Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 58 Sella Maafkan Aku
Sejak baru saja turun tadi, Airin Jiang terus menahan rasa sakit di lambungnya, dia bertahan sekuat-kuatnya. Begitu mendengar pertanyaan Bobby Shen, hatinya sedikit tenang, dia tertawa, "Tidak apa-apa, mungkin kemarin malam aku kurang berhati-hati sehingga sekarang masuk angin."
"Apa kamu mau aku antar ke rumah sakit?" Bobby Shen bertanya dengan gentle, sembari melambaikan tangan, mengisyaratkan pelayan di situ untuk mengambilkannya segelas air panas.
Airin Jiang menggeleng, "Tidak perlu, pagi ini bukannya kita mau pergi rapat? Segera habiskan sarapanmu, kemudian kita berangkat, jangan biarkan orang lain menunggu kita.'
Walaupun Airin Jiang berkata demikian, tetapi Bobby Shen masih menanyainya lagi, "Sungguh tidak perlu pergi ke rumah sakit?"
Setelah mendengar tanggapan dari Airin Jiang, Bobby akhirnya mengangguk.
Dalam perjalanan menuju ke kantor cabang, wajah Airin Jiang bertambah pucat, Bobby Shen sudah mengingatkannya untuk pergi ke rumah sakit, tapi Airin Jiang masih bersikukuh, dia berkata dia sudah meminum obat, jadi sudah tidak perlu ke rumah sakit. Melihat kekukuhannya, Bobby Shen tidak menyinggung-nyinggung soal rumah sakit lagi.
Hanya saja, sesampainya di kantor cabang, saat rapat darurat dengan para petinggi kantor belum berjalan setengah jam, Airin Jiang yang sedari tadi sudah pucat pasi, tiba-tiba roboh, tidak sadarkan diri, sambil menunjukan tanda-tanda serangan shock. Untungnya salah seorang sekertaris di situ pernah belajar pertolongan pertama, dia langsung turun tangan memberi pertolongan pada Airin Jiang. Tapi baru siuman beberapa detik, Airin Jiang kembali pingsan.
Bobby harus menghentikan rapat itu, memundurkannya, kemudian dengan segera melarikan Airin Jiang ke rumah sakit terdekat.
Setelah mendapat pertolongan di rumah sakit, Airin Jiang baru benar-benar keluar dari masa kritis.
Dokter yang menanganinya bertanya pada Bobby Shen, si pasien pagi itu apakah memakan sesuatu yang membuatnya alergi atau makan makanan yang dingin. Bobby Shen mengisyaratkan dirinya tidak tahu dengan jelas. Dokter itu menghela nafas lalu menyalahkannya, karena ketika muncul pertanda seperti itu dia tidak dengan segera membawanya ke rumah sakit. Dia juga berkata kalau terlambat beberapa saat saja, akan terjadi komplikasi. Untungnya hari ini termasuk cepat, kalau tidak akan membahayakan nyawa pasien.
Bobby Shen mendengar penjelasan dokter itu juga merasa tidak berdaya. dari pagi tadi dia sudah merasa Airin Jiang sedikit aneh, dia juga sudah menyuruhnya untuk ke rumah sakit, tapi Airin Jiang menolaknya. Tapi kejadian hari ini, dia sendiri juga merasa bertanggung jawab. Kalau saja dia tadi sedikit tegas kepadanya, semua hal ini tidak akan terjadi.
Bobby Shen yang melihat Airin Jiang sudah mendapatkan pertolongan tapi tidak juga siuman, meneruskan menunggunya dengan sabar selama satu jam kedepan.
Tapi satu jam telah berlalu, waktu sudah menunjukan pukul 12 siang, penerbangan pulangnya menuju ke Beijing pukul 3. Sekarang sudah hampir waktu boarding. Bobby Shen pun bertanya lagi kepada dokter mengenai alasan Airin Jiang yang belum juga sadar.
Dokter itu merasa ada yang aneh, dia menyeritkan dahi sejenak untuk berpikir kemudian berkata, "Pasien sekarang sudah keluar dari masa bahaya, kami juga sudah memberinya infus, tapi dia belum juga tersadar, mungkin karena dia terlalu kelelahan, mungkin semalam tidak bisa tidur."
Terhadap jawaban dokter ini, Bobby Shen merasa tidak berdaya.
"Kira-kira kapan dia bisa sadar?" Bobby bertanya lagi.
"Hal ini tidak bisa dipastikan." Dokter itu menaikan bahu, "Pasien ini perlu beristirahat, bisa tidur itu hal yang bagus, mengenai dia ingin tidur berapa lama itu tergantung dengan kebiasaan dia!"
Bobby Shen berjalan kembali ke kamar rawat, Airin Jiang belum juga sadar. Waktu sekarang sudah menunjukan pukul 2 siang, sepertinya dia tidak akan sempat pulang hari ini.
Berpikir sampai di sini, Bobby Shen menjadi kesal.
Dia berjalan keluar dari kamar rawat, lalu menelepon Sella Ye, dia bertanya, "Sedang apa?'
Sella Ye sedang menemani Hartini Shi jalan-jalan, kali ini dia sedang berada di kamar pas, mencoba sebuah rok biru keunguan. Lalu Bobby Shen meneleponnya, dia mengangkat kemudian berkata, "Aku sedang berjalan-jalan di luar dengan teman kantorku, sedang mencoba rok."
Bobby Shen tertawa, "Rok seperti apa? Perlihatkan padaku?"
Sella Ye menjawab, "Tidak bagus, jangan kamu lihat."
"Kapan kamu pernah terlihat cantik?" Bobby Shen berkata, "Sini aku lihat."
Setelah berkata demikian, dia langsung menutup teleponnya, lalu menggantinya dengan video call. Sella Ye melihat apa yang tertampang di layar ponselnya, terkejut, ingin mematikannya tapi dia tidak berani, akhirnya dengan terpaksa dia mengangkatnya.
Begitu terhubung, Sella Ye mendapati wajah tampan Bobby Shen, hari ini dia mengenakan setelan jas lengkap, rambutnya juga disisir dengan rapi, jarang sekali menemui dia yang berpenampilan seperti itu. Sella Ye bertanya kepadanya, "Hari ini kamu kenapa berpenampilan seformal itu?"
Bobby Shen menarik-narik dasinya, tidak menjawab pertanyaan Sella Ye, dia hanya memberi isyarat padanya untuk mengarahkan layar ponselnya turun. Artinya sudah jelas, dia ingin melihat rok barunya.
Sella Ye hanya bisa mengarahkan layar ponselnya turun, menunjukan rok barunya yang masih dikenakan itu, membiarkan Bobby Shen di sebelah satu telepon itu menikmatinya.
Bobby Shen melihatnya lalu berkata, "Warna biru?"
Sella Ye membenarkannya. "Biru keunguan!"
Bobby Shen tertawa, "Sama saja."
Sella Ye menjelaskan kepadanya dengan serius, "Perbedaannya sangat besar, warna ini bukan sekedar biru biasa, ini adalah biru kabut! Biru kabut! Warna yang paling ngetren tahun ini, tahu?"
Sella Ye menekankan 'biru kabut' beberapa kali kepada Bobby Shen yang hanya membalasnya dengan 'oh', kemudian berkata, "Kenapa kamu mengenakan kabut di tubuhmu? Apa kamu ini sudah gila?"
Sella Ye membalikan matanya, mendengus, "Kamu yang sakit....." Suaranya lirih sekali.
Bobby Shen tidak memperdulikannya, dia tertawa, lalu teringat hari ini adalah ulang tahunnya, dia sangat jarang memberinya pujian, "Warnanya sebeanrnya biasa saja, tapi apa saja yang kamu kenakan bagus. Beli saja rok itu, pakai kartuku, ketika aku pulang nanti, aku ingin melihatmu mengenakannya."
Sella Ye jarang sekali menerima pujian di hari ulang tahunnya, suasana hatinya tentu menjadi bagus, dia menarik ujung bibirnya naik, lalu tersenyum. Lalu bertanya kepadanya pertanyaan yang sama dengan pertanyaan semalam, "Apa kamu hari ini akan pulang?"
Bobby Shen merasa sepertinya dia hari ini tidak akan sempat menemaninya merayakan ulang tahunnya, tapi juga tidak ingin membuatnya kecewa, maka dia berkata dengan jujur, "Hari ini aku rasanya tidak bisa pulang, ada urusan mendadak, besok aku baru pulang, ok?"
Bobby Shen hampir tidak pernah menggunakan nada berdiskusi dengan Sella Ye, hal ini mengejutkan Sella Ye, tapi bagaimana pun juga dia tidak merasa senang.
Dia masih ingin Bobby Shen pulang.
"Tahun lalu kamu bertanya padaku, punya harapan ulang tahun apa, apa kamu masih ingat apa kataku?" Setelah berkata demikian Sella Ye menghela nafas, dalam hati dia merasa Bobby Shen pastinya sudah melupakannya.
Tapi dia benar-benar tidak menyangka, Bobby Shen mengingatnya, "Harapanmu setiap tahun sama, semisal aku lupa terhadap semua yang ada di muka bumi pun aku tidak akan melupakan harapan sebuah makhluk hidup bersel tunggal itu!"
Sella Ye awalnya tidak merasa dirinya adalah sebuah makhluk hidup bersel tunggal, tapi begitu dia mengingatkannnya seperti itu, dia jadi teringat, sudah sejak dia berumur 16 tahun, dia selalu berharap Bobby Shen tidak lupa untuk mengucapinya selamat ulang tahun tahun depan.
Memikirkan harpannya yang selalu sama itu, dia merasa memang seperti sebuah makhluk hidup bersel tunggal.
Bobby Shen tiba-tiba berkata dari ujung telepon satunya, "Sella, maafkan aku."
Novel Terkait
Love From Arrogant CEO
Melisa StephanieLove at First Sight
Laura VanessaThick Wallet
TessaMy Charming Lady Boss
AndikaAdore You
ElinaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang