Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
Selesai makan siang, Hartini Shi masih merasa tidak tenang, dia mengingatkan Sella Ye lagi: "Sella, aku selalu merasa Caroline Ji aneh. Kamu pikir saja, dia beberapa hari yang lalu baru saja bersikap seperti itu kepada kita, kemarin malam dia membuat ayam goreng untukmu, Aku selalu merasa orang pada umumnya tidak mungkin melakukan hal sekontras itu dalam tempo yang singkat. Dia pastinya punya niat terselubung, baru bisa tiba-tiba bersikap baik terhadapmu...... Singkatnya, walaupun aku tidak begitu pandai dalam menilai orang, namun lebih baik sedia payung sebelum hujan. Aku rasa kamu harus berhati-hati dengannya."
Sella Ye sebenarnya juga sudah memikirkan masalah ini, maka kemarin malam dia baru tanpa ragu menolak ajakannya. Dia kemudian tersenyum menanggapi Hartini Shi, "Jangan khawatir, aku akan berhati-hati, kemarin malam ajakannya untuk jalan-jalan bersama, aku tolak."
Hartini Shi kali ini baru merasa tenang, "Baguslah kalau begitu, kamu bisa berpikiran seperti itu bagus. Yang aku paling khawatirkan adalah kamu tidak bisa menjaga diri, dan akhirnya disakiti orang lain pun kamu tidak tahu."
Sella Ye tersenyum lalu berkata, "Jangan khawatir, aku akan sangat berhati-hati. Malam ini aku berencana pergi ke rumah sakit untuk menengok ibuku, juga untuk menghindari orang ini. Sekarang setiap kali aku berjumpa denganya, bulu kuduku merinding."
Hartini Shi tertawa terbahak-bahak: "Ternyata kamu juga punya perasaan itu, aku kira hanya aku saja yang seperti itu! Maka tidak mengagetkan kalau kita berdua ini adalah sahabat terbaik bagi satu sama lain, karena kita bahkan membenci orang yang sama!"
Sella Ye menggodanya: "Hartini Shi, tolong maafkan aku, sebagai sahabat baikmu aku sudah mempermalukanmu di depan rekan-rekan kerja!"
Hartini Shi menjulurkan lidahnya, "Baiklah, baiklah, aku mengakui kesalahanku, lain kali aku tidak akan lagi membicarakan urusanmu dengan Bobby Shen di depan umum!" Kemudian dia tertawa sambil melangkah ke depan, lalu dengan sengaja menambahkan, "Aku paling banyak baru pernah mempermalukanmu sekali!"
Sella Ye mengawasi banyangannya yang pergi seperti seekor ikan melayang masuk ke dalam kantornya, dia tidak bisa menahan tawanya.
Saat jam pulang kantor, Hartini Shi buru-buru pergi, karena dia ada kencan dengan Rio Lu. Sella Ye sendirian berada di kantor, dengan malas-malasan menyelesaikan pekerjaan di tangannya. Sebenarnya dia tidak perlu kerja lembur. Hanya saja di apartemen tidak ada orang yang menunggunya, dan ada kemungkinan bertemu dengan Caroline Ji, manusia merepotkan itu, maka dia berencana untuk pulang sedikit larut. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia makan mie di kedai dekat kantor, kemudian berjalan kaki menuju ke rumah sakit di mana ibunya dirawat, sebagai latihan ringan setelah makan.
Sesampainya di rumah sakit, perawat yang bertugas merawat ibunya melaporkan keadaan ibunya baik-baik saja, dia juga berkata belakangan ini ada banyak orang yang datang menjenguk ibunya. Maka Sella Ye bertanya kepadanya siapa saja yang sudah datang menjenguk ibunya.
Perawat itu menunjuk sekeranjang penuh buah yang berada di atas meja. Dia tersenyum, lalu berkata kepada Sella Ye: "Ayahmu dan ibu tirimu, dan juga saudara tirimu, mereka datang bertiga. Mereka berpesan agar memberitahumu tentang kedatangan mereka. Mereka juga meminta nomor teleponmu, tapi aku berpikir kamu mungkin tidak ingin mereka mengetahuinya, maka aku tidak memberikannya pada mereka."
Sella Ye tersenyum, dia merasa senang dengan yang sudah dilakukan perawat itu, "Terima kasih, tante perawat tidak menjualku!"
Namun perawat itu merasa tidak enak, kemudian berkata: "Kenapa kamu berterimakasih kepadaku? Aku yang harus berterimakasih kepadamu, kalau bukan karena pertolongan darimu, aku tidak akan tahu di mana aku harus mencari pekerjaan sesantai dan seenak ini. Aku juga berterimakasih kepada Tuan Shen, dia mencarikan pekerjaan baru untuk suamiku, dan juga mencarikan tempat les untuk anaku. Sekarang dia akhirnya bisa masuk ke universitas ternama. Tuan Shen juga berkata dia akan menanggung biaya sekolahnya selama 4 tahun. Kalau saja kamu tidak mempekerjakan aku untuk merawat ibumu, aku pastinya sudah...."
Ini juga pertama kalinya Sella Ye mendengarnya, ternyata Bobby Shen diam-diam sudah melakukan banyak hal untuk ibunya.
"Kamu tidak perlu berterimakasih kepadaku, "Sella Ye berkata, "Semua ini adalah berkat Tuan Shen, aku sebenarnya tidak membantumu apa-apa."
"Kalau begitu aku harus berterima kasih kepadamu karena kamu sudah mengakui kemampuanku, kalau tidak aku tidak akan mengenal Tuan Shen, dengan tidak mengenalnya, lalu bagaimana mungkin keadaan keluargaku bisa secepat itu berubah?" Perawat itu berkata, tapi sambil menghela nafas sedih, "Sayang sekali aku telah mengecewakan kalian, ibumu sudah kurawat selama ini, namun belum juga tersadar."
Sella Ye menenangkannya dengan berkata: "Bibi, kamu jangan berkata demikian, ini tidak ada hubungannya denganmu, penyakit ibuku, dirawat oleh orang lain pun juga akan tetap sama. Dia mengalami strok, sangat susah untuk bisa sembuh, selain mendapat perawatan dari luar negeri. Tapi perawatan seperti itu memiliki resiko yang tinggi, aku tidak ingin membahayakan ibuku, maka lebih baik demikian, paling tidak dengan demikian dia bisa hidup baik-baik."
Pandangan Sella Ye melayang, dia menatap seikat bunga segar yang berada di tepian tempat tidur ibunya, dia bertanya kepada bibi perawat: "Apakah ayahku dan ibu tiriku yang membawakan bunga itu?"
Mendengarnya, bibi perawat baru tersadar dari kesedihannya, dengan segera melambaikan tangan lalu menjawab: "Bukan, bunga ini adalah pemberian dari seorang lelaki yang asing, dia berkata saat dia berjalan dan melihat ibumu, dia merasa ibumu terlihat akrab, sangat mirip dengan seseorang dari masa lalunya, maka dia masuk lalu melihat-lihat."
"Iyakah?" Sella Ye merasa curiga, "Dia sembarangan masuk dan membawakan bunga?"
"Dia berkata awalnya dia ingin memberikan bunga itu pada orang lain, yang juga dirawat di sini, tapi dia merasa dirinya ada jodoh dengan ibumu, maka dia meninggalkan bunga itu di sini."
Sella Ye mendengar penjelasan dari bibi perawat, merasa semakin aneh. Di dunia kenapa bisa ada orang membosankan seperti itu, karena merasa dirinya berjodoh, lalu memberikan bunga itu untuknya. Dan lagi orang yang diberinya bunga adalah seorang yang tua dan lumpuh, terbaring di atas tempat tidur rumah sakit.
Cerita ini kenapa semakin didengar semakin terasa aneh?
Sella Ye bergidik, dia merasa belakangan ini semakin banyak orang aneh. Tidak usah membahas sikap ayah dan ibu tirinya dulu, lelaki yang tiba-tiba datang lalu memberi ibunya bunga ini saja sudah cukup aneh.
"Kalau begitu apakah dia meniggalkan namanya?" Sella Ye bertanya dengan curiga, dia ingin menggali informasi lebih banyak lagi.
Tapi bibi perawat berkata, "Tuan itu duduk sebentar, lalu tanpa mengatakan apa-apa, dia pergi. Dia juga tidak mengatakan namanya.
Sella Ye menatap bunga di sebelah tempat tidur ibunya itu sekali lagi. Itu adalah seikat bunga lily, yang merupakan bunga yang paling disukai ibunya. Lelaki ini bagaimana bisa kebetulan mengetahui bunga kesukaan ibunya?
Ini benar-benar merupakan sebuah kebetulan yang susah dipercaya......
Tapi dia tidak meninggalkan informasi apa-apa, Sella Ye sendiri juga tidak tahu bagaimana mencaritahu tentangnya.
Dia hanya bisa menatap bibi perawat itu dan berkata, "Lain kali, kalau dia datang lagi, tanyakan namanya."
Bibi perawat itu tersenyum lalu berkata: "Baiklah Nona Ye." Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Tapi aku rasa tuan itu hanya sembarang datang untuk melihat-lihat saja, seharusnya dia tidak ada niatan apa-apa. Tempat seperti rumah sakit, tidak akan membuatnya berani berbuat sesuatu untuk menyakiti pasien, Nona Ye jangan khawatir."
Sella Ye tertawa, sebenarnya dia tidak membesar-besarkan masalah, hanya merasa seikat bunga lily ini, diberikan terlalu kebetulan, 11 batang pula, bukankah itu cara seorang lelaki yang secara khusus ingin mengutarakan perasaannya kepada seorang wanita?
Namun mendengar perkataan bibi perawat, dia juga merasa dirinya terlalu banyak memikirkan yang tidak-tidak, belakangan ini tidak tahu kenapa, dia selalu merasa tegang, terhadap siapa saja merasa was-was.
Sebelum beranjak pergi, Sella Ye berpesan kepada bibi perawat, "Kalau ayah dan ibu tiriku datang lagi, bilanglah langsung kepada mereka, aku tidak akan pulang ke rumah lagi, dan agar mereka tidak meributi aku lagi."
Terhadap keluarga Ye, Sella Ye sudah tidak peduli lagi.
Empat tahun lalu, saat dirinya diusir keluar oleh ayahnya. dirinya masih terkadang ingin pulang, namun setelah dipukuli dan disiksa oleh mereka, Sella Ye sekarang sudah memutuskan hubungan dengan keluarga Ye.
Dia tidak akan pulang lagi ke keluarga Ye, jangankan nanti, sampai kapan pun dia tidak akan pulang ke rumah itu lagi.
Novel Terkait
Balas Dendam Malah Cinta
SweetiesMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Cold Wedding
MevitaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelKisah Si Dewa Perang
Daron JayI'm Rich Man
HartantoAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang