Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
Tanu si gendut tertawa canggung, dia berkata, "Sella, aku akan bersikap baik kepada Hartini."
"Baguslah kalau begitu." Sella Ye mulai tertawa, sebuah ekspresi rileks terpancar dari wajahnya, "Yang sudah lalu, biarlah berlalu, yang penting adalah menghargai orang-orang di hadapan kita ini, iya kan?"
Tanu si gendut mengangguk-angguk, kesadaran dia tidak sepenuhnya berada di situ, ketika kesadarannya kembali, Sella Ye sudah beranjak dari tempat duduknya untuk keluar meninggalkan kantornya.
Tanu si gendut mengawasi bayangan Sella yang melangkah pergi, seketika dia menjadi melankolis.
Dia menggaruk kepalanya, awalnya hari ini sepulang kantor, dia berencana pergi minum bersama teman-temannya. Tapi dia teringat pesan Sella Ye tadi, maka dia mengirim sebuah pesan kepada Hartini Shi, mengajaknya makan malam bersama. Hartini Shi dengan senang hati menyetujui ajakannya, dan bahkan mengirimnya sebuah stiker hati bersama dengan balasannya.
Dia menatap ke layar ponselnya, mendadak merasakan lelah, meletakan ponsel itu ke atas mejanya dengan layar menghadap ke meja, kemudian meneruskan pekerjaannya.
......
Waktu pulang kantor, Hartini Shi membereskan mejanya dengan penuh semangat, bahkan dengan wajah berbinar memberi tahu Sella Ye, malam ini dirinya akan pergi berkencan.
Sella Ye bertanya apakah Hartini Shi pergi berkencan dengan Tanu si gendut. Senyum yang merekah di bibir Hartini Shi memastikan jawabannya.
Sella Ye juga merasakan senang, dia kemudian berkata dengan pelan, "Lain kali ketika dengannya melakukan 'itu', harus menyiapkan persiapan kontrasepsi dulu." Selesai berkata demikian dia dengan sengaja batuk.
Hartini Shi baru saja memiliki pengalaman dalam hal seperti itu, mendengar peringatan dari Sella Ye, wajahnya dengan segera memerah, dia memberi isyarat kalau dirinya sudah paham, lalau tidak lupa menggoda Sella Ye, "Kenapa kamu bisa demikian teliti menyangkut hal ini? Apa jangan-jangan tiap kali kamu melakukannya dengan pacarmu, dia selalu mengingatkanmu perihal kontrasepsi? Hm?"
Sella Ye tidak tahu mau menjawab apa, dia berkata kepada Hartini Shi untuk cepat-cepat bersiap pergi berkencan, bukan malah di situ dengannya berbincang macam-macam.
Setelah Hartini Shi pergi meninggalkannya, Sella Ye kembali masuk ke dalam suasana melankolisnya, dia meraba perutnya, beberapa kali terakhir ini dai juga tidak melakukan tindakan pencegahan kehamilan saat melakukannya dengan Bobby Shen. Dia sendiri juga tidak tahu apakah terjadi pembuahan atau tidak. Semisal terjadi pembuahan akan merepotkan.
Berpikir ke sana kemari, ponselnya tiba-tiba menerima sebuah pesan Whatsapp, saat dia membukanya, ternyata Bobby Shen yang mengirim pesan, dia bertanya:【 Sedang apa? Bodoh】
Sella Ye memeriksa sekeliling, mendapati teman-teman sekantornya sudah hampir semua pulang, tersisa hanya dia seorang diri, tidak ada orang lain di situ.
Bobby Shen mengirimnya pesan lagi: 【Lihat apa kamu? Anak bodoh.】
Sella Ye kali ini dengan cepat menengok ke belakang, tapi di dalam ruangan sebesar itu, selain dia, sungguh tidak ada orang lain.
Sella Ye dengan bingung menatap kembali layar ponselnya, dia membalas: 【Bagaimana kamu bisa tahu?】
Bobby Shen menjawab: 【Aku juga tahu rambutmu berantakan sekali. Aish, Sella Ye, apa aku ini sedang menyiksamu dengan tidak memberimu uang? Kenapa kamu tidak memperhatikan penampilanmu? Apa dengan penampilanmu yang seperti itu kamu bisa dengan nyaman mengenalkan diri di luar sebagai pacarku?】
Sella Ye menjulurkan tangannya mengelus rambutnya, memang sangat berantakan. Dia kemudian menggunakan tangannya untuk merapikan rambutnya, dengan cepat dia merasa ada yang tidak beres, kemudian dia mengirim pesan suara kepada Bobby Shen:【 Apa kamu sedang memata-mataiku?】
Bobby Shen dengan cepat membalasnya menggunakan pesan suara: Apa aku tidak boleh memeriksa karyawanku lewat kamera pengawas? Dia menjawab dengan nada angkuh.
Sella Ye panik, dia mendongak memelototi dengan kejam ke arah kamera pengawas di ujung ruangan. Kamera itu dipasang di dalam setiap ruangan, hanya saja dulu Sella Ye pernah mendengar Tanu si gendut berkata, Bobby Shen jarang sekali memfungsikan kamera-kamera itu, seringnya kamera-kamera itu dalam keadaan mati, maka setiap pegawai kantor itu juga tidak keberatan dengan keberadaan kamera-kamera itu. Toh Direktur Shen juga setiap hari sesibuk itu, kapan dia bisa menyisihkan waktu untuk mengawasi pegawainya?
Tapi Bobby Shen hari ini tidak tahu sedang kenapa, dia tiba-tiba menyalakan kamera pengawas itu, dan secara khusus menggunakannya untuk mengawasi Sella Ye.
Sella Ye mengirimnya sebuah emoji yang sedang dibanjiri keringat, lalu bertanya: 【Apa kamu tidak bosan?】
Bobby Shen membalasnya dengan mengirim stiker babi yang sedang menari, kemudian menjawab: 【Datanglah ke kantorku.】 Khawatir membuatnya takut, dia mengingatkan: 【Sudah tidak ada orang lagi di kantor, datanglah kemari.】
Sella Ye selamanya sudah tidak ingin menginjakan kakinya lagi ke kantor Bobby Shen dengan alasan apa pun, dia juga tidak ingin membalasnya: 【Aku tidak mau ke sana, aku mau pulang.】
Sambil berkata demikian, dia membereskan komputer di atas mejanya, kemudian dengan cekatan dia menutup kursinya, dengan segera beranjak pergi, dia merasa tidak mampu menolak Bobby Shen dan dia juga tahu selamanya tidak akan bisa bersembunyi darinya.
Dia sudah merencanakan apa yang akan dilakukannya malam itu, setelah makan, dia akan pergi melihat-lihat kos baru, melihat-lihat apa yang dia perlukan, mencatatnya, lalu keesokan harinya setelah pulang dari kantor, dia akan pergi ke supermarket bersama dengan Hartini Shi, kemudian pulang.
Sella Ye merasa rencananya itu sempurna, tapi baru saja kakinya melangkah keluar dari kantor, pinggangnya tiba-tiba di pegang oleh sebuah tangan besar yang hangat, yang lalu menariknya masuk ke dalam pelukannya. Bobby Shen kemudian dengan segera menariknya masuk ke dalam kamar, dia menendang pintu kantor terbuka, lalu menghimpit Sella Ye yang dipeluknya itu ke daun pintu.
Sella Ye terkejut lalu menjerit, "Apa yang akan kamu lakukan? Ini masih siang bolong, di luar masih ada orang."
Bobby Shen mencengkram Sella Ye di bagian empuk pinggangnya, dia tertawa kemudian berbisik ke telinganya, "Di luar masih ada orang, tapi tidak ada yang melihatmu masuk ke sini, apa yang kamu khawatirkan?"
Sella Ye panik, dia dengan sekuat tenaga mendorong Bobby Shen menjauh, lalu dengan tergesa-gesa berkata, "Kalau begitu lepaskan aku dulu."
Tawa Bobby Shen berhembus di bagian sensitif leher Sella Ye, "Kamu saja tidak mau masuk ke kantorku, untungnya aku menarikmu masuk. Ini semua salahmu, dan sekarang kamu ingin aku melepasmu? Enak sekali."
"Lalu apa yang kamu inginkan?" Sella Ye panik, wajahnya memerah, "Kita seperti ini terus cepat atau lambat akan dicurigai orang, kalau sudah begitu, kamu yang akan kehilangan muka."
"Bercanda," Bobby Shen berkata, "Kamu kira aku takut kehilangan muka? Apa yang aku takutkan? Bagaimana pun juga kamu yang akan kehilangan muka."
"Bajingan." Sella Ye berkata, "Kamu hanya memikirkan diri sendiri, sedikitpun tidak memikirkan perasaanku."
Bobby Shen mengusap dahinya, dia merasa dirinya terhadap wanita ini sudah tidak tahu mau bagaimana lagi, dia membantah, "Aku memang tidak adil padamu, tapi aku takut kamu terlalu rindu padaku, secara khusus datang ke kantor untuk menemuiku, tapi akhirnya.... ini benar-benar seperti pepatah air susu dibalas air tuba."
Sella Ye merasa geli, kemudian dengan sengaja berkata, "Direktur Shen, kalau begitu aku sangat-sangat berterima kasih padamu, sangat berterima kasih kamu sudah secara khusus datang menemuiku, dan juga terima kasih kamu sudah mengawasiku lewat kamera pengawas."
"Bagus bagus." Bobby Shen kembali normal mendengarnya. Dia lalu menaikan dagu Sella Ye, kemudian berkata, "Sejujurnya, sikapmu yang seperti ini tidak dimiliki oleh setiap wanita."
Sambil mengatakannya, tangan Bobby Shen yang berotot itu menelusuri garis leher Sella Ye, terus turun ke bawah, kemudian menyibak kerah bajunya terbuka, kemudian bergerak ke dalam, Sella Ye terkejut, tapi reaksinya terlambat. Tangan Bobby Shen itu sudah masuk melata di dalam bajunya seperti seekor ular. Tidak lama kemudian, tangan yang pawai itu sudah mulai melepas kancing baju belakangnya satu per satu, membuka bajunya, lalu mencengkram tempat terlembutnya dengan kasar.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaNikah Tanpa Cinta
Laura WangUnperfect Wedding
Agnes YuMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniYama's Wife
ClarkThick Wallet
TessaAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang