Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 27 Suara Langkah Kakinya
"Kamu bukan pacarku!" Sella Ye berkata dengan lugas tanpa memandangnya sedikit pun.
Bobby Shen bengong dibuatnya, dia mendengus kesal, "Katakan sekali lagi coba!"
"Bukan, bukan, bukaaan!"
Sella Ye melolong dengan keras, setelah berkata demikian, dia bersembunyi masuk ke dalam selimut, tidak berani mengeluarkan kepalanya.
Sampai Sella Ye mendengar langkah kaki yang pergi meninggalkan ruang rawatnya, dia baru berani menjulurkan kepala keluar. Ketika dia membuka matanya, berdiri di hadapannya seorang perawat berbaju putih.
Sella Ye menghela napas lega, kemudian tersenyum canggung ke nona perawat itu.
Nona perawat itu tersenyum sambil mengenalkan diri, "Nona Sella Ye, kenalkan, saya perawat di rumah sakit ini, Tuan Bobby Shen yang memanggil saya ke sini, dia berkata nanti agak siang dia baru akan datang menjenguk nona lagi, sekarang biarkan saya merawat nona, apa saja yang anda butuhkan, nona dapat memberitahu saya."
Sella Ye tersenyum berkata, "Terima kasih." Kemudian bertanya, "Dia, apa nanti akan kembali lagi?"
Perawat itu diam sejenak, dia rasa 'dia' yang dimaksudkan Sella Ye tentu adalah Bobby Shen, dengan segera dia menjawab, "Betul sekali Nona Sella Ye, ketika Tuan Bobby Shen meninggalkan nona tadi, dia meminta saya untuk melayani nona, dia juga menambahkan, kalau-kalau nona membutuhkan sesuatu, saya diminta untuk melapor kepadanya."
"Tidak perlu melapor kepadanya." Sella Ye menghela napas tak berdaya, "Apa aku sekarang sudah boleh meninggalkan rumah sakit?"
Wajah perawat itu berkerut, kemudian berkata, "Nona Sella Ye, keadaaan nona sekarang tidak memungkinkan untuk keluar dari rumah sakit. Kemarin malam nona demam tinggi, ditambah lagi luka-luka di sekujur tubuh nona infeksi, dan sekarang sedang dalam proses pengobatan, untung saja nona dengan segera dibawa ke rumah sakit ini, kalau tidak bisa berakibat fatal."
Hal terakhir yang Sella Ye ingat adalah terbangun di sofa di kantor Bobby Shen, setelah itu semua menjadi gelap.
"Kemarin malam siapa yang mengantarku ke sini?" Sella Ye tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Tuan Bobby Shen......bersama Nona Airin Jiang." Perawat itu menjawab sambil tersenyum.
Perawat itu masih tersenyum kemudian melanjutkan, "Nona Sella Ye sepertinya tidak sepenuhnya mengingat kejadian semalam..."
Sella Ye menggelengkan kepala, "Aku hanya ingat kejadian sebelum aku tertidur."
Perawat itu tersenyum lalu berkata, "Nona Sella Ye ini beruntung sekali, terlihat dengan jelas Tuan Bobby Shen sungguh perhatian terhadap nona."
Setelah berkata demikian, pikiran perawat itu kembali melayang ke kejadian tadi, ketika Bobby Shen hendak pergi, dia menitipkan Sella Ye kepadanya. Tidak tanggung-tanggung dia menyerahkan selembar kartu belanja dengan saldo sekitar 10 juta kepadanya, membuat perawat itu seakan mau menjerit! Selama dia menjadi seorang perawat, belum pernah dia sekali pun dititipi seseorang untuk merawat pasien kerabatnya seperti yang dilakukan Bobby Shen terhadap Sella Ye. Sungguh beruntungnya Sella Ye memiliki seseorang seperti Bobby Shen!
Sella Ye memperhatikan perawat itu menceritakan yang dilakukan Bobby Shen dengan mata penuh kekaguman, sambil sesekali terkikik. Sella Ye berpikir, kalau saja perawat itu tahu bagi Bobby Shen dirinya hanya semacam mainan belaka, mata perawat itu tentu tidak akan memancarkan sinar penuh kekaguman seperti itu.
Toh, kebenarannya hanya dia yang tahu.
Karena Bobby Shen sudah mengoleskan obatnya ke tubuh Sella Ye, maka perawat itu tidak punya kesibukan apapun kecuali memberikan obat anti inflamasi kepada Sella Ye.
Perawat itu tak henti-hentinya memuji Bobby Shen di hadapan Sella Ye, "Tuan Bobby Shen mengoles obat ke tubuh nona dengan sangat teliti dan cermat. Tentu dia menghabiskan banyak waktunya untuk mengobati nona. Sangat perhatian." Dia melanjutkan, "Tuan Bobby Shen sangat baik terhadap nona, kemarin malam saya dapat melihatnya dengan jelas....."
Sella Ye tidak membiarkan perawat itu meneruskan bicaranya, dia ingin segera mengontak dunia luar. Kemarin Bobby Shen sudah membuatnya mengirimkan video tidak senonohnya itu ke Rio Lu, dia juga sampai sekarang belum menghubungi Rio Lu. Dia harus segera menghubungi Rio Lu, mencegahnya untuk menyebarkan video aib itu ke orang lain, kalau tidak, sampai video itu tersebar di kalangan umum, dia tidak tahu lagi mukanya harus diletakan di mana!
Perawat itu melihat Sella Ye sedang kebingungan mencari sesuatu, bertanya, "Nona Sella Ye, sedang mencari apa?"
"Ponselku." Sella Ye bertanya, "Suster, apa kamu melihat di mana ponselku? Warnanya putih."
Perawat itu menggeleng, bingung, "Kemarin malam, ketika tiba di rumah sakit ini, saya yang membantu membereskan barang pribadi nona, tapi saya tidak melihat ponsel satu pun."
Sella Ye berpikir sejenak, pasti jatuh di kantor Bobby Shen.
Berpikir demikian, Sella Ye jadi semakin ingin segera keluar dari rumah sakit itu.
Tanpa menghiraukan perawat itu, dia melepas dengan paksa jarum infusnya, kemudian mengenakan jubahnya, lalu bergegas pergi.
Baru saja membuka pintu, seorang lelaki bertubuh tinggi besar berpakaian jas berdiri di depannya, kemudian dengan nada hormat berkata, "Nona Sella Ye, Bos Bobby Shen sudah menugaskan saya ke sini, nona saat ini masih tidak diperbolehkan meninggalkan kamar rawat inap ini."
Sella Ye mengongak menatap lelaki yang berdiri di hadapannya itu, dia berumur kira-kira 40 tahun, bukankah dia ini sopir yang mengantarnya mengirim gambar waktu itu?
"Kenapa kamu disini?" Sella Ye melangkah mundur satu langkah, matanya terus mengawasi sopir pribadi Bobby Shen itu, "Apa yang kamu lakukan disini?"
Sopir itu dengan sopan menjawabnya, "Nona Sella Ye, saya sopir Tuan Bobby Shen, anda bisa memanggil saya Toni."
"Siapa menyuruhmu kemari?" Setelah melontarkan pertanyaan itu dia sadar pertanyaannya itu dia sendiri sudah tahu jawabannya. Pak Toni adalah sopir pribadi Bobby Shen, tentunya Bobby Shen yang menyuruhnya ke situ.
Pak Toni masih dengan sikap hormat menjawab, "Nona Sella Ye, setelah nona merasa membaik, saya akan mengantar keluar dari rumah sakit."
Sella Ye tahu Bobby Shen pasti berencana mengurungnya di sini, tapi dia sekarang harus pergi mencari Rio Lu, ada sesuatu mendesak yang ingin dia bicarakan dengannya.
Setelah berpikir cukup lama, Sella Ye berkata kepada Pak Toni, "Pak Toni, bolehkah aku meminjam ponselmu sebentar?"
Raut wajah Pak Toni sekejap menegang.
Sella Ye dengan segera menambahkan, "Aku ingin menelpon kantor untuk minta ijin."
Pak Toni tertawa dibuatnya, lalu berkata, Nona Sella Ye tidak perlu khawatir, Bos Bobby Shen sudah memberi anda ijin sampai anda sembuh total, supaya anda bisa beristirahat dengan baik."
Karena sudah begitu rupa, Sella Ye hanya bisa kembali memohon, "Pak Toni, meskipun seperti ini, boleh tidak aku meminjam ponselmu sebentar?"
Pak Toni tercengang mendengarnya, dia menggeleng, kemudian dengan berat hati berkata, "Nona Sella Ye, sebenarnya saya sedikit pun tidak keberatan meminjamkan ponsel saya kepada anda berapa lama pun yang anda perlukan. Tapi Bos Bobby Shen tadi dengan sangat jelas menginstruksikan saya untuk tidak memberikan anda ponsel sebelum anda benar-benar pulih kembali...."
Mendengar perkataannya, Sella Ye hanya bisa mengelus dada dalam diam, orang tua ini kenapa bisa-bisanya tidak mengijinkanku menggunakan ponselnya, tidak salah lagi, ini pasti kelakuan bos biadabnya itu!
Sella Ye berkata dengan kesal, "Jadi aku sekarang ini seorang tahanan? Begitu?"
Pak Toni berkata dengan buru-buru, "Nona, nona tidak boleh berbicara sembarangan, Bos Bobby Shen seperti ini demi kesehatan anda, bermain ponsel akan memiliki dampak buruk terhadap kesehatan." Kemudian menambahkan, "Kebiasaan Bos Bobby Shen seperti apa, anda juga tahu dengan jelas, yang lalu, ketika anda terjatuh, beliau juga dengan segera menyuruh saya....."
Belum sempat Pak Toni menyelesaikan kalimatnya, Sella Ye sudah membanting pintu kencang-kencang dengan marah.
Pak Toni menatap pintu di hadapannya, dia menghela napas tak berdaya, sebenarnya dia ingin berkata kepada Sella Ye, yang lalu ketika dia jatuh di jalan, Bos Shen sangat khawatir, sampai-sampai dia sendiri yang dengan segera mengantarkan Sella Ye ke rumah sakit.
Pak Toni diam-diam berpikir, di sekitar Bos Bobby Shen, wanita cantik begitu banyak, Bos Bobby Shen sendiri tidak terlihat seperti dia tidak bisa mendapatkan wanita-wanita itu, tapi mengapa setiap kali dia berurusan dengan Nona Sella Ye ini, IQ nya seakan merosot beberapa poin? Kemudian mengurungnya dan tidak memberinya ponsel? Bukannya dengan berbuat demikian dia semakin dibenci Nona Sella Ye? Benar-benar konyol.....
Novel Terkait
Cintaku Pada Presdir
NingsiSee You Next Time
Cherry BlossomLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMy Secret Love
Fang FangLove at First Sight
Laura VanessaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang