Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 247 Mantan Kekasih
Mengetahui berita itu Airin Jiang terkejut bukan main.
Mantan kekasih ayahnya?
Ibu dari wanita yang terus merepotkannya itu?
Ibunya sudah berkali-kali berkata pada Airin Jiang, Calvin Jiang tidak akan pernah melupakan cinta pertamanya, bahkan setelah lewat bertahun-tahun, dia masih dalam mimpinya memanggil nama cinta pertamanya itu.
Dulu Airin Jiang selalu menghibur ibunya, lelaki memang sering merasa bersalah, yang tidak bisa didapatkan, tidak akan pernah dilupakannya.
Tapi seperti sekarang, Calvin Jiang terhadap cinta pertamanya itu, tidak sesederhana masih mengingatnya seperti itu.
Dari hasil penyelidikan Mike Zhang, Airin Jiang mengetahui, Nadia sekarang adalah dalam keadaan vegetatif, dia tidak bisa merasakan apa pun, dia hanya bertahan hidup dengan bergantung pada tabung oksigen dan obat-obatan, sepatah kata pun dia tidak sanggup mengucapkan, matanya tertutup, tapi Calvin Jiang masih tak kenal lelah selalu berlari ke ruang rawatnya.
Kisah cinta seperti ini, tidak sesederhana cinta pertama seseorang begitu saja, itu adalah sebuah cinta yang sangat mendalam baru akan membuat orang berbuat demikian.
Pantas saja Calvin Jiang berusahan mati-matian untuk menyelamatkan Sella Ye, sekiranya, sewaktu dia melihat Sella Ye, dia teringat dengan wanita yang sangat dia cintai?
Sampai di sini, Airin Jiang semakin merasa ada sesuatu yang menghambat jalur pernafasannya. Ibunya yang demikian perhatian pada Calvin Jiang, ternyata yang berada di dalam hati Calvin Jiang dari dulu adalah wanita lain. Bagi seorang wanita yang mencintai seseorang sepenuh hati, apa ada sesuatu yang lebih kacau dari pada ini?
Airin Jiang sekarang sungguh merasa ibunya tidak pantas berbuat demikian! Dan pertama kalinya dia juga merasakan di dunia ini, ternyata banyak yang tidak adil, walaupun mereka mendapatkan apaun yang merela inginkan, tapi yang paling diinginkan hatinya, tidak peduli apa yang mereka lakukan, tidak bisa mereka dapatkan.
Sore itu Airin Jiang pulang ke rumah orang tuanya. Agatha Song sedang berada di rumah menyiapkan sup ayam untuk ayahnya, dia berencana mengantarkan sup ayam itu ke rumah sakit.
Mengetahui Agatha Song sedang membuatkan sup ayam, dia berkata dengan murung: "Ibu, ibu masih punya niat baik untuk membuatkan sup untuk ayah, apa ibu tidak tahu, dia sekarang sedang sibuk memupuk cinta lamanya lagi! Mana ada hati yang tersisa untuk meminum sup yang sudah ibu siapkan dengan susah payah! "
Agatha Song dapat merasakan ada yang aneh dengan perkataan anak perempuannya, dia berkata: "Jangan asal bicara, ayahmu bukan orang yang seperti itu. "
"Apa ibu sangat mengerti ayah? "Airin Jiang bertanya dengan sinis, "Ibu, kenapa ibu selamanya sebodoh ini? Apinya saja sudah menjilat pintu rumah kita, apa ibu tidak merasa gugup? "
Agatha Song meneruskan memasak sup, dia berkata dengan sabar: "Ibu tahu suasana hatimu sekarang sedang tidak baik, tapi seorang wanita harus berhati-hati dalam bertutur kata, terutama di dalam rumah. Tembok kita punya telinga, sebaiknya kamu lebih berhati-hati!" Saat berkata demikian Agatha Song sengaja melihat sekelilingnya, kemudian memelototi Airin Jiang.
Airin Jiang tahu ibunya sekrang sedang mengkhawatirkan pembantu-pembantu di dalam rumah. Keluarga Jiang adalah keluarga berdarah biru, kalau sampai tersiar kabar bahwa tuan besarnya ada main dengan wanita lain, para pembantu mereka akan ramai dengan berita itu, dan pada akhirnya akan menjadi kabar yang ramai diperbicangkan orang seluruh kota.
Menyadarinya, Airin Jiang dengan segera menutup mulutnya, dia lantas dengan sabar menunggu ibunya selesai memasak sup ayam, baru membawa ibunya masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, kemudian berbincang dengannya menggunakan suara lirih.
"Ibu, bajingan itu sudah menggoda ayah, kalau ibu tidak bertindak, sampai nanti ayah benar-benar berhasil tergoda, ibu hanya akan bisa menangis! "
"Bajingan mana? "Agatha Song tak berdaya, "Aku tahu kamu sedang membicarakan Nadia, tapi dia sekarang sudah dalam keadaan vegetatif, bagaimana dia menggoda ayahmu? Kamu jangan sembarang berasumsi, menakuti diri sendiri! "
"Sekarang dia dalam keadaannya yang seperti itu saja berhasil menarik ayah untuk mengunjunginya! Kalau nanti dia sampai sadar, tidak tahu lagi apa yang akan terjadi! "Airin Jiang berkata, "Ibu, ibu ini sebenarnya tahu atau tidak? Ayah demi cinta lamanya itu bahkan rela mengorbankan nyawanya. Yang ayah selamatkan hari itu adalah anak perempuan Nadia, anak kandung, apa ibu tahu? "
"Ibu tahu, dari awal ibu sudah mengetahuinya. "Agatha Song berkata sambil membalikan badan, mengenai hal ini, saat dirinya mengetahuinya, dia juga bersedih, tapi saat dipikirnya lagi, dia merasa semua ini sudah seharusnya terjadi. Singkatnya, dia adalah seorang wanita yang tradisional, dulu dirinya setelah kehilangan kesuciannya baru menikah dengan Calvin Jiang. Calvin Jiang mengetahuinya juga tidak mengatakan apa-apa, bahkan bersikap lebih baik lagi terhadapnya. Mengenai hal ini, Agatha Song selalu merasa berhutang budi terhadap Calvin Jiang. Seperti halnya sekarang, dia hanya ingin mengurus cinta pertamanya dulu dengan menyelamatkan putrinya, Agatha Song harus bagaimana lagi menghadapinya?
Kalau yang dihadapinya adalah orang biasa, dia mungkin masih bisa merasa tidak nyaman, tapi sekrang, Nadia terbaring sakit di atas tempat tidur, bergerak pun dia tidak sanggup. Agatha Song tidak tahu mengapa dirinya harus mencemburui wanita sepertinya. Dari sudut pandang yang lain, dia hanyalah seorang yang sudah mati, hanyalah seorang yang masih bisa hidup karena alat bantu kesehatan.
Dia tidak sanggup membenci wanita seperti ini.
"Tunggu sampai kamu seusiaku, maka kamu tidak akan lagi merasa terganggu dengan hal kecil seperti ini. " Agatha Song menatap anak perempuannya itu, dia kemudian berkata dari hatinya yang terdalam, "Orang di masa mudanya selalu senang untuk merebutkan siapa menang siapa kalah, seakan kalau tidak berhasil menang, seluruh dunia akan meremehkannya, tapi sebenarnya, di dunia ini mana ada sebanyak itu yang bisa menentukan siapa menang dan siapa kalah. Tunggu sampai kamu mencapai usia itu, kamu akan memahaminya, menang sebenarnya tidak memiliki arti apa-apa. "
Menang menghadapi dunia, tapi kalah terhadap lelaki yang paling dicintainya, punya arti apa?
"Ibu, itu semua karena ibu selemah ini, maka ayah sekrang baru semakin meremehkan ibu! Apa ibu tahu, dia sekarang setiap hari selalu pergi mengunjungi wanita bernama Nadia itu! Kalau ibu tidak memperjuangkannya lagi, dia tidak akan mau dengan ibu lagi! "Airin Jiang marah sampai suaranya gemetar. Dia merasa kecewa dengan ibunya. Dia selalu merasa kalau dia berada di posisi ibunya, dia pasti akan menanganinya lebih baik dari ibunya, paling tidak, dia tidak akan membiarkan ayahnya terus menemui wanita jalang itu.
"Lalu apa yang kamu ingin aku lakukan? "
"Ibu harus merebut ayah kembali! "
Agatha Song tiba-tiba tertawa, dia menatap anak perempuannya itu, akhirnya dia paham kenapa anaknya itu tidak bisa mendapatkan Bobby Shen, tidak peduli apa pun yang dia lakukan, dia tidak akan pernah bisa mengalahkan saingannya dalam hal percintaan itu.
"Kenapa kamu sampai sekarang masih tidak memahaminya? Lelaki tidak bisa direbut kembali, kalau seorang lelaki bisa direbut kembali, kalau begitu, lelaki ini bukan lelaki baik-baik, paham? "Agatha Song menghela nafas tak berdaya, "Sama halnya dengan ayahmu, ayahmu bukan lelaki biasa, dia menyukai siapa dan ingin bersama dengan siapa, itu semua hak dia untuk memilih, ibu tidak bisa mengaturnya, bukan ibu tidak bisa mengaturnya, tapi ibu tidak punya kemampuan untuk itu, paham? Ibu tidak memiliki kemampuan ini......karena dalam bahtera pernikahan ini, faktanya adalah ayahmu kuat dan ibumu lemah, ibu hanya bisa pasrah. "
"Tidak boleh pasrah! "Airin Jiang berkata dengan gemetar, dia seketika berkata lagi, "Ibu, kalau kita menyerah pasrah, detik ini juga yang berada di genggaman kita semuanya akan sirna, waktu itu tiba, jangan mengatai aku ini anak perempuan yang palsu, bahkan reputasi ibu sebagai Nyonya besar Jiang tidak bisa dipertahankan! "
"Anak bodoh, Nadia sudah tidak sadarkan lagi, dokter berkata dia selamanya tidak akan sadar lagi. "Setelah berkata demikian, sebuah senyum tersembul dari ujung bibir Agatha Song.
Airin Jiang dengan segera menyambar: "Ibu, walaupun Nadia sudah tidak akan sadar lagi, tapi apa ibu lupa? Masih ada Sella Ye! Apa ibu tidak merasa ayah tanpa menghiraukan keselamatannya pergi untuk menoling Sella Ye? Lalu apa ibu tahu? Saat aku sampai ke rumah sakit yang lalu, aku melihat ayah sedang berbincang dengan Sella Ye, apa ibu tahu sorot matanya yang mengandung kasih? Yang aku khawatirkan akan menyingkirkan kita bukanlah Nadia, tetapi Sella Ye! "
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlInnocent Kid
FellaDewa Perang Greget
Budi MaAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang