Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu

Sella Ye membawa kemarahannya itu kembali ke dalam ruang perawatan.

Apa maksud Bobby Shen ini? Memperlakukan Sella Ye seperti seorang tahanan? Menyita ponselnya mungkin masih wajar, tapi melarangnya menggunakan ponsel?

Nona perawat itu berdiri terdiam di dalam ruang rawat inap, dia mendengar perbincangan barusan antara Sella Ye dengan Pak Toni, awalnya dia tidak berniat mencampuri urusan pasiennya itu, tapi melihat air mata Sella Ye yang mulai bercucuran, hatinya meleleh juga.

Perawat itu kemarin malam baru saja mendengarkan desas-desus mengenai Nona Airin Jiang dan Tuan Bobby Shen, menurut perawat-perawat di rumah sakit itu, Nona Airin dan Tuan Bobby Shen akan menikah pada akhir tahun ini, walaupun terlihat jelas perlakuan Tuan Bobby Shen terhadap Nona Airin sangat dingin. Tapi pernikahan bagi orang-orang kaya merupakan sebuah permainan.... Dengan demikian, kejadian kemarin malam antara Tuan Bobby Shen dan Nona Airin merupakan hal yang wajar-wajar saja. Toh keluarga Jiang memiliki uang yang berlimpah, di depan khalayak umum melangsungkan perkawinan yang megah, di balik layar saling menyimpan selingkuhan juga tidak ada orang yang tahu. Dalam kisah ini, Nona Sella Ye yang paling kasihan. Di umurnya yang masih muda dia hanya bisa jadi wanita simpanan, di kurung dalam sebuah sangkar emas, seumur hidupnya tidak akan bisa menghirup udara bebas. Sekarang saja dia dikurung disini tanpa diperbolehkan memegang ponsel....

Berpikir demikian, perawat itu juga turut bersimpati, dengan ragu dia bertanya, "Nona Sella Ye, apa nona ingin meminjam ponsel untuk menghubungi anak saudara?"

Mata Sella Ye mulai berbinar, seketika dia mengangguk.

Perawat itu tidak ada rasa curiga sedikit pun, dia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, kemudian menyerahkannya pada Sella Ye sambil berkata dengan suara pelan, "Pakailah ponsel saya, tapi jangan sampai ketahuan oleh Tuan Bobby Shen, kalau sampai ketahuan olehnya, saya pasti akan kehilangan pekerjaan saya."

Sella Ye berterimakasih pada perawat itu dengan segenap hatinya, kemudian berjanji dengan suara pelan, "Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu orang lain."

"Baiklah!" Kata perawat itu sambil mengangguk, kemudian berbalik memberi Sella Ye privasi.

Yang dilakukan Sella Ye pertama-tama saat menerima ponsel itu adalah masuk ke akun Whatsappnya, mencari kontak Rio, kemudian mengirimnya pesan, bertanya apakah dia sedang online.

Akan tetapi setelah menunggunya cukup lama, Rio tidak juga membalas.

Sella Ye tak lagi sabar menunggu, dia kemudian langsung menelpon Whatsapp Rio.

Namun, setelah telepon itu cukup lama berdering, Rio belum juga mengangkatnya.

Sella Ye bimbang mau mengirimnya pesan lagi atau tidak, tapi berulang kali dia mengetik pesan panjang lebar, berulang kali pula dihapusnya lagi, akhirnya dia putuskan untuk tidak mengirimnya.

Beberapa hal tidak bisa dijelaskan begitu saja menggunakan pesan.

Akhirnya Sella Ye hanya bisa mengembalikan ponsel itu kepada perawat itu dan berharap besok dia mendapat kesempatan untuk menghubungi Rio.

——

Siang itu, ketika Sella Ye sedang beristirahat, tak disangka Bibi Anik datang berkunjung, sambil membawakannya rantang berisi penuh makanan.

Sella Ye mengamati rantang itu dengan seksama, ternyata rantang itu adalah rantang yang dibawanya ke kediaman keluarga Jaya yang lalu, bukan suatu kebetulan.

Bibi Anik terkekeh sambil berkata, "Tuan muda berkata kepadaku, Nona Sella Ye sedang di rumah sakit, kemudian menyuruhku untuk memasakan sup sarang walet untuk Nona Sella Ye, setelah aku selesai memasaknya, aku langsung mengantarnya ke sini."

Sambil berkata demikian Bi Anik menyodorkan rantang berisikan sup sarang walet itu kepada Sella Ye.

Sella Ye menerima sup itu kemudian berkata, "Terima kasih Bi Anik,"

Bibi Anik tersenyum lalu berkata, "Jangan berterimakasih padaku. Berterima kasihlah kepada Tuan Muda. Pagi ini beliau sebelum boarding pesawatnya ke Shanghai, beliau secara khusus memintaku untuk membuatkan sup sarang walet untukmu."

"Oh? Hari ini dia pergi ke Shanghai?" Sella Ye menundukan kepalanya meminum sup itu, pikirannya terbang entah ke mana.

"Betul," Bi Anik melanjutkan, "Kata pak Toni, proyeknya di Shanghai sedang ada masalah besar, jadi Tuan Muda pagi-pagi tadi langsung pergi meninjau ke sana."

Sella Ye menundukan kepalanya lagi untuk meminum supnya, berita ini membuatnya merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Kepergian Bobby Shen ke Shanghai tentu akan memakan waktu berhari-hari, yang berarti beberapa hari ini dia tidak perlu bertemu dengannya. Bukankah ini saat dia bergembira? Tapi kenapa dia tidak merasakan demikian? Kepergian Bobby Shen ke Shanghai beberapa hari itu justru membuatnya bertanya-tanya, dengan siapa dia pergi ke Shanghai? Jangan-jangan dengan Airin......?

Bi Anik melihat Sella Ye tidak fokus, bertanya kepadanya, "Apakah rasanya tidak enak?"

Sella Ye cepat-cepat menjawab, "Rasanya sangat enak sekali. Bi Anik, keahlian memasak bibi bertambah hebat."

Kali ini Bibi Anik baru bisa tersenyum lega, dia kemudian berkata, "Kotak ini adalah kotak yang kamu bawa itu. Tuan Muda tidak tega membuangnya, hanya dia letakkan kotakmu itu di kamarnya, jadi hari ini kubawakan kemari. Kalau nanti Tuan Muda ingin makan bubur daging sapi, kamu bisa membuatkan untuknya..... Dia, paling menyukai masakanmu."

Sella Ye salah tingkah mendengar celoteh Bi Anik itu, dia meletakan semangkuk sup di tangannya itu, dengan sedikit sarang walet tersisa di dalamnya.

Sarang walet adalah makanan yang mahal, tidak pantas disia-siakan, Bi Anik melihat perlakuan Sella Ye terhadap sisa makanannya, berkomentar Sella Ye adalah seorang wanita yang dewasa, dia berkata demikian sambil menggerutu menceritakan kelakuan keponakan perempuan istri kedua papa Bobby Shen, "Saudara sepupu tiri Tuan Muda, Maria, setiap kali tidak bisa menghargai makanan, aku pernah memasakannya sup sarang walet, dia hanya memakannya setengah, lalu menyuruhku membuangnya, sarang walet sangat mahal, bisa-bisanya dia membuang-buang makanan semahal itu. Yang lebih membuat kepalaku pusing, nyonya kedua berniat menjodohkannya dengan Bobby Shen."

Sella Ye mengigit-gigit bibirnya dengan tak berdaya lalu berkata, "Bi Anik, tidak perlu memusingkan itu." Lalu menambahkan, "Tuan Muda Bobby Shen punya banyak pilihan pasangan hidup, Maria masih anak kecil, tidak mungkin masuk kategori wanita pilihannya."

Bi Anik mendengar pernyataan Sella Ye tersebut tercengang, nada dari kata-katanya sedikit tidak enak di dengar, selain mengandung nada-nada cemburu, juga sepertinya seolah sedang mengeluh dengan Tuan Muda.

"Kalian berdua sedang bertengkar lagi?" Bi Anik bertanya dengan kaget.

Pikiran Sella Ye melayang ke pertengkarannya dengan Bobby Shen tadi pagi, karena tidak ingin membohongi Bi Anik, dia mengangguk.

"Kalian ini kenapa sering sekali bertikai?" Bi Anik mengangkat alisnya.

Sella Ye juga tidak mengerti kenapa bisa bertengkar. Belakangan ini mereka seakan tidak pernah rukun, baginya pertengkaran seperti tadi pagi sudah tidak mengejutkannya lagi.

"Bukankah beberapa hari yang lalu kalian masih baik-baik saja?" Bi Anik bertanya dengan curiga, "Oh, bibi tahu, pasti karena kejadian yang lalu itu di kediaman keluarga Jaya, Tuan Muda masih marah denganmu?"

Sella Ye berpikir sejenak, "Sepertinya bukan...."

"Kalau begitu kenapa?" Bi Anik mengejar jawaban.

Sella Ye merasa sepertinya ini semua ada hubungannya dengan Rio. Di kantornya, Bobby Shen berkata dia mendapati Sella Ye bergandengan tangan dengan Rio di sebuah rumah makan. Tapi apa itu bisa membuatnya marah? Dia tidur dengan wanita lain dan bahkan akan segera menikah dengannya di penghujung tahun saja, apa Sella Ye pernah marah?

Namun hal ini tidak boleh diceritakannya pada Bi Anik, maka dia hanya bisa menggelengkan kepala, dan membiarkan pertanyaan itu menggantung di benaknya.

Saat Bi Anik akan beranjak pergi, dia berpesan pada Sella Ye untuk menjaga kesehatan baik-baik. Dia juga berkata, "Kamu jangan marah dengan Tuan Muda, dia dalam suasana hati seburuk apa pun selalu ingat padamu. Soal masa depan itu susah diterka, karena dia dituntut untuk menikahi wanita yang berasal dari kalangannya. Bibi tidak punya maksud apa-apa, hanya saja kita sebagai sesama wanita harus bisa tahu tempat kita di masyarakat, bersabarlah dengannya, tidak peduli nanti dia akan menikah dengan siapa, asalkan kamu selalu punya tempat di hatinya, bukankah itu cukup?"

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu