Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan

Sella Ye pastinya tidak mampu menjadi seperti yang diinginkan Airin Jiang, dia memainkan bibirnya, lalu berkata, "Nona Jiang, jangan khawatir, aku tahu aku ini siapa, dan apa statusku, aku juga tahu masalah ini tidak akan ada penyelesaiannya, aku tidak pantas bersama dengan Bobby Shen, semuanya ini hanya permainan di tempat kejadian, aku berharap Nona Airin Jiang juga tidak menganggapnya serius."

Airin Jiang mendengar itu, tersenyum penuh kepuasan, tidak menambahkan apa-apa lagi.

Bagi wanita-wanita sekelas Airin Jiang, kadang bahkan dalam suatu peperangan, mereka bisa membuat musuh menyerah tanpa melakukan apa-apa, mereka hanya menggunakan pesonanya untuk menaklukan lawan.

Tanpa diragukan lagi, Airin Jiang adalah wanita yang seperti itu, Sella Ye benar-benar tidak berdaya berhadapan dengannya.

Sekarang yang ingin dilakukan Sella Ye hanya secepatnya meninggalkan rumah sakit ini, dia rindu mamanya, dia juga tidak tahu apa Bobby Shen menepati janjinya dan meneruskan pembiayaan pengobatan mamanya.

Setelah kepergian Airin Jiang, Sella Ye tidak bisa tidur, bahkan setelah minum obat yang mengandung penenang sekalipun tidak membuatnya terlelap.

Siang itu, setelah makan siang, Sella Ye diam-diam meminjam ponsel perawat itu lagi untuk menghubungi Rio.

Tapi, anehnya, Rio tidak mengangkat teleponnya, bahkan pesan yang dia kirim pun tidak mendapat balasan.

Hal ini membuat Sella Ye mulai cemas, Rio tidak mengalami kecelakaan kan?

Tapi dipikir-pikir lagi, Rio juga bukan anak kecil, kecil kemungkinannya dia kecelakaan, apa jangan-jangan dia kecewa? Jadi tidak mengangkat telepon dari Sella Ye? Membalas pesan singkatnya pun tidak.

Sella Ye berpikir sampai dia merasa pusing, dia kembali teringat video tidak senonohnya itu. Telanjang bulat dengan seorang lelaki, yang merupakan kawan lamanya, memuaskan nafsu berahinya di atasnya. Pemikiran ini membuat kemarahan Sella Ye pada Bobby Shen seolah naik satu level.

Dia dan Rio sebenarnya tidak ada hubungan apapun, misalnya dia meminta maaf kepadanya mengenai masalah ini, harusnya dia juga menyesal, kemudian mengirim videonya kembali.

Sella Ye mengembalikan ponsel itu kepada perawat, selanjutnya, sepanjang hari itu Sella Ye hanya menanti balasan dari Rio. Dia ingin pergi keluar kamar untuk berjalan-jalan di luar, tapi bahkan melakukan itu pun dia tak sanggup, Pak Toni menunggu di depan kamarnya seperti seorang sipir. Dia merasa hari-harinya mendung, seakan tidak ada secercah harapan pun, serasa dia mulai menjamur di dalam kamar.

Malam tiba, perawat itu menawarkan makan malam kepada Sella Ye, tapi Sella Ye menggeleng dan berkata dia tidak lapar, nona perawat itu bersikukuh menyuruh Sella Ye makan dengan berkata itu perintah dari Bobby Shen. Tapi malam itu Sella Ye benar-benar tidak nafsu makan, sehingga dia membuat perawat itu untuk berjanji tidak memberitahukan masalah itu kepada Bobby Shen.

Sella Ye sekarang seperti seekor siput, menggulung dirinya di dalam selimut.

Dia tidak ingin makan apapun, juga tidak ingin bertemu dengan siapa pun, dia merasa dia adalah orang yang paling kasihan di muka bumi ini, tidak ada orang yang bernasib lebih sial darinya. Dia berpikir kenapa empat tahun lalu di hari itu Bobby Shen mau menolongnya? Semisal saat itu Bobby Shen tidak menolongnya, mungkin Sella Ye sudah sejak awal masuk neraka!

Perawat itu mulai khawatir melihat Sella Ye sepanjang hari hanya meringkuk di dalam selimutnya. Setitik air pun dia tidak minum, perawat itu mengernyitkan dahi, berpikir, ternyata pengaruh Nona Airin Jiang sungguh besar, dia bahkan baru bertemu empat mata dengan Sella Ye sesingkat itu, sudah membuat Sella Ye separah itu.

......

Aula perjamuan dipenuhi oleh lampu-lampu terang yang meriah, berduyun-duyun selebritas datang dari seluruh kota, satu kata untuk mendeskripsikan suasana di tengah perjamuan itu. Mewah!

Bobby Shen tidak menyukai suasana seperti itu, setiap hari pulang bekerja dia harus menemani klien untuk membahas kerja sama, sesekali juga menemani ayahnya, sejak dia menginjak 18 tahun, dia sudah membenci suasana seperti itu, tapi dia diharuskan untuk menghadirinya, tidak hanya menghadirinya, dia juga tidak boleh menunjukkan sedikit pun sikap tidak mau, dia harus memalsukan senyum penuh wibawa kepada semua hadirin.

Sedangkan Airin Jiang, dia sepertinya memang diciptakan untuk perjamuan-perjamuan seperti itu, di tengah-tengah kerumunan wanita-wanita cantik, dia tampil menonjol, tidak peduli ditinjau dari sudut pandang mana, tidak peduli oleh sesama jenis maupun lawan jenis, semua senang berada di sekitar Airin Jiang.

Bobby Shen berdiri di sudut ruangan, dengan segelas minuman kekuningan di tangannya. Dia meneguk habis minuman itu, dilihatnya Airin Jiang yang berada di tengah-tengah kerumunan orang banyak itu, namun perlahan, pikiran Bobby Shen melayang, menerawang wanita lain.

Bobby Shen teringat Sella Ye dulu pernah mengenakan sebuah gaun pesta seperti itu, yang berwarna putih mutiara, cantik. Sangat cantik.

Pikirannya terbang menembus ruang dan waktu...

Dia teringat saat itu, pertama kali Sella Ye datang menghadiri sebuah perjamuan, saat itu Sella Ye baru berumur 15 tahun, masih seorang gadis kecil, tapi sudah sanggup menggaet hati semua pria yang bertemu dengannya. Saat itu Bobby Shen masih tidak mengakui kalau dirinya juga tergaet oleh kecantikan Sella Ye, satu hal yang dia tidak bisa pungkiri hanyalah, saat Fenny dan Sella Ye berdiri bersama, yang dilihatnya hanyalah Sella Ye dan Sella Ye seorang. Dia sampai hari ini masih teringat gaun yang dikenakan oleh Sella Ye di hari itu, tapi tidak bisa mengingat apa yang dikenakan Fenny.

Bobby Shen memijat-mijat keningnya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon rumah sakit di mana Sella Ye dirawat.

Nona perawat itu melaporkan, "Nona Sella Ye hari ini sudah membaik, demamnya sudah turun, sudah tidak ada masalah apa-apa lagi."

Dia menanggapinya dengan sebuah 'hm', lalu bertanya, "Apakah hari ini dia sudah makan?" Bobby Shen teringat pagi itu Sella Ye tidak memakan buburnya. Kadang Bobby Shen merasa Sella Ye itu seperti seorang anak kecil, yang harus sering-sering dimanja, kadang dia sangat patuh, tapi terkadang dia sangat susah diatur, seperti yang sekarang sedang terjadi. Apa pun yang Bobby Shen lakukan selalu tidak berkenan kepadanya, seakan Bobby Shen baru saja menghabisi keluarganya. Sial! Jelas-jelas dia yang salah, tapi yang dijadikan kambing hitamnya adalah Bobby Shen!

Perawat itu bimbang sejenak. Dia sedang memutuskan apakah dia mau menjawab pertanyaan Bobby Shen itu dengan jujur atau tidak.

Sampai pada akhirnya Bobby Shen bertanya lagi, perawat itu baru menjawab dengan jujur, "Dia malam ini tidak makan, siang juga tidak mau makan. Dia berkata tidak nafsu makan, saya membujuknya seperti apapun juga dia tetap tidak mau makan."

Mendengar perkataan perawat itu, Bobby Shen sedikit marah, "Kalau dia tidak mau makan, kamu tidak bisa menyuapinya?"

Perawat itu berusaha membela diri dengan berkata, "Tapi Nona Sella Ye bersembunyi di dalam selimut, saya tidak bisa menariknya keluar, saya takut menyakitinya...."

Bobby Shen tersadar, nadanya berbicara barusan sedikit keterlaluan, "Maaf. Aku tidak seharusnya menyalahkanmu. Sudah dulu."

Bobby Shen menutup telepon, kemudian membuka halaman percakapan Whatsappnya dengan Sella Ye, kemudian dengan suara berat berkata, "Aku harus sesabar apa, agar tidak naik pitam kepadamu ketika aku pulang."

Saat itu juga, Airin Jiang berjalan mendekatinya, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini seorang diri?"

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu