Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
Rio Lu berkata demikian dengan ngotot, kedua tangannya mecengkram bahu Sella Ye, lalu mengguncang-guncangnya, kemudian dia maju, hendak memeluk Sella Ye, tapi karena Sella Ye terus meronta, dia akhirya menyerah juga.
Setelah ditolak, Rio Lu lalu duduk kembali di kamar Sella Ye dalam diam. Dia terus menapat Sella Ye, dengan sorot matanya yang dalam, "Sella, aku tidak akan pernah menyerah, tidak peduli seberapa rumit masalah hidupmu, aku tidak akan keberatan!" Sambil berkata demikian, dia berbalik badan lalu beranjak pergi.
Sesampainya Rio Lu di bawah, dia mendapati sebuah Porsche hitam terparkir terlindung di dalam kegelapan gang di sebelah kos Sella Ye, Rio Lu merasa aneh, sebuah mobil mewah terparkir di situ. Di dalamnya dia dapat melihat seorang lelaki tampan sedang duduk termenung di kursi sopir, dengan wajahnya yang congkak, pandangannya yang datar, karisma yang kuat. Rio Lu tak dibuatnya sedikit tertekan oleh semua itu. Setelah melihat Rio Lu berjalan menuju ke mobil Volkswagennya, mobil Porsche itu pergi.
......
Bobby Shen mengamati dari kaca spion tengahnya. Setelah mobil Rio Lu sudah tidak terlihat lagi, barulah dia mendongak melihat ke arah kos Sella Ye.
Ini kedua kalinya Bobby Shen datang ke tempat kos Sella Ye untuk mencarinya. Bobby Shen menunggu sebentar di mobil sambil meyulut sebatang rokok, setelah itu barulah dia turun dari mobilnya dan berjalan naik ke kamar kos Sella Ye.
Bobby Shen berjalan dengan santai ke kamar kos Sella Ye lalu mengetuk pintunya, seolah itu adalah hal yang sudah biasa dia lakukan, beberapa saat kemudian, pintu mengayun terbuka dari dalam.
Sella Ye mengira Rio Lu lupa membawa sesuatu, begitu dia membuka pintu, dia terkejut melihat Bobby Shen berdiri di hadapannya. Dia langsung teringat apa yang terjadi di antara mereka berdua kemarin malam. Wajah Sella Ye memucat, matanya melotot melihat Bobby Shen.
Tangan Bobby Shen yang satu berada di dalam kantong celananya, sedangkan tangan satunya berada di gagang pintu. Dari penampilannya dan sikapnya, Bobby Shen tidak terlihat seperti masih terluka karena kejadian semalam, bahkan kalau diperhatikan lagi, matanya justru bersinar, dia mencondongkan wajahnya, kemudian berkata kepada Sella Ye, "Aku sudah berada di depan pintumu, sudah kamu bukakan pintu pula, beginikah caramu menyambut seorang tamu?"
Mata Sella Ye tertunduk, dia menatap lantai sambil bergumam, "Kamu juga bukan tamu."
Bobby Shen menjulurkan kepalanya ke dalam kamar Sella Ye lalu berkata, "Kamu tidak menyuruhku masuk apa jangan-jangan karena di dalam kamu menyembunyikan seorang lelaki liar?"
Sella Ye menyeritkan dahi, mukanya memerah, terpikir olehnya Rio Lu yang baru saja datang ke tempatnya, dia lalu dengan gugup mengigit-gigit bibirnya.
Bobby Shen melihat wajah Sella Ye yang memerah, tertawa kemudian berkata, "Jadi benar tebakanku? Hm?" Dia berkata demikian sambil mejulurkan tangannya mencubit-cubit pipi Sella Ye. Dia lalu berbisik sambil menyipitkan matanya, menarik kerahnya dan melongok ke dalam, dia tertawa, "Kamu tidak pakai?"
Sella Ye dibuatnya kembali ke alam sadarnya, kemudian dia menjerit kecil dan berusaha menutup kerahnya sambil berseru, "Kita ini masih di pintu!"
Bobby Shen melepas tangannya, kemudian berkata dengan tanpa malu, "Aku kan sudah dari awal menyuruhmu membiarkanku masuk, kamu sendiri yang memintanya!"
Sella Ye menatapnya, membuka pintu kamarnya lebar-lebar, lalu mundur satu langkah, untuk memberikan tuan besar itu jalan agar dia bisa masuk.
Bobby Shen melangkah ke dalam dengan santai, dia bahkan dengan sengaja tertawa di telinga Sella Ye, tawa yang membuat bulu kuduk Sella Ye berdiri.
Sella Ye memelototipunggung Bobby Shen dengan tatapan marah.
Bobby Shen seakan punggungnya tumbuh sebuah mata, dia tiba-tiba membalikan badan, dan mendapati Sella Ye sedang memelototinya, "Aku sepertinya melihatmu sedang memelototiku."
Sella Ye kemudian berpura-pura melakukan hal yang lain, "Kamu memangnya punya mata di punggungmu? Kalau kamu tidak melihatku duluan bagaimana kamu bisa tahu aku sedang memelototimu?"
"Aku dapat merasakannya!" Bobby Shen tertawa ringan sambil menatapnya, bibirnya tersenyum lebar, dia terlihat sangat senang.
"Heh! Kamu tidak sepeka itu!" Sella Ye menyindirnya.
"Iya, kepekaanku sehebat itu." Bobby Shen tertawa lagi, kemudian berkata, "Aku bahkan bisa merasakan tadi ada seorang lelaki di sini, Iya kan?"
Tangan Sella Ye yang tadinya sedang merapikan buku di atas meja, mendengar perkataan Bobby Shen barusan, pelan-pelan menghentikan apa yang dia kerjakan.
Sella Ye menengok, menatap ke arah Bobby Shen sambil gemetar ketakutan, pandangannya bertemu dengan sorot mata Bobby Shen, Sella Ye merasa dia seakan sedang dipaksa menelan sesuatu. Sella Ye dapat merasakan hatinya bergetar, ada sedikit perasaan bersalah dia rasakan. Saat dia memalingkan pandangannya, dia dapat melihat jemarinya gemetaran.
Bobby Shen tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya, suaranya menjadi berat, berkata, "Rio Lu barusan datang?"
Sella Ye tidak menanggapinya, dia meneruskan membenamkan diri membereskan buku di atas mejanya.
Bobby Shen menundukan kepalanya, tersenyum, lalu bertanya lagi, "Kalian barusan berbuat?"
Sella Ye berhenti sejenak, tidak berencana untuk membalasnya.
Bobby Shen tertawa lagi, kali ini ini tawanya mengandung maksud sinis dan dingin, "Kamu benar-benar sudah berbuat dengannya?"
"Membosankan!" Sella Ye mulai kesal, dia membanting buku di tangannya, kemudian tangannya berpegangan pada meja sambil nafasnya terengah-engah menahan emosi.
Bobby Shen tertawa sambil berkata, "Perihal kalian sudah melakukannya atau belum, aku melihatnya sekali, akan mengetahuinya!"
Bobby Shen berjalan cepat dengan langkahnya yang lebar menuju ke Sella Ye, lalu menjepitnya dengan badannya dan meja di belakang Sella Ye. Tangannya yang besar itu mulai menggerayang turun ke badan Sella Ye, masuk ke dalam piyama tidurnya, menyibaknya, jemarinya dapat merasakan tubuh Sella Ye yang sekarang hanya terpaut sehelai kain, dia kemudian dengan sengaja meniup-niup telinga Sella Ye, kemudian bertanya, "Kamu ini sebenarnya sudah pernah disentul olehnya atau belum?"
"Bangsat!" Sella Ye meronta dengan sekuat tenaga.
Tangan Bobby Shen melingkar di pinggul Sella Ye, kemudian menariknya dengan kuat, bibir yang tipis itu menempel menciumi telinganya, kemudian dengan nada manja dia tertawa sambil berkata, "Mungkin dalam hati kamu menyukai bangsat sepertiku ini."
"Jangan banyak berharap!" Sella Ye menjawabnya tanpa sopan santun, kemudian dia dengan cepat mengelak keluar dari pelukan Bobby Shen.
Saat Bobby Shen tersadar, Sella Ye sudah terlepas dari pelukannya, dia berpaling pada Sella Ye kemudian tertawa dengan seram berkata, "Jangan-jangan kamu adalah seekor ikan, bisa menggeliat seperti itu membebaskan diri? Tapi kenapa ketika kita di atas ranjang kamu bagaikan seekor ikan yang sudah mati?"
Sella Ye tidak ingin memperdulikannya, kemudian dia bertanya kepada Bobby Shen dengan nada penting, "Kamu datang ke tempatku, hanya ingin bersetubuh denganku?"
"Kalau tidak ingin bersetubuh denganmu, memangnya aku tidak boleh datang?" Bobby Shen menyulut rokok, kemudian tertawa lagi, "Apa menurutmu kalau aku tidak ingin bersetubuh denganmu baru boleh datang? Begitu boleh juga, kamu berbaringlah di sana telanjang, setelah rokokku ini aku akan memuaskanmu!"
Sella Ye tidak tahu apa yang terjadi di otak orang ini, kenapa bisa mengaitkan segal sesuatu dengan seks, tapi ini semua salah dia, tidak berhati-hati dalam bertutur kata.
Sella Ye malas menanggapinya, sebenarnya Bobby Shen tidak berkata apa-apa lagi. Maka Sella Ye duduk di depan meja belajarnya dan merapikan bahan makalahnya. Malam ini dia berencana mau menjenguk mamanya di rumah sakit, maka dari itu Sella Ye ingin bergegas merapikan bukunya.
Bobby Shen melihat Sella Ye tidak menghiraukannya, sedikit kesal, kemudian dia duduk di atas ranjang Sella Ye, kemudian berkata, "Aku ingin makan bubur, aku belum makan dari pagi sampai sekarang."
"Aku tidak punya apa-apa di kosku." Sella Ye menjawabnya.
"Kalau begitu aku mau makan buah persik, " Bobby Shen berkata dengan sedikit memohon, "Aku ingin memakan buah persik yang kamu kupaskan."
"Aku tidak punya buah persik juga"
"Tidak punya apa pun?"
"Betul sekali."
"Sella, aku sudah susah-susah datang kemari, tapi kamu tidak punya apa-apa di sini?"
"Kamu boleh tidak datang kok!" Sella Ye berkata dengan jujur.
"Tidak memperbolehkanku datang?" Bobby Shen berkata dengan gusar, sorot matanya mengandung api amarah, "Kalau begitu aku mendapat apa dari mengurusmu?"
Sella Ye bergumam tidak puas, "Bagaimana aku tahu apa yang kamu mau?"
Wajah Bobby Shen mulai muram, beberapa saat kemudian, dia memeluk Sella Ye dari belakang, kemudian mengangkatnya ke atas meja, menyibak kakinya ke kanan dan ke kiri, lalu berdiri di tengah antara kaki kanan dan kirinya, Bobby Shen menunduk, menatap Sella Ye, kemudian berkata sambil tersenyum, "Awalnya aku juga tidak tahu mau melakukan apa, tapi setelah kamu mengingatkanku, aku baru menyadari, aku memeliharamu hanya dengan satu tujuan: menyetubuhimu! Percaya?"
Novel Terkait
Sederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCintaku Pada Presdir
NingsiBretta’s Diary
DanielleEverything i know about love
Shinta Charity1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaIstri Yang Sombong
JessicaAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang