Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
Sella Ye menutup telepon, melirik ke kiri dan ke kanan, melihat sekeliling kantor. Sebagian besar rekannya pergi makan siang. Di kantor sebesar itu, hanya ada beberapa karyawan yang tersisa. Ada yang tidur siang, ada yang bekerja, dan ada yang main-main. Mereka kecanduan dunia mereka sendiri, dan bahkan tidak sedikitpun memandang ke atas.
Sella Ye tidak ingin mengganggu orang-orang ini. Dia bangkit dengan ringan dan pura-pura pergi ke kamar mandi. Ketika dia sampai di pintu kantor Bobby Shen, dia tidak mengetuk. Dia langsung membuka pintu dan menguncinya. Pergerakannya sangatlah cepat. Dia bersandar di pintu dan menghela nafas berat, seolah-olah dia adalah seorang pencuri.
Ketika Sella Ye mendongak lagi, dia melihat Bobby Shen berdiri di sudut kantor, diam-diam memperhatikannya. Tubuhnya yang tinggi bersandar di meja, matanya tertuju pada wajahnya. Dengan tatapan usil dan senyum yang melengkuk lebar sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya, ia menjaga posturnya yang santai.
Sella Ye dengan cepat menyesuaikan sikapnya, batuk sedikit, menegakkan dirinya, menggerakkan bibirnya, dan tidak mengatakan apa-apa.
Bobby Shen tiba-tiba tersenyum dan menatapnya. "Sella Ye, kamu sangat gesit. Sayang sekali kalau tidak menjadi pencuri."
Ketika Sella Ye mendengar ironi dalam kata-katanya, dia menatapnya dalam gelap, tetapi nadanya masih penuh hormat, "Direktur Shen, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
"Jadi kamu masih bisa memanggilku direktur Shen?" Bobby Shen meletakkan lengannya, menyentuh dagunya, tertawa dan menggodanya, "Kalau memang aku direkturmu, mengapa kamu begitu gelisah? Keinginan dan pikiran kotor apa yang kamu miliki untukku?"
Sella Ye mengakui bahwa dia tidak bisa mengatakan apa-apa tentang dia. Setiap kali dia ingin bermain, dia bahkan sangat pandai dalam berkata-kata, sama seperti ketika dia meletakkan dirinya di tempat tidur, pria itu selalu menang.
Untuk seseorang yang dia tidak pernah bisa kalahkan, Sella Ye tidak memiliki niat untuk berdebat dengannya.
Sella Ye berdiri di pintu, diam dengan kepala tertunduk, dan tidak mengatakan apa-apa.
Apa yang paling dibenci oleh Bobby Shen adalah sikap Sella Ye. Dia tidak bisa melawan atau memarahi. Jika Sella Ye melawan balik, dia bisa terus bertarung, tapi dia seperti sepotong kayu. Perasaannya tidak bisa ditebak, tidak ada kesenangan, tidak ada respon.
Agak mengecewakan.
Bobby Shen menghela nafas menarik, berjalan ke arahnya dengan kaki jenjang, meraih tangannya, tetapi Sella Ye menepisnya, dan sekedar menatapnya.
Sella Ye bertanya "Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, katakan sekarang. Jangan sentuh aku. Ini bukan rumah tetapi perusahaan. Bagaimana kalau kita dilihat oleh rekan kerja?"
Bobby Shen mengeluarkan sebatang rokok, menundukkan kepalanya, menyalakanny dan tersenyum, "Kamu mengunci pintu, dan kamu takut rekan lain akan melihatnya? Apakah rekan kerjamu memiliki mata tembus pandang yang dapat melihat bahwa kita sedang berhubungan badan? "
Setelah itu, Bobby Shen tersenyum malas dan mengingatkannya, "Jangan berpura-pura padaku, atau aku akan bercinta denganmu sekarang. Percaya atau tidak?"
Sella Ye memandangnya dengan waspada, menundukkan kepalanya, berjalan ke kantor, dengan sengaja menjauh darinya. Dia ingat dengan sangat baik, bagaimana pria itu menakut-nakutinya dengan stik golf terakhir kali. Ketika dia melihat stik golfnya, secara tidak sadar tubuhnya gemetar.
Bobby Shen berbalik dan melihat Sella Ye berdiri gugup. Dia tersenyum dan berpikir bahwa gadis itu benar-benar penakut. Hanya karena diancam satu kali, kini dia sangat ceroboh.
Bobby Shen menunjuk ke sofa dan memberi arahan, "Duduk."
Sella Ye ragu-ragu sejenak dan duduk di sofa.
Ketika Bobby Shen melihatnya duduk, dia menaruh kotak makanan yang telah dikirim bibi Anik kepadanya dan menyerahkannya tanpa kemarahan, "Makanlah."
"Apa ini?" Sella Ye mengambil kotak dia serahkan dan melihat dengan hati-hati. Dia menemukan itu adalah sarang burung. Dia menatap Bobby Shen dan berkata, "Untuk apa kamu memberikan sarang burung untukku? Aku tidak mau memakannya, habiskan itu sendiri."
Bobby Shen tidak mau beradu mulut dengannya, dan memerintahkannya dengan suara yang tak terbantahkan: "Jika aku menyuruhmu makan, kamu akan makan. Sejak kapan kamu bisa memutuskan mau atau tidak mau? Cepat."
Sella Ye berpikir dia benar-benar aneh. Ini jam makan siang, dia seharusnya sedang pergi mencari makan. Tetapi tiba-tiba pria ini memaksanya memakan sarang burung, tentu saja tidak akan kenyang!
"Aku ingin makanan berat. Bagaimana aku akan menikmati makanan beratku setelah menghabiskan ini?" Sella Ye mendorong kotak itu kembali.
Bobby Shen berkata, "Kamu tidak bisa menganggap ini sebagai berat?Hah?"
Sella Ye juga ingin berdebat, "Ini jelas-jelas bukan makanan berat, bagaimana mungkin aku menganggapnya ..."
Sebelum dia selesai berbicara, Bobby Shen sudah merampas kotak itu dan mengambil satu sendok penuh. Terlepas dari apakah dia siap atau tidak, dia menyuapkan sarang burung itu ke mulutnya.
Gerakannya terlalu cepat untuk dilawan. Sella Ye belums sempat menanggapi sama sekali. Dia membasahi kerah bajunya dan berteriak, "Jangan lakukan ini!"
"Kalau begitu kamu bisa memakannya sendiri." Bobby Shen menunjuk dengan marah ke kotak makanan. "Habiskan seluruh kotak ini sebelum kamu pergi."
Sella Ye menghela nafas. Ia hanya bisa menundukkan kepala. Dia harus tunduk pada otoritas dan mengisi perutnya dengan es sarang burung.
Meskipun rasa sarang burung itu enak, tetapi satu kotak utuh, tidak peduli seberapa bagus rasanya, semua orang juga tidak akan tahan.
Ketika dia memakan sarang burung itu, Bobby Shen hanya duduk di sudut lain sofa, melipat kakinya yang panjang, melonggarkan kerah kemejanya, dan menyaksikannya makan dengan santai.
Ketika Sella Ye selesai makan, dia masih menatapnya, seolah-olah ia belum puas.
Sella Ye menatapnya, membersihkan kotak makanan, berkata: "Direktur Shen, aku sudah menghabiskannya, bisakah aku keluar?"
Bobby Shen mengayunkan telunjuknya, yang berarti dia tidak diizinkan keluar.
Ketika Sella Ye berjalan ke arahnya, dia langsung ditarik oleh Bobby Shen. Dahi mereka bersentuhan lembut. Bau harum lelaki menyembur di wajah dan lehernya, dengan rasa tirani dan kebiadaban.
Sella Ye merinding seketika. Bobby Shen menarik tubuhnya lebih dekat dan berkata di telinganya, "Jangan bergerak, biarkan aku melihatnya."
"Apa yang kamu lihat?" Sella Ye berusaha menjauh, tetapi dipegang erat olehnya.
Bobby Shen berkata dengan suara lembut yang langka, "Lihat apakah lukamu sudah sembuh."
Sella Ye sedikit terkejut bahwa dia masih ingat lukanya dan berkata: "Jauh lebih baik. Tidak perlu melihatnya lagi. Kita tidak sedang di rumah."
"Maksudmu, aku bisa melihatnya di rumah?" Napasnya yang panas membasahi telinganya, dengan sentuhan yang seksi, "Maka kamu anggap ini sebagai rumah kita, biarkan aku melihatnya, sebentar saja."
Tentu saja, Sella Ye tidak ingin dia melihatnya. Lukanya berada di paha, bukankah itu berarti ia perlu melepas rok dan stockingnya?
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaBeautiful Love
Stefen LeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiGet Back To You
LexyCinta Yang Berpaling
NajokurataAku bukan menantu sampah
Stiw boyAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang