Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
Ternyata.... Dia adalah Sella Ye.
Pantas saja malam ini Bobby Shen menolak ajakannya untuk makan malam bersamanya.
Airin Jiang menatap sorot mata Bobby Shen, kepanikannya, berusaha menelpon 118 sambil memeluk Sella Ye dengan erat. Lalu Bobby Shen dengan tergesa menyelimuti Sella Ye dengan jasnya. Walaupun Airin Jiang berada di kantor Bobby Shen dan sewaktu-waktu bisa mencuri rahasia kesuksesan perusahaannya, Airin Jiang hanya bisa fokus menyaksikan rasa sayang Bobby Shen terhadap Sella Ye. Tak lama kemudian, Bobby Shen menggendong Sella Ye keluar dari kantornya.
Mendengar suara pintu kantor Bobby yang tertutup itu, Airin Jiang tersadar dari lamunannya, lalu dengan segera mengikuti Bobby Shen dan Sella Ye dari belakang.
Melihat Bobby Shen sedang dalam keadaan seperti itu, Airin Jiang tidak tega membiarkannya menyetir.
Airin Jiang mempercepat langkah kakinya, dengan susah payah dia akhirnya tiba di tempat parkir. Di sana dia mendapati Bobby Shen yang masih mendekap Sella Ye, kemudian dengan sukarela berkata, "Aku saja yang menyetir, di dekat sini ada rumah sakit swasta milik keluarga Jiang, sesampai di sana dia bisa langsung ditangani oleh dokter."
Bobby Shen bengong, Airin Jiang muncul di depannya, kemudian berkata akan segera membantunya menolong Sella Ye. Dia hanya mengangguk, lalu sambil memeluk Sella Ye masuk dan duduk di jok belakang mobil.
Sepanjang perjalanan, Bobby Shen tidak henti-hentinnya membelai wajah Sella Ye sambil terus memanggil-manggilnya, "Sella, Sell bangunlah!"
Sella Ye tersadar selama perjalanan itu, setelah mendongakan kepalanya dan memandangi Bobby Shen, dia kembali terlelap, mungkin juga karena kelelahan.
Bobby Shen seperti orang yang sedang terkena serangan panik, terus mendesak Airin Jiang agar mempercepat laju mobilnya, "Airin cepat sedikit!"
Airin Jiang mengawasi Bobby Shen melalui kaca spion tengahnya, Bobby Shen terlihat terus mendekap erat Sella Ye, sedetik pun tidak melepasnya, sambil sesekali menggunakan bibirnya untuk menyingkirkan rambut Sella Ye yang tergerai di dahinya.
Airin Jiang selamanya belum pernah melihat Bobby Shen sepanik itu, seakan dia sedang memeluk Sella Ye untuk terakhir kalinya, seakan Sella Ye sudah segera akan meninggalkannya. Airin Jiang menghela nafas sebal——
Tapi kan dia hanya demam tinggi, bukan sakit parah sampai mau mati, kenapa Bobby Shen sampai setegang itu?
Akhirnya sampailah mereka ke rumah sakit itu, beberapa dokter ahli sudah mendapat kabar dari Nona besar pemilik rumah sakit itu, mereka segera melakukan tindakan medis pada Sella Ye.
Hasil diagnosa mereka menyatakan kondisi Sella Ye tidak parah, hanya sedikit demam, ditambah lagi luka-luka di tubuhnya yang belum mendapatkan perawatan membuatnya infeksi.
Mengenai alasan kenapa dia bisa pingsan, dokter berkata alasannya tidak begitu jelas, mereka memperkirakan Sella Ye selesai melakukan aktifitas berlebihan yang membuat dia mengalami hipoglikemia, atau mungkin disebabkan oleh syok.
Ketika dokter berkata sampai di situ, Bobby Shen terbatuk, dia mengernyitkan dahi sambil memikirkan semua yang dia lakukan terhadap Sella Ye di kantornya, seakan dia sudah lama tidak melakukan seks seliar itu, bahkan tongkat golfnya pun juga ikut serta, ditambah lagi dengan aksinya menyuruh Sella Ye untuk mengirimkan video tidak senonohnya itu kepada lelaki yang disukai Sella Ye. Dia merasa sedikit keterlaluan berbuat seperti itu, pantas saja Sella Ye bisa pingsan karena syok......
Tapi kenapa Sella Ye berani mengkhianatinya dengan bergandengan tangan bersama lelaki lain? Apakah Sella Ye sedikit pun tidak memikirkan apa yang akan dia rasakan?
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang boleh melakukan hal seperti itu kepadanya!
Kalau ditinjau dari sudut itu, Bobby Shen kembali tidak merasa yang diperbuatnya itu keterlaluan.
Bobby Shen berjalan mondar-mandir dengan gelisah, sedangkan Airin Jiang memandang luka lebam di tubuh Sella Ye dengan seksama, dia berkata pada dirinya sendiri, luka-luka ini tidak mungkin Bobby Shen yang melakukannya.
Bobby Shen berusaha terlihat setenang mungkin, tapi sinar matanya tidak bisa menipu, dia benar-benar peduli dengan wanita bernama Sella Ye ini. Semisal dia marah dan melampiaskannya ke wanita ini pun, dari sikapnya terhadap wanita ini sepanjang jalan bisa tahu, dia tidak akan seperhatian itu dengan wanita ini.
"Luka-luka di sekujur tubuhnya ini berasal dari alat apa?" Airin Jiang bertanya pada dokter yang memeriksa Sella Ye.
Dokter pria itu memeriksa dengan teliti, setelah berpikir lumayan lama, dia berkata dengan tidak yakin, "Ini.....sepertinya disebabkan oleh pukulan rotan, sepertinya ada seseorang yang menghajar nona ini menggunakan rotan."
"Menggunakan rotan?" Bobby Shen mengangkat alis, raut wajahnya mengeras, sorot matanya sekejap berubah menjadi seram, "Siapa yang berani memukulnya menggunakan rotan?"
Dokter itu bergumam, "Pertanyaan seperti ini...sebaiknya ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Sekarang aku akan memberikan obat anti inflamasi kepadanya, nanti aku akan menyuruh seorang perawat mengantarkan obatnya kemari, besok sepertinya pembengkakannya sudah bisa membaik."
Setelah semua dokter pergi, Bobby Shen mengepalkan tinjunya, sorot matanya yang tajam ditujukan kepada gelapnya malam melalui jendela ruang rawat, tidak tahu pikirannya sedang terbang ke mana.
Airin Jiang mengendap di belakangnya, lalu bertanya dengan suara lembut, "Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Bobby Shen tidak menoleh, matanya masih tertuju keluar, "Tidak ada. Aku hanya sedang berpikir siapa yang memukulnya sampai demikian parah."
Airin Jiang berkata, "Barangkali dia pernah berbuat salah kepada seseorang?"
Bobby Shen mengerang mendengar perkataan Airin Jiang, "Tidak mungkin, dia seorang yang lembut, tidak pernah aku melihatnya berbuat kasar dengan orang lain."
"Memangnya kamu begitu mengenalnya?" Airin Jiang bertanya sambil mengangkat alis.
Pertanyaan Airin Jiang itu membuat Bobby Shen terdiam, tak bergeming, tidak memberikan tanggapan apa-apa.
Airin Jiang tertawa, "Yang aku maksudkan adalah, sifat lemah lembut dan pertikaian dengan orang lain itu tidak ada hubungannya sama sekali, kadang kala, seseorang yang lemah lembut hatinya pun ada orang yang membencinya."
Bobby Shen menggangguk, pertanda setuju, lalu kembali memandangnya, sudut mulutnya turun, ekspresinya pahit.
Raut wajah Airin Jiang menjadi masam, sepertinya Bobby Shen benar-benar peduli terhadap Sella Ye, hanya melihatnya terluka sedikit saja, dia sudah tidak bisa tersenyum.
Airin Jiang tiba-tiba teringat, saat dia sekolah di luar negeri, dia, Bobby Shen bersama dengan beberapa temannya mendaki gunung. Saat itu di tengah perjalanan tangannya terluka parah, darah mengalir deras, Bobby Shen membantunya menghentikan pendarahannya, namun kemudian dia mencandainya dan berkata betapa bodohnya dia, melukai tangannya saat mendaki gunung. Saat itu jelas-jelas Airin Jiang menangis kesakitan, tapi Bobby Shen malah tertawa mengejeknya.
Tapi kali ini Sella Ye jelas-jelas tidak sakit separah itu, namun Bobby Shen tegang, bahkan seuntai senyum pun tidak terlihat di wajahnya.
Apakah ini cinta?
Saat orang yang dicintainya terluka sedikit saja, nafasnya seakan sesak, takut kehilangan. Sedangkan terhadap yang tidak dicintainya, berdarah separah itu dia pun masih sanggup tertawa.
Airin Jiang hilang dalam pikirannya sendiri. Tiba-tiba seorang perawat datang mengetuk pintu kamar, "Nona, tuan, saya sekarang akan mengoleskan obat ke pasien, untuk itu saya perlu membuka baju pasien, silahkan kalian menunggu di luar."
Airin Jiang bergegas mengambil tasnya, ingin segera beranjak pergi keluar, namun saat dia menoleh, dia mendapati Bobby Shen masih berdiri tak bergeming di tempatnya dengan kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.
Perawat itu sudah bersiap dengan obatnya dan duduk di tepi ranjang Sella Ye, dia kemudian meletakan obat olesnya, melihat Bobby Shen masih juga tak bergeming di tempatnya, dia tersenyum lalu kembali mengingatkan, "Tuan, silahkan keluar dulu."
Bobby Shen masih juga berdiri tak bergerak di tempatnya, matanya terus memandang Sella Ye, kata-kata perawat itu seakan seperti angin lalu baginya. Malah dia mengira perkataan perawat itu hanya ditujukan kepada Airin Jiang. Dia kemudian berkata, "Airin Jiang, keluarlah dulu."
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroUnplanned Marriage
MargeryCinta Yang Tak Biasa
WennieMy Lady Boss
GeorgeMy Lifetime
Devina1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang