kakak ipar memilih tempat ini memiliki pamandangan yang baik. Dekat gunung sebelah air, cocok untuk melepas penat di akhir pekan. Jika dapat menangkap ikan, nanti malam bisa makan ikan bakar."

"Kamu nanti malam mau makan disini lagi?"

Caroline Ye menatapnya dengan heran.

Memikirkan makanan barusan, perut Robert Shao seketika sakit, dan mulutnya berdenyut, "Uhuk, uhuk, tidak perlu, malam ini aku ada urusan."

Ketika mendengar ini, Caroline Ye merasa lega, "Jika kamu memiliki urusan, lebih baik dengan cepat di selesaikan, kamu juga tahu bahwa kondisi badan Mitchell juga tidak baik, aktivitas di luar rumah tidak terlalu baik baginya."

Mitchell Shao malah berkata, "Memancing hanya perlu duduk, tidak perlu memutar otak dan mengeluarkan tenaga, dan lagi bersama denganku, kenapa kakak ipar tidak tenang?"

Hati Caroline Ye berdetak dengan kencang, oleh karena bersama dirimu sehingga tidak tenang.

“Tidak masalah, keluar berjalan-jalan.” Mitchell Shao menjawab.

Sebelum pergi, Caroline Ye menemaninya ke atas untuk berganti pakaian.

Sampai di danau, pemandangan indah.

Hari ini tepat musim panas baru berlalu, cuaca semakin dingin dan angin di danau sangat nyaman.

Ketika Caroline Ye tiba di danau dia langsung mengambil sebuah batu, lupa diri langsung melempar ke arah air.

Melihat batu yang terlempar di atas permukaan air, seakan-akan suasana hatinya juga meningkatkan.

"Aku akan ke sana untuk melihat-lihat,"

Di sisi lain, Mitchell Shao dan Robert Shao mereka duduk di pinggiran danau sambil memegang pancingan, yang satu duduk di kursi roda dan yang satu duduk di kursi lipat.

"Kakakku, sepertinya aku untuk pertama kalinya pergi bersama denganmu berdua saja. Kamu tahu, aku dulu sangat berharap bisa keluar berduaan denganmu, sama seperti saudara-saudara keluarga lainnya."

Robert Shao membenarkan pancingannya, matanya menunjukkan senyuman.

Pancingan ikan Mitchell Shao sudah di atur dengan baik, kedua tangannya di letakan dilututbya, ekspresi wajahnya tenang.

"Dulu aku jarang pulang, tapi kudengar temanmu cukup banyak, seharusnya tidak kekurangan orang untuk menemanimu bermain keluar."

"Itu semua teman untuk minum-minum saja, bagaimana bisa di bandingkan dengan saudara kandung?"

Robert Shao berkata, tetapi sudut matanya melihat ke dalam hutan di belakangnya.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu